Kabar mengejutkan datang dari bibir Zlatan Ibrahimovic. Pria berusia 36 tahun ini ingin kembali mengenakan seragam kesebelasan negara Swedia pada Piala Dunia 2018 mendatang. Ibra sendiri sebelumnya memutuskan diri untuk pensiun dari tim nasional pasca tersingkir dari fase grup PialaEropa 2016 lalu.

Saat ini, Ibra masih disibukkan dengan berlatih untuk mengembalikan kebugarannya pasca cedera lutut yang dideritanya April 2017 lalu. Sempat kembali bermain dan mencetak gol pada Desember lalu, ia kembali absen dan baru diprediksi bugar kembali Maret ini.

“Saya merindukan tim nasional. Ketika Anda bermain selama 20 tahun, lalu melihat rekan yang lain bermain di tim nasional, maka hal itu sangat sulit. Setelah rutin bermain, tiba-tiba aku berada dalam posisi tidak bermain setiap tiga hari. Tapi, aku harus menerima situasi ini dan berjuang melawan cedera ini,” ujarnya dilansir dari ESPN.

Sangat jarang kita melihat seorang Ibrahimovic mengucapkan kalimat dengan pilihan kata yang menunjukkan dirinya seolah sedang mengalami keterpurukan. Singa yang tadinya ceria dan percaya diri kini tiba-tiba seperti Raja Hutan yang kehilangan taring. Pintu timnas Swedia seolah menjadi pelarian di saat ia kehilangan tempat di lini depan Manchester United.

Akan tetapi, pertanyaan selanjutnya adalah apakah tenaga seorang Ibrahimovic benar-benar dibutuhkan oleh Janne Andersson selaku pelatih Blagult? Apakah Ibra benar-benar ingin kembali ke sepakbola Internasional? Atau perkataannya tadi hanya bentuk rasa frustrasinya semata akibat cederanya yang tidak kunjung sembuh.

Sejarah Piala Dunia sendiri kerap tidak berjodoh dengan ayah dua anak ini. Bukan karena ia tidak diikutsertakan, melainkan karena timnasnya tidak pernah rutin lolos ke ajang empat tahunan tersebut. Ia lebih banyak bermain di Piala Eropa dan hanya dua kali mencicipi Piala Dunia yaitu pada 2002 di Jepang dan Korea Selatan serta pada 2006 di Jerman.

Itupun dirinya bukan menjadi pemain utama. Usianya yang baru genap 20 tahun membuat ia harus bersaing dengan nama-nama senior macam Henrik Larsson dan Marcus Allback. Dari lima pertandingan yang dijalani sepanjang turnamen, ia hanya bermain selama 16 menit.

Barulah pada Piala Dunia 2006, statusnya naik menjadi striker utama. Dalam skema 4-3-1-2 Lars Lagerback, Ibra selalu diduetkan dengan Henrik Larsson. Namun, sepanjang kejuaraan, ia kembali tidak mencetak gol. Dalam dua turnamen setelahnya, Swedia selalu gagal lolos. Pada 2010 mereka hanya berada di posisi tiga grup A di babak kualifikasi. Empat tahun berselang, Ibra kalah garang dari Cristiano Ronaldo pada babak play off. Kekalahannya dari CR7 saat itu membuat Ibra berkomentar kalau Piala dunia 2014 lalu tidak akan semarak tanpa kehadirannya. Ucapan yang entah menunjukkan kepercayaan diri Ibra atau hanya sekedar menghibur diri semata.

Ibra mungkin memiliki pengalaman dalam mengikuti turnamen-turnamen berkaliber Internasional. Kepemimpinannya mungkin akan membantu skuad Swedia saat ini yang dipenuhi oleh pemain-pemain muda yang disinergikan dengan pemain berusia matang macam Emil Forsberg atau John Guidetti. Tapi, apakah dengan kehadiran Ibra bisa membuat Swedia berprestasi di Russia nanti? Bisa iya, tapi bisa juga tidak.

Kehadiran Ibra juga bisa jadi akan merusak koletivitas tim yang sudah dibangun oleh Jenna. Bukan tidak mungkin, apabila dirinya dipanggil kembali, sorotan media akan condong ke Ibra semata alih-alih performa keseluruhan tim sehingg membuat fokus mereka bisa terganggu.

Sebaliknya, dengan tanpa pemain bintang, Si Biru Kuning ini justru mampu kembali ke pentas dunia setelah 12 tahun absen. Kalau sudah begini, pilihan ada di tangan Jenna. Apakah dia mau memanggil kembali Ibra yang bahkan bermain 90 menit saja dirinya sudah tidak lagi mampu?

Mantan pemain AC Milan ini sebenarnya bisa saja menjadi satu dari 23 nama yang dibawa Jenna ke Russia pada Juni mendatang. Akan tetapi, dengan kondisi fisiknya yang sekarang, bukan tidak mungkin Ibra hanya dijadikan hiasan dan baru akan bermain pada 10 atau bahkan lima menit akhir pertandingan.