Foto: MUFC Latest

Enam kemenangan dari enam pertandingan, mencetak 17 gol dan kebobolan tiga, serta membuka kembali persaingan menuju empat besar adalah catatan yang dibuat Ole Gunnar Solskjaer selama menjadi pelatih interim Manchester United. Pencapaiannya tersebut membuat dirinya menjadi pelatih pertama sepanjang sejarah klub yang bisa membawa Setan Merah memenangi enam laga pertamanya.

Selain itu, kemenangan yang diraih juga disertai dengan memukaunya penampilan tim di atas lapangan. United tampil lebih menyerang yang membuat rataan gol mereka kini mencapai angka dua per laga. Kehadiran Ole juga membuat para penonton bergairah. Bahkan kemenangan melawan Tottenham Hotspur pekan lalu, membuat para penggemar menginginkan pria Norwegia tersebut menjadi pelatih permanen pada musim depan.

Sekilas, apa yang dilakukan Ole layak untuk diapresiasi. Namun, tidak bagi seorang Paul Ince. Salah satu penggawa United selama enam musim ini merasa kalau kinerja Ole tidak perlu ditanggapi berlebihan.  Dalam kolomnya di laman Paddy Power, ia juga menambahkan kalau kecil peluang bagi Ole untuk dipertahankan.

“Ole datang dengan membawa aura bersahabat di klub, dengan sosoknya yang kalem membuat para pemain langsung meningkatkan usaha mereka. Tekanan yang sebelumnya datang menghilang, tapi itu bukan berarti Ole adalah orang yang tepat,” tuturnya.

“Klub tidak boleh membuat keputusan terburu-buru yaitu hanya memilih manajer hanya karena dia menang enam kali secara beruntun yang mayoritas datang melawan tim di bawah rata-rata kecuali Tottenham.”

Ince juga menyebut kalau kemenangan melawan Tottenham pekan lalu lebih dikarenakan faktor keberuntungan. United berhasil bukan karena taktik Ole melainkan Spurs yang kebetulan sedang tidak tajam dan kegemilangan David De Gea yang sukses membuat 11 penyelamatan.

“Orang mengatakan tes sebenarnya adalah laga melawan Tottenham, tetapi United tertolong karena saat itu mereka tidak menemui harinya dalam mencetak gol dan De Gea tampil fantastis. Mereka sama sekali tidak bisa mengungguli Spurs dari segi permainan.”

Pemain yang pernah membela Liverpool ini juga membandingkan situasi Ole Gunnar Solskjaer dengan Roberto Di Matteo ketika menangani Chelsea. Di Matteo saat itu diberikan kontrak permanen oleh The Blues setelah membawa mereka menjuarai Liga Champions dan Piala FA. Akan tetapi, ia gagal dan dipecat hanya lima bulan setelah kesuksesan tersebut.

United sendiri saat ini belum jelas apakah ingin mengubah status Ole dari interim menjadi permanen. Pihak Molde sejauh ini masih teguh menyebut kalau Ole hanya dipinjamkan saja hingga akhir musim nanti. Seandainya Ole tidak diperpanjang oleh United, Ince menginginkan Mauricio Pochettino sebagai pelatih United berikutnya.

“Beberapa tahun ke depan yang dilakukan United adalah membawa klub ini sejajar dengan Manchester City dan Liverpool. Dan dari opsi yang tersedia, Pochettino adalah orang yang tepat. Saya tidak ingin mendiskreditkan kinerja Ole, tetapi itu tidak harus menjadikannya sebagai pelatih permanen. Jika Pochettino tersedia, maka saya percaya dia akan menjadi pilihan pertama United.”

Ince juga dengan percaya diri mengungkapkan kalau dirinya siap untuk menjadi pelatih United berikutnya. Hal ini dikarenakan faktor para pemain United yang akan selalu bermain bagus jika diberikan kebebasan dan terus meningkatkan mood mereka setiap hari. Hal ini yang menurutnya bisa dilakukan siapapun dan tidak harus mempermanenkan status Ole.

“Saya bisa saja masuk dan melakukan hal yang sama dengan Ole, begitu pula Steve Bruce. Siapa pun bisa masuk dan melakukan apa yang sudah ia lakukan, itu bukanlah hal yang sulit dilakukan untuk terus memberi para pemain kebebasan bermain dan meningkatkan mood,” ungkapnya.

Sekadar informasi, Ince merupakan salah satu mantan pemain didikan Sir Alex Ferguson yang berkarier sebagai pelatih. Rata-rata tim yang dilatihnya berkutat di kompetisi bawah seperti Swindon, Macclesfield, Milton Keynes, Notts County, dan Blackpool.

Ince juga pernah menangani klub Premier League yaitu Blackburn Rovers pada musim 2008/2009. Akan tetapi, catatannya tergolong mengenaskan. Ia hanya membawa The Rovers memenangi tiga pertandingan saja dari 17 pertandingan. Ia kemudian dipecat hanya dalam waktu 177 hari dan menjadi salah satu manajer tersingkat yang pernah menangani sebuah kesebelasan di Premier League.