foto: irishmirror.ie

Derby Manchester pada musim 2016/2017 ini menghadirkan rivalitas yang berbeda. Jika dalam dua tulisan sebelumnya, rivalitas City dan United hadir sebagai rivalitas antar institusi, pada musim ini, ada perselisihan antarindividu yang menyulut pertandingan derby pada malam ini akan semakin panas.

Para individu ini sebagian di antaranya, membawa dendam di masa lalu dan akan dipertengkarkan di Stadion Old Trafford pada Sabtu (10/9) petang nanti. Lantas, siapa saja mereka yang (pernah) berseteru?

Jose Mourinho dan Pep Guardiola

foto: foxsport.com.au
foto: foxsport.com.au

Derby kali ini akan semakin panas karena kedua manajer yang menukangi United dan City. Sebelumnya, Sir Alex Ferguson selalu tampil superior di hadapan manajer City yang pernah ia hadapi. Namun, kali ini situasinya berbeda. Semua orang tahu bahwa Mou dan Pep bagaikan dua kutub yang saling menolak satu sama lain.

Kalau dibuat daftar, tentu akan lebih banyak perbedaan di antara Mou dengan Pep ketimbang persamaannya. Satu-satunya hal yang sama adalah mereka pernah bersama-sama di Barcelona; Mou sebagai penerjemah sementara Pep sebagai kapten tim.

Ketidaksukaan Mou awalnya bermula saat ia menyampaikan presentasi soal visinya untuk Barcelona. Namun, presentasi Mourinho nyatanya tidak membuat klub terkesan. Pada akhirnya, tanggung jawab untuk melatih Barcelona diserahkan kepada Pep Guardiola. Persaingan antara Mou dengan Guardiola kian meruncing saat pelatih berkebangsaan Portugal tersebut menjadi pelatih Real Madrid.

Berdasarkan cerita Ian Ladyman dari Dailymail, sejatinya perselisihan Mou dan Pep bukan berawal saat keduanya menghirup atmosfer El Clasico sebagai manajer, tetapi lebih awal dari itu. Momen itu berawal saat Mou “mengajari” Pep yang akan memulai karier sebagai pelatih. Namun, hubungan pertemanan menjadi menipis karena Pep hilang tanpa kabar. Hal ini menjadi klimaks saat Pep ditunjuk sebagai pelatih Barcelona. Wajar rasanya kalau Mou menyebut Pep sebagai “pencuri”.

Mourinho dan Kevin De Bruyne

mou-de-bruyne-eurosport
foto” eurosport.com

Konon, sehebat apapun seorang pemain kalau ia tak masuk ke dalam selera pelatih, maka ia tak akan berarti apa-apa. Hal ini juga yang mungkin mendasari mengapa Mou melepas pemain terbaik Chelsea sebanyak dua kali, Juan Mata. Di tangan Mou, Mata seakan tak lebih hebat dari seorang Ramires.

Dilepasnya Mata ke Manchester United pada bursa transfer musim dingin 2014, berbarengan dengan dilepasnya Kevin De Bruyne senilai 16,5 juta paun ke Wolfsburg. Kepergian De Bruyne rupanya bisa memberikan dirinya kebebasan untuk mengeluarkan segala keresahan yang telah lama ia pendam.

Awalnya, De Bruyne menunjukkan di atas lapangan kala memberikan kontribusi saat City menang 3-0 pada 2015 silam atas Chelsea. De Bruyne seakan ingin menunjukkan bahwa Chelsea telah salah melepasnya. De Bruyne pun membeberkan ketidakadilan yang dilakukan Mourinho terhadap dirinya.

De Bruyne bercerita bahwa Mou mengumpulkan semua gelandang serang dan menunjukkan statistik permainan mereka. Menurut pemain kelahiran 28 Juni 1991 ini, apa yang dilakukan Mou secara tidak langsung menyinggung dirinya.

“Kala itu saya merasa bahwa ia melakukan hal tersebut karena ingin menunjukkan bahwa saya tidak bermain di level yang sama seperti pemain lain,” ungkap De Bruyne.

De Bruyne tak senang karena merasa menit bermainnya kelewat sedikit ketimbang gelandang serang lain yang membuatnya tak bisa diperbandingkan. Ia merasa hal ini sebagai sesuatu yang tidak adil.

Sebenarnya, De Bruyne pun bisa dibilang salah karena saat merasa tidak adil ia justru memilih absen latihan, bukannya berjuang untuk mendapatkan simpati Mou. Toh buktinya saat ia berlatih dengan baik di Wolfsburg maupun City, De Bruyne bisa menunjukkan potensinya.

Buktinya, De Bruyne bicara begini: “Mourinho bilang ingin mempertahankan saya, asalkan saya berbuat lebih baik lagi. Kemudian saya terus berlatih keras, bahkan ketika libur. Namun, saya tidak mendapatkan kesempatan yang seharusnya. Chelsea awalnya hanya ingin meminjamkan saya, tapi saya sudah merasa muak dan ingin cepat pergi.”

Dari apa yang diucapkan De Bruyne, pelatih mana yang suka dengan pemain manja seperti ini? Xabi Alonso yang pernah dilatih Mou berujar bahwa Mou adalah pelatih yang ingin para pemain berjuang untuknya. Tak peduli sekeras apapun pemain berlatih, kalau ia hanya bermain untuk dirinya sendiri itu semua akan percuma.

Petang nanti, De Bruyne akan kembali bersua Mourinho. Bedanya, Mou kini sudah melatih United. Namun, “dendam” De Bruyne agaknya masih akan membara.

Marouane Fellaini dan Pablo Zabaleta

"Dia berlari ke arah sikut saya," kata Fellaini. Foto: skysports.com
“Dia berlari ke arah sikut saya,” kata Fellaini. Foto: skysports.com

Dulu, saat masih dilatih David Moyes, Fellaini adalah seorang gelandang yang sulit dikontrol. Ia memang punya kemampuan duel udara yang baik, tetapi tak mampu menahan hasratnya untuk mengasari lawan.

Salah satu korbannya adalah Pablo Zabaleta. Kala itu, Maret 2014, United berhadapan dengan City dalam derby yang digelar di Old Trafford. Dalam satu fragmen, terlihat Zabaleta mengerang kesakitan karena terkena sikutan di wajahnya. Lebih mengerikan lagi, Fellaini meludah ke arah Zabaleta.

Fellaini sendiri tidak menerima hukuman baik dari wasit maupun dari FA. Fellaini pun berkilah bahwa Zabaleta-lah yang berlari ke arah sikutnya. Pernyataan Fellaini pun ditanggapi sinis oleh pemain berkebangsaan Argentina tersebut.

“Perkataan bahwa aku berlari ke arah sikutnya adalah hal terlucu yang pernah kudengar dalam hidupku,” ucap Zabaleta,

“Aku tahu aku bukan pemain tertinggi di liga, tapi dia membiarkan bola dan mencoba menyikutku. Dia mestinya dikeluarkan, 100 persen!”

Soal meludah, Zabaleta tak mau banyak bicara karena ia tak melihatnya secara langsung. Meskipun demikian, ia sudah melihat gambar yang beredar soal bagaimana Fellaini meludah ke arahnya. Ia pun menyatakan akan menghormati keputusan FA.

Perselisihan Fellaini dan Zabaleta agaknya masih akan terus berkembang. Selain karena keduanya kemungkinan bermain di derby petang nanti, juga tidak ada hukuman yang diberikan FA kepada Fellaini atas momen tersebut!

Zlatan Ibrahimovic dan Pep Guardiola

foto: sportsjoe.ie
foto: sportsjoe.ie

Anda tentu sudah membaca mengapa terjadi perselisihan antara Zlatan dengan Pep. Bahkan dengan terang-terangan dalam otobiografinya, I am Zlatan, Zlatan mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap Pep. Ia pun membandingkan perlakuan yang ia terima dari Mou yang perhatian dengan Pep yang dingin.

Baca juga: Antara Zlatan, Pep, dan Mourinho

Persoalan Zlatan dan Pep dimulai saat sang pemain pindah ke Barcelona. Kala itu, Zlatan telah meraih kejayaan bersama dengan Mourinho di Inter Milan.

Namun, kepindahan Zlatan ke Barcelona justru mengurangi jumlah gol Lionel Messi yang posisinya digeser ke sayap. Keluhan Messi pun membuat Zlatan terpinggirkan.

Klimaksnya adalah saat ia sembuh dari cedera. Zlatan mengklaim kalau Pep terkesan menghindarinya. Ia bahkan pernah berkonfrontasi langsung dengan Pep, meski tak sampai adu fisik.

Kembali bergabung bersama dengan Mourinho, Zlatan akan menunjukkan segala kehebatannya di depan mantan manajernya di Barcelona.

***

Mereka yang berselisih secara pribadi ini akan membuat persaingan dalam Derby Manchester kian memanas. Jika sebelumnya terkesan hanya Sir Alex yang menggebu-gebu untuk menggebuk City, kini ada sejumlah individu yang punya motivasi lebih untuk saling mengalahkan.

Kalau Derby 2009 dianggap sebagai derby terbaik, mungkinkah derby musim ini akan menjadi yang terpanas?