Foto: Goal.com

“Your job now is to stand by your new manager.” Begitu kata Sir Alex Ferguson setelah menjalankan pertandingan terakhirnya di Old Trafford. Pidato yang disambut gemuruh semangat oleh para suporter United. Gemuruh yang menandakan kalau kita semua sebagai pendukung siap berada di belakang manajer United pada situasi apa pun.

Namun, sembilan tahun berlalu ucapan tersebut tampak hanya masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Kita hanya bisa manggut-manggut ketika mendengar kutipan tersebut tapi jari kita tetap terus mengetik #Out tanpa sadar.

Musim 2022/23 menjadi kali kelima kita diminta untuk stand by kepada manajer yang baru. Apakah kali ini suporter dan manajemen bisa melakukannya? Jawabannya ada pada hasil akhir yang akan dijalani oleh Erik ten Hag. Ia harus bisa membawa United tampil bagus karena ia dikejar oleh waktu.

Hanya dengan kemenangan dan gelar juara saja ia bisa membawa suporter United dan manajemen berada dalam satu suara yang sama. Jika tidak, maka akan ada segelintir orang yang akan membencinya dan mulai menyerangnya seperti yang menimpa empat manajer permanen sebelumnya.

Jonathan Northcroft dari The Times berkisah mengenai apa saja gejolak yang dihadapi manajer United sejak Fergie pensiun.

DAVID MOYES

David Moyes sedang bersama istrinya, Pamela, pada 1 Mei di sebuah toko perhiasan untuk mencari hadiah ulang tahun ke-50 dirinya. Asyik memilih hadiah, teleponnya berbunyi dan nomor yang menghubunginya adalah Ferguson yang memintanya segera datang ke rumah.

Moyes datang ke rumah Ferguson di Wilmslow. Di sana Fergie bercerita kalau dia akan pensiun dan memintanya menjadi manajer baru United.

“David, saya pensiun, Anda akan menjadi manajer baru Manchester United,” kata Ferguson.

Satu jam diskusi terjadi antara mereka berdua dengan Fergie yang meminta Moyes menjaga skuad warisannya ini dan melakukan penyegaran dengan mempromosikan beberapa pemain akademi.

Dua hari kemudian, Moyes bertemu Ed Woodward yang naik pangkat menggantikan David Gill dan bertemu keluarga Glazer. Kontrak langsung dibuat dan tidak tanggung-tanggung selama enam tahun. Tidak ada yang tahu pasti apa alasan kontrak panjang tersebut namun sepertinya mereka terinspirasi dari waktu yang dibutuhkan Ferguson memenangkan liga pertamanya bersama United.

Moyes langsung memasang dua prioritas sejak menandatangani kontrak yaitu mempertahankan Rene Meulensteen dan mendatangkan pemain yang dia pikir berguna untuk klub. Target utamanya adalah Cesc Fabregas yang gelisah di Barcelona dan Gareth Bale yang siap keluar dari Tottenham.

Pada momen inilah United membuat kesalahan kecil yang sangat fatal. Mereka tidak meminta Moyes bekerja sejak awal alias justru menunggu hingga kontraknya benar-benar habis pada 30 Juni. United tidak membayar uang ganti rugi layaknya sekarang yang mereka lakukan kepada Ten Hag agar bisa cepat bekerja. Mereka baru benar-benar serius bekerja pada 1 Juli.

Segalanya terlambat dan Moyes menyadari itu. Rene berubah pikiran dan tidak mau bergabung dengan jajaran stafnya. Tidak ada kemajuan juga dari negosiasi dengan Fabregas. Saat Moyes menunggu 1 Juli tiba, Real Madrid gerak cepat melakukan negosiasi dengan Bale dalam rentang Mei hingga Juni.

Situasinya pun menjadi berantakan. Dua kali tawaran Fabregas ditolak. Di sisi lain, Bale memilih Real. Internal tim juga memanas ketika Rooney dirayu Chelsea dan siap keluar setelah beberapa kali terlibat konflik dengan Ferguson.

Transfer United yang tadinya cerah berubah menjadi lelucon. Target bergeser ke mantan anak asuh Moyes yaitu Leighton Baines dan Marouane Fellaini. Ia merasa dua target ini adalah target B yang sempurna.

Klausul pembelian Fellaini hanya 22 juta pounds. Di sisi lain, Baines berharga di kisaran 20-25 juta pounds. Tapi Woodward merasa harga segitu terlalu mahal. Ia ingin keduanya dibeli sekaligus dengan harga 28 juta pounds yang sudah pasti ditolak mentah-mentah Everton. United tetap memaksa hingga tidak sadar kalau klausul pembelian Fellaini 22 juta pounds sudah berlalu. Pada akhirnya, United mengaku kalah dari Baines. Uang tersebut kemudian hanya dapat satu Fellaini yang lebih mahal dari harga klausulnya.

Pekerjaan Moyes bertambah berat. Penyegaran yang diminta Ferguson tidak bisa dilakukan. Ia sadar kalau tim United saat itu adalah tim yang ajaib. Dengan usia Giggs 39 tahun, Scholes 38, Ferdinand 33, Vidic 30 plus cedera lutut kambuhan, mereka masih bisa juara liga. Moyes perlu pemain belakang bagus di usia 20-an dan awal 30-an.

Pada akhirnya cerita Moyes penuh drama di Carrington. Vidic katanya tidak suka ditampilkan klip analisis Moyes yang memakai Phil Jagielka sebagai contoh. Tapi cerita ini sebenarnya fiktif. Meski begitu, memang benar Moyes terlibat friksi dengan Ferdinand akibat larangan keripik dan saus tomat.

Imbasnya tentu adalah hasil di lapangan yang ikut memburuk. Mereka hanya menang enam kali dari 15 laga pertama mereka di Premier League. Moyes kini mulai tertekan dengan gambar besar Ferguson di kantornya.

Ditambah manajemen tim yang carut marut. Saat Moyes sedang kalut, Woodward datang dengan ide yang dianggap brilian tapi aneh yaitu United harus punya skuad gemuk dengan sejumlah besar personel yang memiliki kontrak panjang. Ini dilakukan agar pemain United masih punya value yang tinggi. Cara yang pertama adalah memperpanjang kontrak Nani selama lima tahun meski si pemain bukan pemain penting Moyes.

Situasi menjadi lebih kondusif pada Januari. Moyes mendapat apa yang ia inginkan yaitu Juan Mata. Februari, Moyes diizinkan berbicara dengan pihak Toni Kroos yang sayangnya tidak terjadi.

Bagi Moyes, hal terbaik selama delapan bulan dirinya di United adalah dukungan suporter. Dia merasa heran kalau masih ada yang mau mendukungnya meski United bersamanya berada pada titik terendah seperti saat kalah dari Olympiacos 2-0 yang membuat Woodward mengambil foto papan skor di Athena itu dan menyimpannya di kantornya sebagai pengingat kalau inilah titik terendah United dan membuat orang-orang di klub bisa rendah hati ketika kesuksesan kembali datang.

United sukses melakukan comeback saat itu. Bahkan mereka memberi perlawanan sen melawan Bayerna Munchen. Namun, kekalahan di Yunani saat itu membuat Woodward dan Glazer merasa Moyes sudah habis. Dua hari setelah perempat final melawan Munchen, Woodward diam-diam bertemu Louis van Gaal.

11 hari setelahnya, Moyes dipecat.