Sejak dulu, kadar kebencian para penggemar Manchester United terhadap keluarga Glazer sudah berada dalam tingkatan yang cukup tinggi. Saking tingginya kebencian mereka, beberapa penggemar United sampai ada yang rela tidak mau mendukung lagi Manchester United. Membuat FC United of Manchester, hingga tidak lagi menyaksikan tim di Old Trafford menjadi cara yang dipilih untuk menunjukkan rasa tidak suka mereka terhadap taipan asal Amerika Serikat tersebut.

Kebencian mereka semakin tinggi setelah dalam enam musim terakhir, Setan Merah tidak kunjung meraih prestasi yang gemilang. Raihan trofi yang diraih hanya ajang-ajang piala pada turnamen kelas dua di Eropa yang gengsinya jauh dibanding Premier League atau bahkan Liga Champions. Ditambah dengan utang yang tidak kunjung lunas dan asumsi kalau United hanya dijadikan sumber kekayaan mereka, menjadi alasan betapa mereka semakin tidak menyukai orang-orang ini.

Mengganti manajemen khususnya pemilik disebut-sebut menjadi cara yang paling tepat untuk mengeluarkan tim dari keterpurukan. Meski penampilan manajer dan pemain di atas lapangan juga punya andil dari penampilan klub sejauh ini, namun sosok keluarga Glazer menjadi faktor utama dari hasil yang diraih mereka setelah era Sir Alex Ferguson.

Namun mencari pemilik baru jelas tidak mudah. Sang pemilik setidaknya harus mengetahui apa rencana mereka dalam menjalankan klub tersebut ketika sudah menjadi pemilik. Selain itu, membeli klub sepakbola bisa mendatangkan risiko yang tidak main-main. Ancaman kerugian pun bisa datang sewaktu-waktu. Selain itu, utang dari pemilik klub sebelumnya juga menjadi alasan banyak orang yang memilih tidak mau membeli klub sepakbola.

Namun cerita itu sejauh ini belum terjadi di Manchester United. Hingga tulisan ini dibuat, ada dua orang yang sebelumnya pernah atau dikabarkan berminat untuk mengambil alih klub dari tangan keluarga Glazer. Mereka sama-sama punya kekayaan dan citra yang begitu luar biasa di mata dunia. Namun tetap saja, orang-orang ini tidak bisa begitu mudah untuk mewujudkan ambisi mereka memiliki klub ini.

Upaya Ketiga dari Mohamed Bin Salman

Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed Bin Salman dikabarkan sedang berusaha untuk mencoba membeli pemenang 20 kali Liga Inggris ini. Sang pangeran disebut-sebut siap untuk melancarkan tawaran ketiga untuk mempermulus ambisi mereka di dunia sepakbola. Sebelumnya, Salman disebut-sebut sudah membuat dua penawaran dengan salah satunya bernilai 3 miliar pounds (55 triliun rupiah). Akan tetapi, tawaran tersebut ditolak kubu United yang saat itu secara tegas menolak untuk menjual klub.

Namun ambisi klub yang kini sedang berada dalam posisi yang tidak pasti membuat United dikabarkan oleh The Mirror siap mendengarkan tawaran terbaru dari Salman. Hal ini dipertegas dengan munculnya kabar kalau Kevin Glazer siap menjual 13 persen sahamnya sebelum kemudian dibantah oleh pihak United.

Banyak suporter yang mendukung masuknya nama Salman. Hal ini tidak lepas dari gairah para taipan Timur Tengah lainnya yang dianggap jauh lebih mengerti soal sepakbola ketimbang orang-orang dari Amerika Serikat. Mereka rata-rata berkaca dari keberhasilan City, PSG, Malaga, yang mengalami peningkatan prestasi ketika diambil oleh orang-orang kaya Timur Tengah. Selain itu, Salman juga dikenal sebagai penggemar United.

Keluarga Arab Saudi sendiri memang sedang gencar-gencarnya untuk menunjukkan citra diri mereka di dunia olahraga. Pada Oktober lalu, mereka menggelar laga Brasil melawan Argentina di Riyadh. Selain itu, beberapa olahraga seperti motor dan tinju juga pernah dilakukan di sana. Bahkan laga rematch antara Andy Ruiz junior melawan Anthony Joshua juga akan digelar di sana.

Namun kehadiran nama Salman juga tidak lepas dari masalah. Citra pria berusia 34 tahun ini sudah begitu buruk di mata dunia. Hal ini dikarenakan dirinya yang disebut-sebut terlibat dalam pembunuhan jurnalis, Jamal Khashoggi pada 2018 lalu. Selain itu, ia juga dikenal sebagai orang yang gemar memenjarakan sejumlah aktivis Hak Asasi Manusia. Membeli United bisa jadi cara untuk memulihkan nama seorang Mohamed bin Salman.

Balas Dendam Sir Jim Ratcliffe

Selain Salman, ada satu orang lagi yang juga tertarik membeli Manchester United. Dia adalah Sir Jim Ratcliffe. Jim merupakan orang terkaya di Inggris yang terkenal karena kesuksesan mengakusisi lebih dari 22 perusahaan dengan perusahaan INEOS yang dia miliki.

Sama seperti Salman, Jim juga penggemar Manchester United yang gila dengan olahraga. Ia adalah pemilik klub balap sepeda Sky yang namanya diubah menjadi INEOS. Dalam sepakbola, ia dikenal sebagai salah satu pemilik klub Swiss, Lausanne-Sport.

Ketertarikan Jim untuk membeli United sudah muncul sejak musim lalu. Namun hasrat tersebut harus ditahan karena harga yang dipatok keluarga Glazer begitu tinggi yang membuatnya mundur di tengah jalan.

“Saya adalah penggemar United yang begitu tersiksa, jadi saya tidak bisa untuk pergi ke sana,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Sebaliknya, Jim mengincar Chelsea sebagai target berikutnya. Domisilinya di London, serta statusnya sebagai pemilik tiket terusan di Stamford Bridge menjadi latar dari ambisi lain Jim untuk memiliki klub sepakbola di Inggris meski pada musim panas lalu, Jim sendiri sudah sah menjadi pemilik dari kesebelasan Ligue 1 Prancis, OGC Nice.

“Jim adalah penyuka sepakbola dan benar-benar tertarik untuk membeli klub Premier League. Namun pada saat yang sama ia menginginkan nilai untuk memperkuat investasinya. Oleh karena itu, ia memilih Nice ketimbang klub-klub Premier League lainnya,” tutur salah satu orang terdekat Jim.

Entah ada hubungannya dengan kegagalan mengambil United atau tidak, namun jika ia sukses mengambil alih Chelsea, maka dia punya impian untuk mengalahkan Manchester United. “Mimpi saya adalah bisa mengalahkan Manchester United. Saya akan menyukainya,” tuturnya seperti dikutip dari Manchester Evening News.

***

Baik Pangeran Mohammed bin Salman dan Sir Jim Ratcliffe, dua-duanya mengalami penolakan dari keluarga Glazer atas niat mereka untuk membeli Manchester United. Harga yang tidak sesuai keinginan Glazer menjadi alasan. Hal ini mempertegas kalau mereka sebenarnya tidak mau klub yang mereka akuisisi pada 2005 ini pindah ke tangan orang lain.

Lagipula, siapa yang mau melepas aset terbesar mereka dalam wujud kesebelasan bersejarah seperti Manchester United. Dengan menggunakan nama besar dan sejarah mereka di masa lampau, United masih sukses mendapat banyak sekali keuntungan tiap musimnya meski prestasi tidak berjalan seiringan.