“Saya tidak bisa untuk tidak bersifat kompetitif dengan Arsene. Dialah teman, sahabat, sekaligus rival saya selama 17 tahun.”

Itulah ungkapan Sir Alex Ferguson dalam My Autobiography yang terbit pada akhir 2013 lalu. Ia menempatkan kalimat tersebut pada paragraf terakhir bab 13 yang ia beri judul “Bersaing Dengan Wenger.” Sebuah bentuk penghargaan sekaligus kekaguman dari Sir Alex kepada pria Prancis tersebut.

Mereka berdua sebenarnya hadir di waktu dan era yang berbeda. Fergie datang saat Premier League belum dibentuk (1986) sementara Arsene Wenger tiba 10 tahun kemudian saat liga primer sudah berjalan di tahun kelimanya. Akan tetapi berkat jasa keduanya, Premier League bisa bertransformasi menjadi salah satu liga yang memiliki banyak pendukung di seluruh dunia.

Hanya Wenger yang bisa membuat nyali Fergie ciut. Kedatangannya pada 1 Oktober 1996 bahkan membuat seorang Sir Alex langsung terpancing untuk berkomentar. Komentar yang kemudian membuat hubungan keduanya mulai rumit bak benang kusut.

“Banyak orang yang bilang kalau dia pintar karena bisa menguasai lima bahasa. Saya punya kenalan seorang anak dari Pantai Gading berusia 15 tahun yang bisa berbicara soal lima bahasa,” ujar Fergie di awal kedatangan Wenger ke London.

Sejak saat itu, keduanya mulai rajin untuk saling menyerang. Tak jarang mereka saling menghina satu sama lain. Perseteruan keduanya menjalar ke sikap para pemain ketika keduanya bertemu. Pelanggaran keras, kartu merah, dan konfrontasi menjadi tajuk ketika Arsenal dan Manchester United bertemu di atas lapangan.

Berkat kehadiran Wenger, secara tidak langsung meningkatkan persaingan di Premier League. United yang hanya dikalahkan Blackburn Rovers saat itu mulai kesulitan ketika melawan Meriam London. Puncaknya adalah ketika Arsenal menjuarai Premier League dan meraih Piala FA di musim 1997/1998. Hanya Wenger yang bisa menyamai prestasi yang saat itu cuma bisa dilakukan Sir Alex. Jika Sir Alex butuh delapan tahun untuk meraih dua gelar dalam satu musim, maka Wenger hanya butuh satu musim untuk melakukannya.

Kekalahan Fergie atas Wenger juga dikarenakan tim asuhannya kalah dari Arsenal di Old Trafford dalam partai yang terbilang menentukan. Satu gol Marc Overmars saat itu membuat posisi United yang sudah unggul dipuncak mulai didekati Arsenal. Di akhir musim, secara terang-terangan Fergie tidak suka dengan keberhasilan Arsenal.

“Kami tentu tidak senang dengan apa yang diraih Arsenal. Akan tetapi, orang-orang tentu tahu siapa juara yang sesungguhnya,” ujar Fergie.

Arsenal secara perlahan mulai mengganggu hegemoni MU di kompetisi domestik. Dalam rentang 1997/98 hingga 2003/2004, mereka kerap bertukar status sebagai penguasa Inggris (MU empat kali, Arsenal tiga kali). Hal ini belum ditambah dengan fakta kalau keduanya suka membuat malu lawannya dalam beberapa kesempatan.

Fergie pernah membuat malu Wenger dengan skor 6-1 dan 8-2, Wenger pernah tidak dapat tempat duduk ketika diberi kartu merah pada 2009. Akan tetapi, Si Professor pernah memastikan juara liga primer di depan pendukung United di Old Trafford.

Puncak dari perseteruan Wenger dan Fergie tentu diawali dari keributan antar pemain di stadion Old Trafford pada 2003/2004. Keberhasilan Arsenal menahan imbang 0-0 United menjadi permulaan dari kesuksesan mereka meraih gelar liga dengan status tidak terkalahkan pada akhir musim. Hal ini membuat perselisihan keduanya semakin menjadi saat kembali bertemu semusim kemudian.

Gunners yang mencari rekor 50 pertandingan tanpa kalah, digagalkan oleh United dengan kemenangan 2-0. Hasil yang tidak bisa diterima Wenger sehingga menimbulkan insiden Pizzagate yang terkenal itu.

“Di lorong, Wenger mengkritik pemain saya dan menuduh mereka penipu. Saya katakan kalau lebih baik dia diam tapi dia menghampiri saya dan mengatakan, ‘Apa maumu?’ Hal itu sungguh memalukan, tapi saya tidak pernah berharap dia meminta maaf karena dia tidak akan pernah mau melakukan itu,” ujar Sir Alex.

Seiring bertambahnya usia, kedua manajer ini kemudian sedikit mengurangi tensi saat keduanya bertemu. Fergie saat itu menjadikan laga semifinal Liga Champions 2008/2009 sebagai momen bagi mereka berdua untuk berdamai yang ditandai dengan acara minum-minum diantara mereka berdua.

Di tengah perseteruan keduanya, ada rasa saling menghormati yang besar diantara kedua manajer terbaik ini. Fergie bahkan mengakui kalau Arsenal nya Wenger adalah tim yang sering ia saksikan. Tidak jarang Wenger kerap mengundang Fergie dan sebaliknya hanya untuk sekedar minum kopi bersama.

“Saya suka tim yang diracik Arsene. Ada tantangan istimewa yang membuat saya harus berpikir selama berjam-jam. Mereka akan selalu tampil baik ketika bertanding di Old Trafford. Banyak yang bilang kalau permainan Arsenal meniru Barcelona, tetapi bagi saya Barcelona yang justru meniru Arsenal.”

Kedua manajer ini kemudian berjalan bersama sampai akhirnya Fergie memutuskan pensiun pada 2013. Wenger benar-benar kehilangan pesaingnya saat itu. Jika Fergie menghabiskan masa pensiunnya dengan mengurus kuda peliharaannya maka Wenger saat itu bingung apa yang akan dilakukan seandainya dia pensiun nanti.

Dan lima tahun setelah pensiunnya Fergie, giliran Wenger untuk mengumumkan kalau musim ini adalah musim terakhirnya menangani Arsenal. Belum diketahui apakah dirinya akan pensiun dari sepakbola atau sekedar mencari tantangan di tempat lain. Namun yang pasti, hilangnya sosok Wenger seolah menjadi pertanda akan munculnya era baru di Premier League.

Berkat Arsene Wenger, Premier League menjadi berwarna. Berkat Arsene Wenger, United mendapatkan pesaing yang sepadan. Berkat Arsene Wenger, Sir Alex Ferguson memiliki rival dan teman di dalam maupun di luar lapangan.

Merci Arsene.