foto: sportal.co.nz

Pada bagian pertama, mantan penggawa United ini sudah berbicara mengenai pertandingan United melawan Liverpool yang dianggap lebih bergengsi ketimbang Derby Manchester. Ia juga berbicara mengenai Paul Pogba yang menurutnya perlu didampingi pemain senior untuk membuatnya bisa mengeluarkan permainan terbaiknya.

Dalam tulisan kedua ini, Vida berbicara soal pandangannya terhadap Manchester United sepeninggal Sir Alex Ferguson. Di sini ia juga mengungkapkan alasannya memilih menjadi manajer alih-alih menjadi pundit seperti rekan-rekan setimnya.

Mengenai semprotan Hair Dryer Fergie

“Bukan kekuatan untuk menjerit kepada seseorang, namun hal itu datang karena adanya pengetahuan, kejujuran, keinginan mendapat sesuatu yang benar, serta mendapatkan rasa hormat dari para pemain terkait keputusan yang anda buat. Saya rasa jika anda memiliki itu semua maka anda pun bisa memiliki Hair Dryer Treatment. Para pemain, kebanyakan dari kita memiliki sifat manja, tapi mereka akan mengerti ketika mengetahui kalau manajer akan selalu ada di tempat-tempat yang mungkin tidak anda ketahui.”

Pendapatnya terkait David Moyes yang memintanya bermain seperti Phil Jagielka

“Saya tidak mau berkomentar apapun tentang apa yang terjadi di tempat latihan saya. Saya hanya ingin mengatakan kalau saya akan selalu mencoba memberi 100 persen kekuatan saya untuk David (Moyes) dari awal pertama dia datang. Saya sedih dia gagal bersama United. Tapi jika anda bisa menilai manajer dengan baik maka anda selalu menemukan kesulitan terkait hal-hal apa yang harus dikerjakan oleh seorang manajer.”

Pemain harus punya lagu dari fans

“Ketika kami meraih kemenangan, mereka mulai menyanyikan lagu-lagu tentang kami. Jika nama anda ingin dinyanyikan maka anda harus menang. Penggemar Man United tidak hanya bernyanyi untuk seseorang tapi anda harus memiliki lagu dari para penggemar. Itulah yang saya rasakan selama saya menjadi pemain Manchester United. Anda harus membuktikan diri dengan memenangkan pertandingan sebelum anda mulai mendapatkan sebuah lagu dari para penggemar anda.”

Tidak mau menjadi pengamat sepakbola

“Bahkan, saat dia masih bermain pun, dia sudah melakukannya bersama MUTV. Saya ingat pada awalnya menjadi pundit adalah hal yang sulit. Dia masuk ke ruang ganti, lalu menilai pemain dengan berkata ‘Anda membuat kesalahan di sana’ lalu ‘Anda seharusnya melakukan ini.’ Tapi dia (Gary) adalah pribadi yang sangat berani dan mau belajar. Dia selalu punya pendapat sendiri bahkan saat masih berada di ruang ganti.”

“Tetapi jika anda bertanya mengapa saya tidak mau menjadi pengamat, itu karena saya lebih suka untuk mengomentari hal-hal yang positif terhadap seseorang. Jika ada sesuatu yang ingin saya katakan kepada seseorang maka saya akan mengatakannya secara langsung ke wajah mereka.”

Tentang Keputusannya Menjadi Manajer

“Saya sudah bekerja bersama Alex Ferguson beberapa tahun. Cara dia melakukannya membuat pada pemain jadi ingin manajer seperti dia. Dia membuat segala sesuatunya berjalan mudah dan membuat anda berpikir ‘saya harus melakukan itu.”

“Kemudian saya sempat bermain di Italia (Inter Milan) tapi di sana berjalan tidak sesuai dengan harapan saya. Jadi saya bertanya pada diri saya apakah semua yang sudah saya lakukan ini benar. Saya sudah bermain bola selama 28 tahun dan ditangani oleh sekitar 15 manajer, jadi saya ingin mencoba memakai pengetahuan saya untuk bisa terlibat dalam permainan ini sebagai manajer.”