Pernah mendengar nama Oliver Rathbone? Ia adalah pemain yang menghabiskan delapan tahun masa mudanya di akademi Manchester United, namun ia tidak pernah merasakan –sama sekali– bermain bersama tim utama pasukan Setan Merah. Di satu sisi, pemain yang akrab disapa Ollie ini sangat bersemangat untuk pergi ke Old Trafford di putaran ketiga Piala Carabao untuk melawan mantan klubnya itu.

Rathbone mengatakan bahwa sampai saat ini ia masih memiliki teman akrab semasa di akademi dan sepenuhnya menyadari jika akademi United merupakan tempat yang luar biasa baginya. Namun, dengan semua perbedaan situasi di antara United dan klubnya saat ini Rochdale, ia merasa bahwa kerja keras lebih banyak di dapatkan ketika ia keluar dari Theatre of Dream.

“Jelas saya masih memiliki beberapa teman di United, dan saya sepenuhnya menyadari bahwa di sana adalah tempat yang luar biasa bagi saya. Sejarahnya sangat kental, ditambah lagi saya dan mantan rekan saya dulu mengambil banyak pelajaran tentang semua masalah sepakbola. Namun, hal yang hebat bagi saya adalah saya bisa punya kesempatan untuk bermain di permukaan yang lebih murni sekarang,” tutur gelandang berusia 22 tahun tersebut.

“Cukup banyak permainan yang saya mainkan di League One bersama Rochdale, dan ketika berada di lapangan, rasanya mengejutkan. Situasi jauh berbeda dengan di United, keuangan klub di sini tidaklah sama dan sulit untuk mempertahankan standar yang tinggi. Jadi, menyenangkan untuk bermain di permukaan seperti ini. Yang jelas, tim ini layak mendapatkan semua yang terbaik dengan perjuangan yang dilakukan.”

Di sisi lain, Rochdale sendiri telah berhasil mencetak salah satu gol di musim ini dengan skema permainan passing ciamik mereka. Namun Rathbone berada di bangku cadangan ketika rekan-rekan setimnya memainkan taktik ala Barcelona itu. Menanggapi hal tersebut, ia mengklaim bahwa standar serta kualitas semacam itu memang sedang dikembangkan sejak kedatangan Brian Barry-Murphy sebagai manajer Rochdale.

“Pertandingan pertama di musim ini, di Tranmere, kami mencetak dua gol dengan permainan yang sama, yaitu permainan memukau terbaik yang biasa kami lakukan. Kami sudah mencetak banyak gol bagus dengan skema semacam itu. Hanya satu saja yang menjadi viral, tapi itulah yang diinginkan manajer kepada kami, dan dia selalu menuntut kami memainkan skema itu di Old Trafford (pada kompetisi Carabao Cup),” ujar Rathbone.

Pendidikan teknis dengan Manchester United berhasil membuat Oliver Rathbone tumbuh menjadi pemain yang baik untuk pola permainan berbasis kepemilikan bola. Oleh karena itu, sekarang ia masih memiliki banyak kenangan indah tentang semua waktunya di klub yang sudah mendidiknya sejak usia 11 tahun tersebut. Namun kendati begitu, ia sama sekali tidak menyesal ketika ia harus meninggalkannya.

“Saya sangat beruntung memiliki dua pelatih hebat di sana (akademi United), dengan Warren Joyce dan Paul McGuinness. Namun ketika saatnya tiba waktunya untuk melangkah dari akademi ke cadangan, saya selalu berada di bangku cadangan. Saya hanya bertahan selama setahun karena pada dasarnya saya tidak betah. Ketika Louis van Gaal sebagai manajer United, dia hanya menurunkan Adnan Januzaj dan Memphis Depay untuk bermain, dan saya selalu menjadi orang yang disingkirkan,“ pungkas Ollie dikutip dari The Guardian.

“Saya membicarakan masa depan saya dengan ayah saya (mantan bek Blackburn Mick Rathbone), kemudian berdiskusi dengan Warren dan Nicky Butt. Mereka berkata saya bisa tinggal jika saya mau, tetapi mereka mengakui jika mereka tidak bisa melihat jalan bagi saya untuk maju di sana. Sulit untuk memotivasi diri sendiri untuk berlatih lebih keras setiap hari jika saya tahu pada akhirnya semua itu tidak ada gunannya. Jadi saya menyadari bahwa saya harus membuat keputusan.“

“Saya pikir saya akan bermain baik di luar Premier League. Saya baru dapat mengatakan semua ini sekarang, dan saya merasa hal terbaik yang pernah saya lakukan dalam hidup saya serta sepanjang karier saya adalah meninggalkan United. Saya telah membuat hampir 120 penampilan sejak datang ke Rochdale, dan itu telah mengembangkan saya sebagai pemain dan sebagai pribadi.”

 

Sumber: The Guardian