Seminggu setelah dibukanya jendela transfer, pendukung Manchester United sudah disibukkan dengan munculnya rumor-rumor yang bersliweran dari media. Rumor kedatangan Fred serta rumor kepindahan Martial mulai muncul dalam beberapa hari terakhir.

Meski begitu, pernahkah kita dibuat bertanya-tanya oleh media terkait cara mereka dalam membuat berita mengenai rumor transfer? Pada tulisan kali ini, penulis ingin menceritakan kisah seorang jurnalis yang mengutarakan bagaimana langkah mereka membuat berita terkait kabar kepindahan seorang pemain yang dilansir dari berbagai sumber.

Besarnya Peran Media dalam Transfer Pemain

Selain agen dan pemain, transfer di dunia sepakbola juga tidak lepas dari peran media. Jurnalis yang akan mengumpulkan informasi lalu mengemasnya menjadi sebuah berita yang kemudian bisa dilihat di dunia maya.

Seringkali apa yang kita lihat di beberapa media hanyalah rumor. Para penggemar United tentu puas apabila berbicara soal rumor transfer yang melibatkan klub favoritnya. Dua nama yang seringkali diberitakan akan merapat ke United adalah Nicolas Gaitan serta Wesley Sneijder. Rumor tersebut selalu hadir seiring bertambahnya usia kedua pemain tersebut. Nyatanya, hingga saat ini kedua pemain tersebut tidak pernah berseragam merah United.

Beberapa jurnalis tidak menampik kalau rumor transfer memang dibuat secara sengaja. Akan tetapi, itu semua dikarenakan permintaan pembaca yang memang menyukai berita yang sebatas gosip. Mereka membuat berita rumor karena kita (pembaca) suka dibuai dengan rumor tersebut.

Dilansir dari Fourfourtwo Agustus 2012, jurnalis akan memulai membuat rumor transfer dengan melihat pemain mana saja yang sedang menginjak tahun-tahun terakhir kontraknya. Setelah itu, mereka akan menghubungkan kiprah si pemain dengan posisi klub tersebut di liga utamanya. Hal ini bisa mempengaruhi perpindahan pemain dari satu klub ke klub lain.

Jurnalis yang tidak disebutkan namanya ini mengambil contoh transfer Luka Modric dari Tottenham Hotspur ke Real Madrid 2012 lalu. Ketika itu, Spurs gagal ke Liga Champions karena digusur Chelsea. Ia kemudian menelepon rekannya sesama jurnalis lalu berdiskusi mengenai apakah ada peluang keduanya untuk pindah.

Sejak saat itulah rumor transfer mengenai Modric dimulai. Si jurnalis menyebut langkah ini sudah 50% dari terjadinya transfer yang sesungguhnya. Beberapa jurnalis tersebut kemudian menghubungi agen Modric yang membuat rumor kepindahannya semakin kencang.

Selain mencari berita secara mandiri, para jurnalis juga kerap menjalin hubungan baik dengan beberapa manajer. Agar bisa mendapatkan berita yang baik, tidak jarang mereka harus memasang wajah manis agar bisa mendapat info langsung dari si manajer. Cara ini diceritakan bisa berjalan efektif baik bagi si manajer maupun jurnalis itu sendiri.

“Jika Anda mau membantu seorang manajer, maka dia bisa menjadi informan langsung bagi Anda. Terkadang, manajer akan meminta tolong kepada Anda dengan mengatakan, ‘Hei, saya ingin mendatangkan pemain ini, tapi saya dengar kalau dia juga diminati klub lain. Bisakah Anda menyelidiki dia?” Hal ini secara tidak langsung memudahkan kami untuk mencari berita.”

Jika transfer berjalan dengan mulus, langkah berikutnya bagi si jurnalis adalah mencari sumber lain yang biasanya tidak ada kaitannya dengan agen, klub, atau si pemain itu sendiri. Mereka pasti memilih bungkam. Kalau sudah begini, jurnalis akan meminta pendapat dari teman si agen, atau mendekati beberapa teman dekat dari si pemain tersebut untuk mengulik informasi.

Selain itu, tidak sedikit pemain yang meminta jurnalis untuk sengaja membuat rumor transfer tentang dirinya. Tujuannya bukan untuk mencari jalan keluar melainkan untuk meningkatkan nilai si pemain itu sendiri. Jurnalis tersebut bahkan mengaku kalau dia pernah dihubungi oleh Wayne Rooney saat yang bersangkutan ingin hijrah ke Manchester City delapan tahun silam.

“Saat itu, Rooney tidak benar-benar ingin pindah dari United. Dia hanya menginginkan United menaikkan gajinya dan membuat klub berani merekrut pemain-pemain berharga mahal. Akhir cerita pun berakhir dengan Rooney menjadi pemain dengan gaji termahal di Premier League dan Glazer menyetujui permintaan Rooney dengan merekrut beberapa pemain di musim berikutnya.”

Jika rumor yang mereka buat berakhir sesuai dengan kenyataan, maka secara tidak langsung meningkatkan citra media itu sendiri. Akan tetapi, jika berakhir tidak sesuai dengan keinginan, maka media tersebut akan mendapat label sebagai media yang suka berfantasi alias membuat berita yang mengada-ngada.

Bagaimana Cara Mengidentifikasi Kebenaran Berita Transfer?

Editor SetanMerah.net, Frasetya Vady Aditya, pernah menulis bagaimana cara mengetahui kebohongan media dalam pemberitaan bursa transfer. Ia menuliskan ada lima cara untuk mengetahui apakah transfer tersebut benar-benar terjadi atau hanya sekedar isu belaka.

Yang pertama adalah periksa penggunaan tanda baca. Pemakaian tanda tanya di akhir kalimat mengindikasikan kalau transfer kemungkinan besar tidak akan terjadi. Langkah berikutnya adalah mencari berita tersebut di media sosial. Apakah berita serupa muncul dari wartawan-wartawan dengan reputasi yang dipercaya atau langsung dari sumber klub. United terkadang memiliki orang dalam yang bisa dipercaya seperti Craig Norwood atau Samuel Luckhurst, dua orang yang disebut-sebut punya kenalan orang dalam di kubu Setan Merah.

Selain itu, periksa judul berita tersebut. Apakah judul tersebut memuat nama pemain secara jelas atau tidak. Kita sering mendapat judul kalau “United akan membeli pemain sayap baru”. Namun tidak jelas siapa pemain yang dimaksud. Kita tentu tidak mau tertipu jika membaca judul “Sayap MU berniat hengkang di akhir musim”, tetapi ketika dibaca, pemain sayap yang dimaksud adalah Greg Nwokolo pemain dari MU (Madura United).

Penggunaan kata “dilaporkan” juga berpengaruh terhadap kebenaran bursa transfer. Kata “dilaporkan” mengindikasikan kalau media tersebut hanya menjiplak berita dari media lain. Sementara itu, cara terakhir adalah dengan melihat apakah rumor tersebut hanya diambil berdasarkan kutipan wawancara si pemain yang bermakna berbeda.

Sumber: FourFourTwo, Sportwitness, Express