Hingga tulisan ini dibuat, belum ada tanda-tanda Manchester United untuk mendatangkan pemain baru. Beberapa media memberikan berita yang berbeda mengenai pergerakan United di lantai bursa. Ada yang bilang United merekrut Toby Alderweireld, tapi ada pula yang memberitakan mereka sepakat untuk Yerry Mina. Masih simpang siur kabar transfer Setan Merah meyimpulkan satu hal kalau mereka begitu lambat dalam mencari pemain.

Jari telunjuk para penggemar kemudian mengarah ke satu nama yaitu Ed Woodward. Dia dianggap sebagai biang keladi dari lambannya pergerakan Setan Merah dalam membeli pemain. Semenjak United dipegang ED, mereka belum bisa menjadi juara Premier League. Lantas siapa sebenarnya Ed Woodward ini. Apakah dirinya pantas disalahkan sebagai biang kegagalan United dalam merekrut pemain.

Dari Penasehat Pajak Menuju CEO United

Semasa kecil, Ed adalah penyuka sepakbola. Orang tuanya adalah penggemar berat Derby County dan Manchester United. Ed bahkan pernah bermain sepakbola hingga usia 11 sebelum ia terkena peradangan sendi semasa remaja.

Sebelum bersentuhan dengan dunia manajemen sepakbola, pria kelahiran Essex ini adalah seorang penasehat pajak di Pricewaterhouse Coopers sebuah departemen akuntansi yang ada di Inggris. Pada 1999, ia kemudian bergabung dalam J.P. Morgan & Co sebagai seorang bankir.

Woodward memang baru diangkat sebagai kepala pada 2013, tetapi ia sebenarnya merupakan Orang Lama dalam jajaran manajemen Setan Merah. Ia adalah orang yang menyarankan keluarga Glazer untuk mengakuisisi United pada tahun 2005. Keberhasilan Glazer saat itu membuahkan berkah bagi Ed yang mendapat jabatan sebagai perencana keuangan.

Pada 2007, ia diberikan tanggung jawab dalam mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan media dan komersial United. Dalam peran inilah, United bisa mengikat beberapa sponsor yang begitu menguntungkan bagi finansial United. Ia adalah orang yang membuat United bisa meraih pendapatan 117,6 juta paun pada 2012. Hal ini yang membuat namanya kemudian dipromosikan sebagai wakil dari CEO United saat itu, David Gill.

Berdasarkan rapat dewan direksi pada 2013, Woodward kemudian diangkat sebagai kepala eksekutif United menggantikan David Gill yang memutuskan untuk menerima tawaran sebagai anggota dewan FA.

Ed Woodward yang Jago Bernegosiasi

Banyak yang menyebut kalau Ed Woodward adalah orang yang tidak bisa bernegosiasi sebaik David Gill. Faktanya, justru United lebih sukses ketika posisi kepala eksekutif dipegang oleh Woodward baik berbicara soal finansial maupun mendatangkan para pemain.

Di era Woodward, United berhasil melakukan kerjasama dengan nilai yang cukup besar bersama Adidas sebagai penyedia apparel United. Tidak hanya itu, mereka baru saja bekerjasama dengan perusahaah manufaktur Kohler yang akan menjadi sponsor di bagian lengan jersey mereka.

Dari tahun ke tahun nilai United pun semakin meningkat. Dilansir dari Forbes yang juga dikutip oleh Daily Mail menyebut bahwa nilai United saat ini berada pada angka 4,1 miliar US$ atau sebesar 59 triliun rupiah. Aspek komersial menjadi angka penyumbang tertinggi yaitu 18 triliun dan itu semua berkat andil seorang Woodward yang di awal kedatangannya mendatangkan Richard Arnold sebagai direktur komersial.

Woodward membuktikan kalau keringnya gelar tidak berkorelasi dengan berkurangnya sponsor. United berhasil unggul diatas Real Madrid yang dalam tiga musim terakhir selalu merajai kompetisi tertinggi Eropa.

Woodward memang melakukan kesalahan ketika pertama kali merekrut pemain saat berstatus CEO. Ketika itu mereka hanya mendatangkan Guilermo Varela dan Marouane Fellaini. Ia gagal untuk mendatangkan para pemain yang (bisa jadi) akan berguna bagi David Moyes seperti Cesc Fabrega, Gareth Bale dan Thiago Alcantara.

Kesalahan tersebut seolah menjadi pelecut untuk tidak gagal lagi kedepannya. Setiap musimnya, Woodward membuktikan kalau ia lebih jago ketimbang Gill. Di era kepemimpinannya, pemain seperti Angel Di Maria, Ander Herrera, Radamel Falcao, Anthony Martial, Zlatan Ibrahimovic dan Romelu Lukaku berhasil digaet untuk bermain bersama United. Bahkan ia berhasil memecahkan rekor pembelian termahal dunia ketika merekrut Paul Pogba.

Hal ini bahkan jauh jika dibandingkan pemain-pemain yang didatangkan United di era David Gill. Pemain-pemain yang banyak didatangkan Gill adalah pemain muda yang kebetulan bersinar ketika bermain untuk Setan Merah seperti Wayne Rooney, David De Gea, Carlos Tevez, Nani, Anderson dan Javier Hernandez.

Bintang-bintang yang didapat di era Gill bisa dikerucutkan menjadi sedikit nama semisal Owen Hargreaves, Edwin Van Der Sar, Dimitar Berbatov dan terakhir Robin Van Persie. Lantas mengapa United seolah kesulitan untuk mendatangkan pemain di setiap musimnya.

United yang Tidak Bisa Menjanjikan Gelar

Bagi seorang pesepakbola, gelar menjadi sesuatu yang harus diraih. Meraih banyak piala akan meningkatkan status si pemain sebagai pesepakbola terbaik terutama jika mendapat piala berkategori elit seperti liga domestik atau kejuaraan Eropa layaknya Liga Champions.

Ketidakmampuan United dalam meraih gelar mungkin menjadi alasan mengapa mereka begitu sulit mendatangkan pemain-pemain baru. Jika dilihat dari kiprah Setan Merah dalam lima musim sepeninggal Fergie, mereka hanya sanggup meraih satu Piala FA, dua Community Shield, satu Piala Liga, dan satu Europa League.

Di Premier League, mereka baru sukses finis setidaknya pada dua besar pada musim lalu. Persaingan liga primer yang melibatkan enam tim dalam perburuan gelar jelas terasa lebih sulit jika dibandingkan dengan hijrah ke Barcelona, PSG, maupun Bayern Munich yang persaingannya tidak sekeras Premier League.

Menjadi CEO Bukan Pekerjaan Mudah

Kita bisa menunjuk hidung Woodward sebagai biang keladi lambannya transfer United. Akan tetapi, kita juga tidak bisa abai terhadap pekerjaannya sebagai CEO Manchester United yang terbilang cukup berat.

Dilansir dari aprillins.com, CEO memiliki tugas diantaranya merencanakan, mengelola dan menganalisis segala aktivitas fungsional bisnis seperti operasional, sumber daya manusia, keuangan, dan pemasaran. Seorang kepala eksekutif juga dituntut untuk bisa merencanakan dan mengelolan anggaran, lalu mengamati dan menganalisis kejanggalan pada prakteknya.

Dilihat dari penjelasan di atas maka Woodward setidaknya memegang tugas untuk memperhatikan keuangan United, mempromosikan United kepada dunia serta melakukan aktivitas terkait para pemain United yang merupakan sumber daya manusia yang dimilikinya.

Itulah mengapa tugas CEO di beberapa klub lain hanya terpusat dalam urusan keuangan dan komersial klub. Untuk menjalin hubungan dengan pihak-pihak terkait mengenai kelancaran perekrutan pemain mereka menggunakan jasa direktur olahraga.

Woodward bisa saja mengiyakan segala tawaran mahal yang diberikan klub pemilik para pemain yang statusnya menjadi incaran United. Tetapi, persetujuan tersebut juga harus diiyakan oleh Glazer bersaudara.

Di sisi lain ia juga harus melihat keuangan United agar terhindar dari financial fair play. Terlebih lagi, Setan Merah masih memiliki utang sebesar 9 triliun yang dibawa Glazer saat pertama kali mengakuisisi United.

Andy Mitten, jurnalis yang rajin membahas soal United sempat bertanya kepada Woodward mengapa United terlalu lama ketika bernegosiasi dengan nilai di kisaran 70 juta paun. Jawaban Woodward ini menegaskan bagaimana cara kerjanya cukup rumit.

“Keputusan untuk menghabiskan uang bukan hanya ada di tangan saya tapi juga petinggi yang lain. Menghabiskan uang lebih dari yang seharusnya untuk beberapa pemain akan memiliki konsekuensi negatif dan akan membebani pemain lain terutama jika pemain tersebut adalah pemain termahal.”

“Efek lain ada dalam beban gaji pemain kami. Membayar gaji secara berlebihan juga bukanlah hal yang baik. 70 juta paun bisa kami gunakan untuk membayar satu kali cicilan utang. Bunga tahunan utang klub sekarang menurun ke angka 21 juta paun. Semakin kami membayar lebih maka bunga itu akan semakin menurun.”

Sumber: Daily Star, aprillins.com, Telegraph, Manutd.com, BBC, Economia