Foto: Manchester United.

Bournemouth 1 Manchester United 0. Sebuah pertandingan yang menegaskan kalau konsistensi masih menjadi masalah utama dari MU sekaligus penegas kalau tim ini belum sehebat yang orang-orang katakan.

Penggemar United sudah tahu diri sejak awal. Tiga kemenangan sebelum mereka melawan Bournemouth, belum menunjukkan kalau tim ini sudah bangkit seperti yang ditunjukkan oleh admin media sosial United yang kembali mengunggah cuitan tentang chant Ole at the wheel. Terbukti, mereka-mereka yang over hype dengan tiga kemenangan tersebut dipaksa menjejakkan kakinya lagi di tanah.

Bournemouth menang 1-0 berkat kejeniusan seorang Joshua King yang berhasil melewati tiga penjagaan pemain belakang yang serba “nanggung”. Di sisi lain, Manchester United tidak banyak mengancam gawang Aaron Ramsdale selama 90 menit. Peluang berbahaya hanya datang dari sepakan jarak dekat Mason Greenwood yang membentur tiang. Namun Ole Gunnar Solskjaer menyebut kalau mereka memulai laga ini dengan baik.

Segala upaya dilakukan demi mengejar ketertinggalan. Satu yang paling terlihat adalah hadirnya secarik kertas di tangan Jesse Lingard yang isinya sudah pasti sebuah instruksi untuk membuat permainan MU menjadi lebih baik demi mengejar ketertinggalan. Namun yang terjadi, permainan United tidak menunjukkan tanda-tanda berkembang setelah momen tersebut. Sebaliknya, Bournemouth jauh lebih bersemangat untuk menambah gol lagi ketimbang MU.

Bahkan Samuel Luckhurst, jurnalis Manchester Evening News, secara sadar menyebut kalau usaha memberikan instruksi melalui kertas adalah sebuah hal yang sia-sia. Bagaimana tidak, diberi instruksi secara langsung empat mata saja permainan Lingard masih tidak bisa berkembang, apalagi ketika harus menjalankan instruksi hanya dengan membaca di sebuah kertas.

Selain permainan, satu hal yang membuat fans MU mulai sebal dan muak adalah mendengar ocehan manajernya setelah pertandingan. Sudah menjadi kewajiban bagi manajer tim-tim Premier League untuk mengeluarkan keluh kesahnya tentang pertandingan yang mereka jalani. Disini, kehebatan Solskjaer untuk mengolah kata-kata di depan awak media diuji. Namun yang terjadi, pernyataan Solskjaer kemarin justru membuat dahi fans United mengernyit dan makian mulai siap dilontarkan.

“Mungkin saya seharusnya memainkan beberapa pemain lain di hari ini. Seharusnya saya memiankan beberapa pemain yang masih segar. Saya merasa kalau mereka yang bermain melawan Norwich jauh lebih layak untuk kembali bermain,” kata Solskjaer.

“Untuk memenangi laga, Anda perlu mencetak gol, dan saya percaya akan kemampuan Anthony Martial dan Marcus Rashford untuk mencetak lebih banyak gol pada musim ini. Namun saya setuju jika kami butuh tambahan kreativitas dalam tim. Kami memiliki beberapa pemain yang dapat mengkreasikan peluang, saat ini kami tidak dapat melihat pemain di luar klub, kami hanya dapat memanfaatkan pemain yang kami miliki,” tambahnya.

Saya sendiri merupakan orang yang menginginkan Solskjaer untuk sukses bersama United. Sebagai penggemar United, capek juga rasanya melihat manajemen terus mengulang-ngulang kebiasaan mereka untuk memecat pelatih. Namun melihat komentar setelah laga melawan Bournemouth, Solskjaer seperti menunjukkan kebingungannya dalam menjalani peran sebagai juru racik tim ini.

Dia seolah tidak tahu harus memilih siapa pemain yang pantas untuk bermain pada pertandingan kemarin. Ada kesan tidak yakin dalam diri Solskjaer untuk menentukan pemain pilihannya sendiri. Sikap seperti ini tentu tidak boleh dimiliki oleh seorang manajer sepakbola yang dituntut untuk mempunyai kredibilitas dan ketegasan. Namun apa yang diucapkan seperti menunjukkan kalau dia tidak punya ketegasan dan rasa tanggung jawab atas keputusan yang sudah dibuat.

Ia juga perlahan mulai menjilat ludahnya sendiri. Ucapan ‘kami hanya dapat memanfaatkan pemain yang kami miliki’ memang menjadi sebuah sinyal kalau dia butuh pemain baru. Namun mengeluh saat ini jelas tidak ada gunanya karena inilah risiko yang harus diterima Solskjaer setidaknya hingga bursa transfer Januari dibuka.

Skuad saat ini adalah pilihannya. Ia yang memberikan lampu hijau kepada deretan pemain peninggalan manajernya untuk pergi dari United. Mereka yang tetap tinggal adalah yang terpilih dari nama-nama yang kemudian keluar. Itulah yang harus dimaksimalkan olehnya sekarang. Ia juga yang mengizinkan pemain-pemain yang oleh fans dianggap tidak berguna macam Phil Jones, Marcos Rojo, atau Ashley Young diperpanjang kontraknya.

Lagipula, Solskjaer sendiri sudah terang-terangan mengakui kalau ia menyukai skuadnya yang sekarang. Skuad yang ramping dan penuh dengan pemain muda. Saat pemain muda yang diharapkan bisa bermain bagus ternyata belum menjanjikan, maka dia tidak bisa mengeluh dengan menyebut kalau skuadnya kurang secara kreativitas.

Ole juga menyebut kalau timnya saat itu kalah karena tidak bisa mendapat gol pertama. “Dalam laga ini, Anda butuh gol pertama, dan mereka mendapatkannya lebih dahulu,” katanya. Sebuah ucapan yang memberikan kesan kalau laga sudah berakhir setelah gol dari King yang merupakan mantan anak didiknya tersebut.

Ia juga mengoceh soal United yang kehilangan elemen ‘magis’ yang bisa menentukan hasil akhir laga. Entah apa yang dimaksud dari elemen magis tersebut. Namun jika hal magis tersebut adalah soal penalti atau hukuman VAR yang tidak diberikan kepada Anthony Martial, maka ada yang salah dengan cara berpikir Solskjaer hingga mengharapkan adanya penalti yang bisa mengubah jalannya pertandingan.

Kreativitas memang menjadi masalah United, namun United sebenarnya tidak kekurangan pemain kreatif dalam skuadnya. Menjadi pemain kreatif tidak selalu harus menjadi Juan Mata atau Paul Pogba. Rashford, Martial, Pereira, Lingard, dan Daniel James adalah beberapa pemain kreatif yang dimiliki Solskjaer. Namun Solskjaer nampaknya belum bisa membuat skema permainannya bisa dijalankan dengan baik oleh para pemain ini.

Lawan yang menggunakan blok rendah selalu menjadi alasan di setiap kekalahan yang diterima United. Namun menyalahkan taktik lawan juga tidak proporsional mengingat manajer punya taktik dan strategi yang berbeda-beda. Sejauh ini, Ole belum bisa membuat pemain-pemain MU bisa menjalankan taktiknya dengan baik. Ironis, mengingat pemain pilihannya ini yang membuatnya dipermanenkan pada bulan Maret lalu.

Butuh evaluasi yang besar-besaran mengingat United saat ini lebih dekat ke zona degradasi alih-alih empat besar. Sejauh ini, Solskjaer belum bisa membuat MU bermain sebaik di awal-awal kedatangannya. Jika hasil buruk terus terjadi, maka gerbang pintu keluar akan terbuka semakin lebar untuknya.