Foto: Marca

“Kualitas tanpa hasil maka tidak ada artinya. Hasil tanpa kualitas maka membosankan,” kata Johan Cruyff.

24 Maret 2016 menjadi hari yang cukup menyedihkan bagi dunia sepakbola Belanda. Pada hari itu, mereka kehilangan salah satu tokoh sepakbola terbaiknya. Johan Cruyff meninggal dunia setelah berjuang melawan penyakit kanker paru-paru yang ia derita sejak Oktober 2015.

Bagi masyarakat Belanda, Johan Cruyff adalah sosok sakral yang menjadi kebanggaan. Banyak trofi yang ia berikan kepada tim yang pernah ia perkuat seperti Liga Belanda, Liga Spanyol, hingga Piaal Champions. Ia juga memiliki beberapa penghargaan individu prestisius yang salah satunya adalah tiga gelar Ballon d’Or.

Selain itu, ia dikenal sebagai sosok jenius yang membuat Belanda diidentikan sebagai negara yang permainan sepakbolanya begitu cantik di atas lapangan. Rinus Michels pernah menyebut kalau keberhasilan ia menjadi pelatih timnas Belanda tidak akan pernah terjadi tanpa adanya campur tangan Cruyff.

Warisannya begitu besar terhadap dunia sepakbola. Selama menjadi pemain, ia menyempurnakan trik dari Jack Reynolds dan diberi nama Cruyff turn. Setelah alih profesi menjadi pelatih, ia dianggap sebagai pelopor dari permainan sepakbola modern. Inilah yang kemudian membuat banyak orang yang menjadikan Cruyff sebagai inspirasi mereka.

“Ayah saya adalah penggila Cruyff, posternya ada di setiap sudut rumah. Dulu di mobil kami ada TV dan banyak video Cruyff di dalamnya. Selain itu, ada video penampilan Bergkamp atau yang sekarang Frenkie de Jong dan Lionel Messi. Bukankah setiap orang menyukai mereka? Orang-orang seperti mereka bisa membuat sepakbola terlihat lebih sederhana,” kata penggawa tim perempuan Manchester United, Jackie Groenen.

“Ketika saya pertama kali mendapat kontrak profesional, saya memohon untuk mendapat nomor punggung 14, angka yang sama dengan Cruyff. Itu bukan hanya firasat, tapi juga harapan karena dia adalah pemain yang paling bisa memainkan sepakbola dengan indah. Cruyff adalah idola saya.”

Tidak hanya Jackie, bahkan legenda hidup tempat Jackie bermain yaitu Sir Alex Ferguson mengaku juga terinspirasi oleh pria yang pernah bermain sepakbola di Amerika Serikat tersebut. Berkat Cruyff pula, nama Sir Alex menjadi salah satu manajer terbesar yang ada di dunia sepakbola dan sejajar dengan orang yang menjadi inspirasinya.

Sebenarnya, Ferguson dan Johan Cruyff sudah pernah bertemu di atas lapangan. Kejadiannya terjadi pada final Piala Winners 1990/1991. Manchester United bertemu dengan Barcelona asuhan Cruyff di stadion De Kuip di kota Rotterdam. Pada pertandingan itu, Fergie sebenarnya sukses mengalahkan Cruyff dengan skor 2-1 dan berhak mengangkat piala kompetisi level dua Eropa tersebut.

Akan tetapi, bukan momen itu yang membuat Ferguson menjadikan sosok Cruyff sebagai inspirasi. Kejadiannya terjadi pada November 1994 ketika United dan Barcelona berada satu grup di Liga Champions Eropa. Ketika itu, United luluh lantak di hadapan Barca dengan skor telak 4-0. Bergantian Hristo Stoichkov (dua gol), Romario, dan Albert Ferrer mencetak gol ke gawang Gary Walsh.

Skor telak tersebut menandakan betapa mediokernya United saat itu di hadapan Barca. Sudah kalah dengan skor telak, permainan mereka juga tidak berkembang. Inilah yang kemudian membuat Ferguson belajar dari Blaugrana cara bermain sepakbola yang baik dan benar. Hingga kemudian ia menemukan salah satu aspek yang paling penting yang menjadi kunci kemenangan Barcelona saat itu yaitu penguasaan bola.

“Hasil itu adalah tamparan dan menjadi pelajaran besar bagi saya. Mereka menunjukkan kepada kami pentingnya menguasai bola. Saya belum paham kenapa saya bisa kalah 0-4. Namun saya belajar betapa pentingnya mengontrol bola di pertandingan Eropa,” kata Ferguson.

Fergie saat itu merasa kalau penguasaan bola belum menjadi aspek terpenting untuk memenangkan pertandingan. Dulu, ia lebih menekankan timnya cenderung bermain pragmatis dan mengincar serangan balik. Namun berkat kejadian memalukan di Camp Nou tersebut, Sir Alex paham pentingnya mengambil inisiatif, menguasai bola, dan juga mengontrol aliran bola di lini tengah.

“Mereka hanya terus memainkan bola di lini tengah dan kemudian kami terpancing untuk menyerang. Lini belakang menjadi kosong dan mereka mampu mencetak gol,” kata Sir Alex.

Teknik menyerang dan possession football ala Cruyff ini yang kemudian dipraktekkan oleh Sir Alex Ferguson beberapa musim kemudian dan ternyata berjalan dengan maksimal. Meski Fergie dikenal sebagai manajer yang reaktif, namun ia tetap menekankan penguasaan bola sebagai kunci utama untuk meraih kemenangan. Fergie ingin membuat United tidak seperti kutipan Cruyff di atas yang berat hanya di satu sisi. Ia mau United menjadi tim yang bagus dari segi kualitas dan juga hasil.

Sederet gelar prestisius kemudian berhasil diraih. Nama United juga dikenal sebagai kesebelasan yang memiliki gaya permainan menghibur di Liga Inggris sebelum kemudian Arsenal datang mengganggu hegemoni mereka dengan permainan penguasaan bola yang juga terinspirasi oleh Cruyff.

Cruyff dan Manchester United

Selama hidupnya, Johan Cruyff memang tidak memiliki relasi yang dekat dengan Manchester United. Hanya anaknya yaitu Jordi Cruyff yang merupakan mantan penggawa Manchester United dari musim 1996/1997 hingga 1999/2000. Sayangnya, penampilan Jordi saat itu tidak terlalu baik dan kariernya di sepakbola juga tidak secemerlang sang ayah.

Meski begitu, ada beberapa cerita dari Johan Cruyff yang sempat beberapa kali bersinggungan dengan United. Yang pertama adalah pada 2001. Salah satu legenda United, Eric Cantona, secara terang-terangan menginginkan Cruyff sebagai pengganti Sir Alex Ferguson. Saat itu, United sedang dipersiapkan dengan keputusan pensiun Sir Alex yang akan dilakukan setelah musim 2001/2002 berakhir.

Menurut King Eric, tidak ada yang lebih pantas menggantikan Sir Alex saat itu selain Cruyff. Selain karena Cruyff adalah inspirator Fergie, dia juga memiliki mentalitas dan kepribadian yang sama kuatnya dengan pria Skotlandia tersebut. Peluang untuk mendapatkan Cruyff juga sangat besar karena ia sudah tidak lagi melatih sejak dipecat Barcelona pada 1996.

“Jika saya adalah pemilik United, maka saya akan mencari orang seperti Johan Cruyff. Setelah Sir Alex Ferguson, Anda butuh seseorang dengan kepribadian yang sangat kuat. Sayangnya, saya bukan pemilik United. Saya bukan orang kaya,” tuturnya.

Beruntung bagi United karena Fergie memilih untuk meralat keputusannya dan bertahan lebih lama lagi sampai akhirnya benar-benar meninggalkan Manchester pada 2013. Namun sosok yang menggantikan dirinya saat itu adalah David Moyes karena keterbatasan pilihan.

Sang penerus kemudian hanya bertahan 10 bulan. Sederet hasil minor menjadi alasan karier mantan manajer Everton tersebut berjalan singkat dari enam tahun durasi kontrak yang diberikan. Kali ini, giliran Cruyff yang bicara. Ia menyebut bahwa pemecatan Moyes adalah harga yang harus dibayar United akibat kebodohannya dalam memilih manajer pengganti. Sebuah ucapan yang menyentil Fergie karena dia adalah orang yang menunjuk Moyes menjadi penggantinya.

“United membayar kebodohan mereka dan sekarang mereka harus bangkit. Moyes adalah pelatih yang baik karena saya sudah melihatnya bertahun-tahun di Everton. Tapi, dia bukan pelatih yang cocok untuk Manchester United karena fokus kedua tim ini sama sekali berbeda.”

“Meminta Moyes datang adalah kesalahan terbesar karena tim dan mental yang dimiliki kedua kesebelasan sama sekali berbeda. Kesalahan telah dilakukan dengan mengontraknya. Dia memang manajer yang hebat, tapi dia bukan untuk Manchester United melainkan untuk tim lainnya,” katanya kepada BBC.

Ucapan Cruyff memang pedas, namun dia adalah sosok yang apa adanya. Maklum saja, selain sebagai pemain ia juga dikenal sebagai filsuf. Segala kutipannya yang keluar cukup membuat logika kita berpikir keras untuk mencerna ucapannya tersebut.

Sejak 2001 hingga 2006, Manchester United memiliki Ruud van Nistelrooy sebagai andalan di lini depan. Namun disaat orang-orang menyebut kalau Ruud van Nistelrooy adalah seorang striker hebat, hanya dia mungkin yang menyebut kalau pencetak 150 gol Manchester United bukanlah pemain yang bagus.

“Saya akan meminta Barcelona akan berpikir ulang jika ingin mendatangkan Van Nistelrooy. Oke, dia adalah penyerang berkualitas, tetapi striker yang bersinar di liga Inggris tidak akan menjadi besar ketika bermain di La Liga. Ia adalah pencetak gol handal, namun secara permainan dia bukan yang terbaik,” ujarnya.

Seakan membuktikan ucapan Cruyff salah, Van Nistelrooy kemudian memutuskan pindah ke La Liga namun untuk memperkuat Real Madrid. Sempat memberikan bukti kalau ucapan Cruyff salah, namun karier Nistelrooy hanya berjalan baik selama dua musim sebelum menghabiskan dua musim berikutnya dengan lebih sering absen karena cedera.