Andreas menyindir Milner dan Van Dijk, tapi diusir suporternya sendiri. Foto: Bleacher Report

Dua pemain Liverpool yaitu James Milner dan Virgil van Dijk mendapat label arogan karena dianggap sombong dan tidak punya rasa hormat. Sayangnya, pendapat tersebut keluar dari mulut Andreas Pereira, pemain United yang bahkan tidak disukai oleh suporternya sendiri.

Kemenangan 5-3 atas Chelsea menjadi penutup manis bagi Liverpool yang dalam tiga musim beruntun mengakhiri kompetisi Premier League tanpa mengalami kekalahan di kandang. Namun, pencapaian musim ini jelas terasa lebih spesial karena pada akhir pertandingan, Jordan Henderson menutup musim ini dengan mengangkat trofi Premier League.

Setelah itu, perayaan terjadi di mana-mana. Di luar Anfield, flare berwarna merah menyala untuk merayakan keberhasilan tim kesayangan mereka. Sampai-sampai ada sembilan orang yang ditangkap polisi karena berulah di tempat umum. Sementara para pemain Liverpool merayakan dengan berfoto bersama trofi Liga Champions yang tampak membuat mereka seolah-olah baru meraih double winners.

Meriah tapi tidak sedikit yang menganggapnya norak. Wajar, batas dari dua kata tersebut sangat tipis. Bagi Liverpool dan pendukungnya, itu menjadi sesuatu yang meriah karena mereka baru saja buka puasa setelah 30 tahun tidak bisa juara Liga Inggris. Namun bagi para pembencinya, perayaan tersebut terlalu lebay karena belum tentu mereka akan menjadi juara lagi ke depannya.

Banyak yang risih dengan perayaan gelar tersebut. Satu yang pasti adalah Manchester United sebagai rival abadi mereka. Melalui Andreas Pereira ia menjadi perwakilan United yang menyindir The Reds. Entah ada hubungannya dengan keberhasilan mereka atau tidak, namun Andreas merasa risih dengan dua pemain mereka yaitu James Milner dan Virgil van Dijk.

Dalam kanal YouTube Desimpedidos, Andreas Pereira menjawab pertanyaan tentang pemain sepabola paling marrento atau dengan kata lain sombong. Dua nama yang ia sebut adalah Milner dan Van Dijk.

“Saya tidak suka orang itu, James Milner. Satu lagi yang saya tidak suka adalah pemain bertahan mereka yaitu Van Dijk. Ia marrento. Bahkan caranya bermain juga terlihat arogan,” kata penggawa Brasil tersebut.

Membenci Tapi Dibenci

Andreas tampak tak ragu untuk mengatakan bahwa ia adalah pembenci Liverpool, khususnya kepada dua nama itu. Sama seperti Gary Neville yang mengaku benar-benar benci apapun yang berbau Merseyside merah. Namun, perkataan Andreas sungguh ironi. Ucapan kalau Milner dan Van Dijk adalah pemain arogan justru keluar dari mulut pemain United yang bahkan tidak disukai oleh suporternya sendiri.

Saat Milner dan Van Dijk bergelimang gelar dan pelan-pelan mulai menjadi legenda Premier League, Andreas bahkan kesulitan untuk mendapatkan tempat inti di skuad utama. Sebaliknya, ia menjadi pemain yang diharapkan suporter untuk secepatnya pergi dari Old Trafford demi memberi tempat kepada pemain yang jauh lebih layak.

Setelah mencetak gol melawan LASK pada Maret lalu, Andreas hanya bermain selama 36 menit dalam 10 laga yang berlangsung setelah jeda pandemi. Itu berarti, rata-rata dia hanya bermain 3,6 menit saja.  Saat pemain seperti Bruno atau Paul Pogba mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan, Ole pun memilih untuk memainkan pemain lain ketimbang dirinya. Bisa jadi Ole sudah tahu kalau keberadaan Andreas di atas lapangan tidak akan memberi perbedaan selain hanya ngotorin baju.

Laga melawan Southampton dan West Ham adalah contoh ketika lini tengah United butuh tambahan kreativitas saat tiap serangan mentok di tengah jalan. Akan tetapi, ia tetap duduk diam saja di bangku cadangan hingga pertandingan berakhir.

Ketika ucapan kebencian keluar dari mulut Gary Neville atau bahkan Roy Keane, maka yang terjadi kemudian adalah gairah yang memuncak untuk merasa yakin kalau ucapan kedua legenda ini benar. Se-arogan-arogannya seorang Gary Neville dan Roy Keane, kedua pemain ini akan selalu bermain dengan konsisten. Itulah kenapa mereka dianggap sebagai salah satu pemain terbaik sepanjang masa klub. Namun ketika ucapan itu keluar dari mulut Andreas, maka hal itu tidak ubahnya sebuah bahan tertawaan.

Kita masih ingat pada Februari lalu ketika Andreas diminta pindah oleh penggemar United. Bayangkan lho, yang meminta pindah adalah penggemar tempatnya bermain. Bukan cuma satu, banyak yang berpikiran sama dengan orang tersebut. Andreas kemudian membalasnya dengan menyebut kalau dia akan berusaha memperjuangkan tempatnya meski hingga saat ini usahanya itu belum menghasilkan apa-apa.

Andreas memang masih berusia 24 tahun, ya saya tidak bisa menampik kalau dia masih punya kesempatan untuk berkembang. Namun, maaf saja, bagi saya yang juga fans United, Andreas tampaknya memang tidak cocok untuk bermain di sini. Sudah berapa kali dia mendapat kesempatan main sejak awal tapi kontribusinya di atas lapangan juga tergolong minim. Atas dasar ini Ole kemudian membeli Bruno Fernandes. Ketika Bruno kelelahan justru bukan Andreas yang diminta mengisi tempatnya. Sebuah tanda kalau dia bahkan tidak cocok untuk menjadi pemain pelapis sekalipun.

Jika perkembangan tersebut tidak bisa ia raih secepatnya maka tidak tertutup kemungkinan namanya akan ditendang keluar oleh Ole Gunnar Solskjaer yang ingin membangun United dengan pemain-pemain yang dianggap bisa memberikan perubahan kepada timnya. Ketika momen itu terjadi, maka Milner dan Van Dijk akan menyambutnya dengan suara tertawa yang paling keras.

Sebagai penutup saya ingin memberikan sebuah pertanyaan, kalau pemain sekelas Milner dan Van Dijk disebut arogan, maka kata apa yang pantas ketika mendeskripsikan seorang Andreas Pereira?