Beberapa hari terakhir, nama Jose Mourinho menjadi bahan pemberitaan di beberapa media di seluruh Inggris. Penyebabnya adalah ucapan Jose yang dianggap kerap menjatuhkan mental para pemainnya setelah takluk melawan Brighton.

Ketika itu, ia mengungkapkan kalau alasan dirinya memainkan Romelu Lukaku terlalu sering adalah para pemain depannya yang bermain tidak sesuai keinginannya. Meski tidak menunjuk individu yang dijadikan Kambing Hitam, namun kritikan saat itu disebut-sebut mengarah kepada Anthony Martial dan Marcus Rashford.

Dua pemain ini bukanlah pemain pertama yang mendapat semprotan dari manajer berusia 55 tahun tersebut. Sebelumnya, Luke Shaw dan Henrikh Mkhitaryan juga mendapat kritikan serupa. Nama terakhir bahkan harus memindahkan kariernya ke kota London.

Lantas mengapa Jose Mourinho begitu gemar dalam mengkritik para pemainnya bahkan langsung di depan media? Dilansir beberapa sumber, berikut beberapa alasan mengapa Jose kerap mencecar para pemainnya meski kerap berakhir dengan perseteruan diantara keduanya.

Baca juga: Mkhitaryan Seperti Juan Veron, sementara Alexis adalah Robin van Persie

Hanya Ingin Jadi Orang Jujur

Kejadian mengkritik pemain di depan media adalah hal yang jamak dilakukan Jose Mourinho. Tidak peduli dimanapun dia berada, ia sering mengeluarkan komentar pedas kepada para pemain yang dia anggap bermain tidak sesuai keinginannya. Akan tetapi, ia melakukan itu semua karena ingin menunjukkan kalau dirinya adalah orang yang jujur dan tidak mau menutup-nutupi apapun di depan media.

“Yang saya lakukan hanyalah menjadi jujur dan tidak munafik. Saya juga tidak mau mengikuti apa yang orang anggap benar. Saya hanya mengatakan apa yang saya rasa perlu untuk disampaikan. Kalau Anda (para wartawan) menafsirkannya berbeda maka itu urusan Anda karena saya hanya menyampaikan apa yang saya rasa perlu untuk diucapkan,” ucapnya 2013 lalu.

Jose mengucapkan hal tersebut saat masih menangani Chelsea. Ketika itu, ia dikritik keras oleh media karena lebih memilih memainkan Andre Schurrle sebagai striker ketimbang para pemainnya yang berposisi natural sebagai striker nomor 9. Ia ketika itu mengaku tidak terlalu menyukai gaya permainan striker yang ia miliki seperti Demba Ba, Fernando Torres, dan Samuel Eto’o.

Tidak Puas dengan Skuatnya

Dalam acara penganugerahan pemain terbaik Manchester United, Jose membuat penghargaan khusus berupa pemain terbaik versi dirinya. Anugerah tersebut kemudian jatuh ke tangan pemain muda Scott McTominay. Anak muda Skotlandia ini tampil cukup baik musim ini dan sudah mengoleksi 21 pertandingan musim ini. Jose pun selalu memuji pemain kelahiran 8 Desember ini dengan kata-kata yang macam “fantastis” atau “dia pemain hebat”.

Sekilas, pujian tersebut memang layak diberikan kepada Scott. Akan tetapi, segala ucapan manis Jose kepadanya seperti dua sisi mata uang. Scott memang patut mendapat pujian. Namun, bukan tidak mungkin pilihan Jose kepada Scott McTominay menunjukkan kalau dia tidak puas dengan para pemain yang lain.

Tidak Puas dengan Pemain yang Dimiliki

Kritik kerap muncul karena adanya ketidakpuasan. Jose Mourinho langsung melancarkan kritik kepada para pemain yang ia miliki saat pertama kali diresmikan sebagai manajer United. Ia melabeli skuat United saat itu dengan sebutan “sekumpulan pemain yang menyedihkan.”

Ketidakpuasan Jose dengan skuad yang ia miliki dapat dilihat dari seberapa seringnya para pemain warisan Van Gaal yang mendapat menit main reguler di bawah arahannya. Sejauh ini, hanya Ander Herrera dan Anthony Martial, dua dari tujuh pemain hasil rekrutan Van Gaal selama dua periode menangani United. Hal inilah yang membuat Jose kemudian mencari beberapa pemain (meski belum memuaskan) dan ingin membuat warisan yang bagus untuk penerusnya beberapa musim mendatang.

Tuntutan Meraih Prestasi dengan Cepat

Tekanan besar dalam melatih kesebelasan seperti Manchester United mungkin menjadi alasan mengapa Jose kerap mengkritik para pemainnya. Jose mencoba untuk menutupi beban tersebut saat bertemu para pewarta, namun kerap dalam beberapa pertandingan ia memasang raut muka penuh ketegangan melihat anak asuhnya bermain.

Sudah lima musim Manchester United tidak memenangi Premier League. Musim lalu, mereka memang sanggup meraih Europa League, namun harus gagal musim ini dari tetangga dengan selisih poin yang sangat jauh. Jose sudah gagal menunjukkan taji musim kedua bersama klub yang dia bela.

Tekanan semakin menguat pada musim ketiga mengingat apabila dirinya gagal lagi, bukan tidak mungkin Jose hanya menangani United selama tiga musim saja dari empat musim yang sudah ia tanda tangani. Ia harus bisa mendapatkan solusi secepat mungkin untuk membuat semua lini baik itu antara pemain utama dan pemain pelapis agar tidak kalah dari sang tetangga.