Ada pepatah yang mengatakan, jadilah seperti padi yang kian berisi kian merunduk. Artinya, semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin rendah hatinya atau bahasa santainya, kalau sudah pandai jangan jadi orang sombong. Manajer Manchester United, Jose Mourinho, bisa dibilang kini telah menjelma menjadi padi yang telah matang tersebut.

Dalam wawancaranya beberapa waktu lalu, manajer berusia 54 tahun tersebut menyatakan bahwa dirinya kini telah menjadi manajer yang lebih dewasa, dibandingkan dirinya di awal karier. Sehingga ia yakin dapat memberikan aura positif kepada pemain-pemain asuhannya di United.

Dua tahun lalu pekerjaan kedua Mou di Chelsea berakhir dengan pemecatan dari manajemen. Kurang lebih 6 bulan dari pemecatan tersebut, Mou berlabuh di United, tepatnya pada bulan Mei 2016. Memulai dengan langkah yang terseok-seok di United, kini Mou berhasil memberikan konsistensi bagi The Red Devils.

Selain itu, United kini menjadi satu-satunya tim di Liga Primer Inggris yang belum terkalahkan sejak Oktober lalu. Ditambah kini United berhasil naik satu peringkat ke posisi kelima. Atas prestasinya tersebut, Mou menilai ada perubahan dalam dirinya yang baru ia sadari sebagai hal yang esensial ketika bekerja sebagai manajer, yaitu membangun aura kedamaian dan penuh cinta di dalam tubuh skuat.

“Mourinho yang sekarang adalah seorang manajer yang mencoba berlainan dengan definisi umum seorang manajer. Sekarang dirinya lebih santai dan kalem-kalem saja. Saya mencoba mencari cara untuk mengasingkan diri. Sekarang saya bisa pulang ke rumah dan tidak menonton sepakbola, tidak memikirkan tentang sepakbola.”

“Di awal karir saya, saya tidak bisa tidak memikirkan sepakbola. Selama 24 jam sehari saya memikirkan itu. Sulit bagi saya untuk menemukan kedewasaan. Sekarang saya merasa nyaman dengan karakter saya sebagai seorang pria dewasa.”

“Sekarang saya lebih merasa damai. Sebuah kemenangan tidak lagi seperti mendapatkan bulan bagi saya dan kekalahan bukan berarti sebuah neraka. Tapi bukan berarti saya tak punya ambisi sebesar dulu, tetap saya menerapkan profesionalisme yang serupa. Cuma saya lebih bisa mengontrol emosi saja sekarang, terang Mourinho.

Mourinho memenangi titel Liga Primer pertamanya dalam musim keduanya di Chelsea. Namun, di balik prestasi gemilang yang ia torehkan selama di Chelsea, ada sejumlah catatan buruk Mou dalam berhubungan dengan orang lain. Salah satunya dengan dokter tim Eva Cameiro di awal musim 2015/2016.

Namun kini di United, tampaknya Mou telah berhasil membangun hubungan yang baik dengan skuatnya. “Kamu harus beradaptasi dengan realitas pada klub, antara keinginan dan kebutuhan mereka. Itu berarti kita sebagai manajer harus cerdas. Prioritas utama adalah membangun hubungan penuh cinta dan kedamaian di klub. Karena United kini tak lagi mempunyai pemain dengan karakter ‘super’ seperti Giggs, Scholes ataupun Roy Keane,” tutur Mou.

Mou: Pemain Muda Sekarang Masih Kanak-kanak

Mou mengungkapkan bahwa kini United tidak lagi memiliki pemain-pemain dengan karakter “super”. Walau masih ada Rooney dan Carrick yang pernah bermain dengan generasi Giggs, Scholes dan Keane, Mou masih merasa tidak cukup untuk bisa membangun aura di dalam skuat.

Mungkin pernyataan di atas muncul setelah Mou menilai karakter pemain-pemain sepakbola sekarang yang telah berbeda. Menurutnya, kini para pemain sepakbola tidaklah se-profesional saat ia melatih Chelsea 10 tahun lalu.

Mou menggunakan eks pemain Chelsea, Frank Lampard sebagai contoh pemain dengan karakter profesional yang pernah ia latih. Di mana menurutnya saat ini pemain-pemain yang asuh lebih layak disebut “bocah” daripada pria.

“Saya harus beradaptasi dengan dunia baru dan bagaimana karakter para pemain muda saat ini. Saya harus paham bedanya bekerja dengan pemain muda seperti Frank Lampard yang dalam usia 23 sudah bertindak seperti pria. Dengan pemain muda saat ini di usia 23 yang masih kanak-kanak.”

Mou beralasan para pemain muda yang ia miliki terlalu melingkupi dirinya dengan hal-hal yang tak membantunya untuk berkembang. Seperti kita tahu, pemain muda seperti Jesse Lingard, Paul Pogba, dan lainnya sering dikritik oleh publik maupun eks United, dengan gayanya di luar lapangan. Seperti melatih selebrasi, berganti-ganti model rambut, hingga terlalu aktif di sosial media.

‘Sekarang saya memanggil mereka (pemain-pemain muda) sebagai bocah bukan pria. Karena saya pikir mereka masih kanak-kanak dan apapun yang melingkupi mereka saat ini tidak membantu mereka di kehidupan maupun di permainan. Saya harus beradaptasi dengan situasi ini.” tutur Mou.

Namun Mou tak mau menjadikan situasi tersebut sebagai alasan dirinya untuk mundur. Justru Mou menilai dirinya harus beradaptasi dengan situasi tersebut.

“Sepuluh tahun lalu saya tidak punya pemain yang bermain handphone di ruang ganti. Sekarang tidak bisa seperti itu. Tapi saya harus beradpatasi denganya, karena jika saya lawan, maka akan menimbulkan konflik,” tutup Mou.

Sifat mengalah memang salah satu sifat yang menunjukkan seseorang telah menjadi dewasa. Mou memang terkenal sebagai sosok yang eksplosif atau meledak-ledak. Tak jarang juga pada musim ini ia tunjukkan sosoknya tersebut, baik kepada wasit maupun tim lawan (mis ; Antonio Conte).

Namun beruntung bagi fans The Red Devils, Mou telah menyatakan bahwa dirinya kini berjanji untuk lebih kalem. Terutama pada setiap pemain United. Karena tentu kita tak mau lagi melihat ada David Beckham lainnya yang pergi usai bersitegang dengan Sir Alex Ferguson. Dengan menghindari konflik, Mou berusaha untuk beradaptasi sebagaimana padi yang telah matang. Bagaimana menurut Anda?

Sumber : Metro.co.uk dan theguardian.com