Alan Shearer and Alex Ferguson (Foto: The Sun)

Pada 30 Juli 1996, Newcastle United membuat gebrakan besar dengan merekrut Alan Shearer dari Blackburn Rovers. Perekrutan tersebut mengejutkan dunia karena The Magpies memecahkan rekor transfer dunia yang sebelumnya dibuat oleh Ronaldo Nazario de Lima ketika pindah dari PSV Eindhoven ke raksasa Spanyol, Barcelona.

Pembelian ini benar-benar menguntungkan bagi Newcastle United saat itu. Mereka kembali mendapatkan striker tajam di Inggris untuk mengisi kekosongan yang ditinggal oleh Andy Cole 18 bulan sebelumnya. Selain itu, mereka juga mengalahkan beberapa klub lain yang juga berminat kepada mantan pemain Southampton tersebut, termasuk salah satunya adalah Manchester United.

Setan Merah menjadikan Shearer sebagai target utama mereka untuk menyambut musim kompetisi 1996/1997. Alex Ferguson butuh satu pemain depan kelas dunia untuk menemani Eric Cantona dan Andy Cole. Saat itu, United sudah kehilangan dua strikernya yaitu Mark Hughes dan Brian McClair yang pindah ke tempat lain. Sayangnya, cinta United bertepuk sebelah tangan karena Newcastle yang mendapatkan jasa Shearer.

“Saya duduk bersama Kevin Keegan dan Sir Alex Ferguson pada hari yang sama. Pada pagi hari, saya bicara dengan Kevin Keegan. Pembicaraan kami berjalan dengan baik dan sangat positif. Lalu, perwakilan Manchester United datang setelah Newcastle pergi, dan orang itu adalah Sir Alex,” tutur Shearer dalam acara Match of the Day.

“Sir Alex langsung bertanya kepada saya: ‘Apakah saya adalah orang pertama yang dilihat, atau kedua?’. Lalu saya katakan kalau sebelumnya saya sudah bertemu dengan Kevin Keegan pagi ini, dan dia langsung berkata kalau pada dasarnya dia tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan saya,” kata Shearer menambahkan.

Ferguson tampak menyerah ketika tahu kalau Newcastle datang lebih dulu dibanding mereka. Ia merasa kalau Newcastle mungkin sudah memberikan perkenalan awal yang positif kepada Shearer sehingga tawaran United menjadi tidak ada gunanya lagi.

Akan tetapi, Shearer sebenarnya lebih condong ke United pada saat itu. Hal ini tidak lepas dari pertanyaan yang ia berikan kepada Ferguson yang membuat pria asal Skotlandia tersebut kesulitan untuk menjawab.

“Saya bertanya apakah saya bisa mengambil penalti dan ia menjawab kalau saat itu ada Eric Cantona yang menjadi penendang utama. Lalu saya berkata, ‘Saya tahu, tetapi apakah saya bisa mengambilnya juga?’ Dan dengan pertanyaan itu, ia langsung menatapku dengan pandangan yang sangat dingin.”

“Lalu saya harus membuat keputusan dan pada satu titik, saya merasa kalau saya akan pergi ke Manchester United. Saya yakin 90 persen saya akan ke sana,” ujarnya.

Memilih Manchester United atau Newcastle saat itu menjadi keputusan yang sulit bagi Shearer. Kedua kesebelasan ini sama-sama memberikan kebahagiaan tersendiri bagi dirinya. Bersama United, ia akan memperkuat salah satu tim kuat di Inggris dan Eropa. Ada garansi berupa gelar juara yang bisa diraih apabila ia memilih ke sana.

Namun Shearer adalah seorang Geordie. Ia lahir dan tumbuh besar di Newcastle. Mimpi utamanya hanya satu yaitu memperkuat Newcastle United. Sayangnya, ia harus memilih satu klub saja untuk menjadi tempat tinggal barunya. Pada akhirnya, Newcastle yang kemudian dipilih oleh bapak tiga orang anak ini.

“Kemudian saya mendapat telepon lagi dengan Kevin. Sehari atau dua harik emudian, mereka ingin bertemu saya lagi dan saya langsung berubah haluan untuk pergi ke Newcastle. Klub yang saya selalu dukung sepanjang hidup saya,” kata Shearer.

Mewujudkan impian membuat Shearer mengorbankan kesempatan main di klub besar seperti United. 10 musim memperkuat Newcastle, ia sama sekali tidak memberikan gelar apa pun. Pada saat yang bersamaan, Setan Merah mengumpulkan lima gelar Premier League, dua gelar Piala FA, dan satu Liga Champions. Ferguson sendiri kemudian merekrut Ole Gunnar Solskjaer sebagai obat dari kegagalan mendatangkan Shearer.

Meski begitu, Shearer tidak perlu menyesal karena pilihannya tidak membawa dia bisa mengangkat piala jauh lebih banyak dari yang ia punya. Setidaknya, ia menjadi legenda di sana dengan menjadi top skor sepanjang masa klub berkat torehan 206 gol. Ia juga menjadi top skor sepanjang masa Premier League dengan catatan 260 gol.

Ia tidak bisa mengangkat trofi Premier League sesering mungkin, namun ia sudah pernah melakukannya satu kali ketika masih membela Blackburn Rovers. Pencapaian yang tidak terlalu buruk mengingat tidak sembarangan pemain yang bisa mengangkat trofi Premier League.