Foto: Express

Sir Alex menyebutnya sebagai calon pemain terbaik. John Terry dianggap jauh lebih buruk dibanding dirinya dimata Steve Kean. Fabio Capello teringat Franco Baresi dan Fernando Hierro setiap melihatnya tampil. Bahkan Sam Allardyce merasa dia akan menjadi kapten timnas senior Inggris berikutnya.

***

Pemain yang dimaksud adalah Phil Jones. Anda tidak salah baca karena komentar itu benar-benar keluar dari mulut pelatih-pelatih senior tersebut. Yang berbeda hanya waktu ketika komentar tersebut dikeluarkan yaitu pada tahun 2011 atau saat nama Phil Jones sedang mekar-mekarnya sebagai wonderkid bagi dunia sepakbola Inggris.

Namun pujian tersebut nampaknya sudah tidak berlaku lagi sekarang. Pemain yang kini bermain untuk Manchester United tersebut saat ini sedang berada dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. Alih-alih pujian, justru nama Jones kini identik sebagai pemain yang gemar melakukan kesalahan, dan pemain dengan wajah yang sulit untuk dikondisikan.

Laga melawan Sheffield United beberapa waktu lalu seharusnya menjadi momen penting bagi Jones untuk bangkit. Namun keputusan membawanya sebagai pengganti Scott McTominay justru menjadi bumerang bagi Ole Gunnar Solskjaer. Ia menjadi penyebab timnya tertinggal setelah kalah berduel dengan Lys Mousset. Jones, yang badannya jauh lebih besar dibanding Mousset justru kesulitan dalam duel body.

“Jones selalu terlihat bermasalah di lini belakang dan dia bersalah atas gol pembuka Sheffield. Alih-alih membuang bola, ia justru membiarkan Lys Mousset untuk berduel dengannya. Tidak ada pemain belakang yang mau membiarkan lawan untuk mengambil kesempatan,” kata mantan bek Arsenal, Martin Keown.

Tidak hanya dari legenda lawan, Jones juga kena semprot legenda klubnya sendiri. Gary Neville menyebut kalau Jones seharusnya bisa dengan mudah mengatasi hal itu. Entah Gary menyadari atau tidak, kalau dia juga sebenarnya pernah melakukan kesalahan yang sama ketika timnya dikalahkan Manchester City pada 2002.

“Jika sebuah gol akan teradi, maka ada tanda bahaya yang muncul sebelumnya. Itu adalah bola paling mudah yang bisa ditangani oleh seorang bek tengah dan Phil Jones gagal mengantisipasi bola itu dengan baik. Sheffield mendapatkan hadiah dari gol itu. Jones sempat melihat keadaan sebelumnya dan coba lihat kalau empat pemain Sheffield sudah ada di dalam kotak penalti,” tutur Gary.

Kebintangan yang Memudar

Enam bulan terakhir 2019 memang berjalan buruk bagi suami dari Kaya Hall ini. Jarang dilibatkan dalam pertandingan liga (laga melawan Sheffield adalah yang pertama di liga sejak pekan terakhir musim lalu) meski tidak terkena cedera apa-apa, ia juga mendapat sorotan ketika dianggap mengeluarkan kalimat sacked in the morning di depan Ed Woodward dengan maksud menyindir Solskjaer. Puncaknya sudah pasti laga melawan Sheffield kemarin ketika ia membuat kesalahan fatal dan hanya dimainkan selama 45 menit saja.

Dengan kesalahan tersebut, Jones nampaknya tidak akan lagi diberikan kesempatan oleh Solskjaer. Sembuhnya Tuanzebe membuatnya lebih percaya kepada bek muda tersebut jika ingin bermain tiga bek. Para suporter pun nampaknya juga lebih mendukung Solskjaer memainkan Tuanzebe ketimbang dirinya. Kesedihan Jones semakin terlihat ketika The Athletic bercerita kalau Phil Jones sudah menolak tawaran klub untuk menjalani pertandingan testimoni.

Sudah menjadi tradisi bagi United untuk memberikan laga testimoni bagi mereka yang memperkuat klub ini lebih dari 10 musim. Musim 2019/20 menjadi musim kesembilan Jones di Manchester. Mengingat kontraknya habis pada 2023, maka ia berpeluang untuk mendapatkan kesempatan langka tersebut karena akan menjalani 12 musim bersama Setan Merah. Laga testimoni itu sudah ada saat ia memperpanjang kontrak.

Tidak banyak yang bisa mendapatkan kehormatan tersebut. Patrice Evra, Nemanja Vidic, David Beckham, Phil Neville, bahkan Eric Cantona saja tidak mendapatkannya. Namun ketika Jones punya peluang untuk mendapatkan hal tersebut, ia menolak.

Ia sadar kalau popularitasnya sudah menurun. Bisa dibilang, Jones merasa kalau citranya kini sudah buruk dimata penggemar United. Anggapan tersebut tidak salah, kala Jones tanda tangan kontrak baru saja suara sumbang sudah banyak terdengar apalagi ketika ia mendapat guard of honour dalam pertandingan testimoninya.

“Hanya ibu dan ayahku saja yang akan menyaksikan laga tersebut,” tuturnya.

Setelah diselidiki, ternyata bukan The Athletic media yang pertama kali mengabarkan isi hati Jones tersebut. Delapan bulan sebelumnya, ia sudah lebih dulu mengungkapkan kegalauannya tersebut dalam wawancaran eksklusif bersama Goal. Yang membedakan adalah, Goal menyebut Jones berkata kalau hanya orang tuanya saja yang akan menonton laga testimoninya tersebut sambil tertawa.

Tidak tertutup kemungkinan, kalau Jones mempertegas ucapannya tersebut kepada The Athletic dengan raut wajah yang sedih mengingat popularitasnya saat ini memang sudah tidak bagus di benak para penggemar United. Padahal, Jones dikenal sebagai pribadi yang optimis dan yakin akan kemampuannya sendiri.

“Sejak saya di Blackburn, saya sudah dikritik dan tidak pernah dianggap ‘Oh, orang ini akan menjadi pemain terbaik.’ Saya selalu berada di bawah pandangan orang-orang, namun berikutnya saya yang bermain bersama tim utama dan para pemain yang dianggap lebih baik dari saya justru bekerja di kantor,” ujarnya.

“Teman-teman saya juga sering mengolok-ngolok saya tentang wajah dan ekspresi saya. Tapi itulah apa adanya saya. Saya tidak terlalu mempermasalahkan meski setiap malam di grup Whatsapp banyak foto-foto saya.”

Setelah penolakan laga testimoni tersebut, banyak orang-orang yang mengirimkan rasa simpatinya kepada Jones. Tidak tahu apakah orang tersebut adalah orang yang sama yang mengolok-ngolok Jones, namun langkah ini berguna sebagai motivasi untuk si pemain.

Bagi Jones, tidak tertutup kemungkinan kalau dirinya akan meminta hijrah ke klub lain jika ia merasa kalau Manchester United bukan lagi tempat yang tepat bagi dirinya untuk menjalani karier sebagai pemain sepakbola.