Tepat pada 30 April kemarin, salah satu mantan pemain Setan Merah yaitu John O’Shea merayakan hari ulang tahunnya yang ke-37. Sayangnya pada ulang tahunnya kali ini ia mendapat kado buruk berupa terdegradasinya Sunderland dari Divisi Championship.

Selama membela United, O’Shea dikenal sebagai pemain yang bisa bermain di segala posisi. Bek tengah, kiri, kanan, gelandang bertahan, striker, hingga penjaga gawang sudah pernah ia rasakan. Tidak hanya itu, ia sering membobol gawang tim-tim besar.

Untuk merayakan hari jadi O’Shea dan sedikit menghibur kegalauan hatinya setelah terdegradasi, marilah kita mengenang kembali momen-momen ajaib yang diceritakan langsung oleh O’Shea beberapa waktu lalu kepada Inside United.

Baca juga: Tawa Penggemar Manchester United di Atas Penderitaan Sunderland

Mengecoh Luis Figo (vs Real Madrid, 23 April 2003)

Musim yang bagaikan mimpi bagi saya karena bos (Fergie) memberi saya banyak kesempatan dan memainkan saya dalam pertandingan besar. Kekalahan 1-3 pada leg pertama membuat kami tersingkir meski memberikan perlawanan yang hebat pada perjumpaan kedua. Mereka adalah tim yang sulit sekali dikalahkan saat itu.

Orang-orang berbicara tentang aksi saya mengolongi Luis Figo tapi itu adalah hal naluriah yang saya lakukan. Saya yakin dia tidak akan menyukainya karena pemain tua biasanya tidak suka apabila diperlakukan seperti itu oleh pemain muda. Saya sangat menikmatinya.

 

Chip Indah di Highbury (vs Arsenal, 1 Februari 2005)

Saya terkejut karena setelah gol ini peluit panjang dibunyikan. Saya ingat bos hanya meminta saya untuk bertahan di lini tengah, tetapi saya memutuskan untuk berlari. Bola diberikan ke Paul Scholes dari Louis Saha dan ia mengumpan setelah melihat saya menusuk ke depan. Saya merasa kiper telah keluar sarang dan memilih untuk men-chip bola dan untungnya gol.

Perayaan gol saya diejek karena seperti orang bingung. Tapi jujur saya tidak tahu harus berbuat apa. Pertandingan itu dikenang karena adu mulut Roy Keane melawan Patrick Vieira dan begitu juga dengan gol saya yang dikenang sebagai salah satu momen hebat di Premier League.

Menjadi Penjaga Gawang (vs Tottenham Hotspur, 4 Februari 2007)

Rio (Ferdinand) sebenarnya ingin menjadi kiper tapi saya merasa ia lebih tepat menjaga lini belakang. Saya ingat sempat menahan umpan silang dan melakukan tekel sukses kepada Robbie Keane saat situasi satu lawan satu. Jika ada pemain butuh kiat cara menghadapi pemain satu lawan satu maka mereka bisa konsultasi kepada saya.

Saya gembira tidak kebobolan dan begitu menikmati pengalaman tersebut. Tetapi, saya juga begitu gugup terutama saat menghadapi tendangan ke gawang. Saat saya melakukan tendangan ke gawang, saya hanya berdoa agar supaya tidak terpeleset karena pendukung mereka selalu berteriak ‘Whoooahh’.

Hantaman di The Kop (vs Liverpool, 3 Maret 2007)

Dari segi tekhnik ini bukanlah gol terbaik. Tetapi, gol ini adalah gol terpenting yang pernah saya buat. Saya ingat Cristiano Ronaldo bersiap mengambil tendangan bebas dan pada awalnya saya berlari melintas tiang dekat sambil berharap dapat menyambar bola. Akan tetapi, Ronaldo justru melepaskan tendangan keras yang beruntung gagal diamankan kiper. Melihat bola mental ke arah saya maka saya langsung menendangnya dengan keras.

Saudara laki-laki saya berada di tribun pendukung tim tamu dan saya berlari merayakannya bersama mereka. Saya melihat Wayne Rooney melompat kegirangan di bangku cadangan. Ia sebenarnya sedang mendapat perawatan di ruang ganti. Karena mendengar gemuruh, ia keluar dengan bertelanjang kaki. Ini adalah kemenangan yang penting sebab dua bulan setelahnya kami menjadi juara.

Menjadi Kapten (vs Birmingham, 16 Agustus 2009)

Mengapteni United dalam sebuah pertandingan adalah kehormatan besar. Sungguh lucu ketika saya bertemu rekan setim saya Lee Carsley di ruangan wasit untuk memberikan daftar susunan pemain. Beruntung, saya memimpin tim dengan sangat baik (United menang 1-0).