Foto: Football Fashion

Manchester United mengawali musim 2018/2019 dengan buruk dan mengakhirinya juga dengan buruk. Musim berikutnya, United mengawali musim dengan buruk tapi berhasil mengakhirinya dengan baik. Apakah musim 2020/2021 ini mereka bisa lebih baik dengan mengawali kompetisi dan mengakhiri kompetisi dengan sama baiknya?

Selamat datang Premier League. Akhir pekan ini, gong kompetisi yang sudah dimulai sejak 1992/1993 akan dibuka. Meski Manchester United baru akan bermain pada pekan depan, namun kompetisi sudah dimulai pada malam nanti dengan laga Fulham melawan Arsenal menjadi pertandingan pembuka.

Keberhasilan Liverpool menjadi juara musim lalu, membuat selisih gelar antara keduanya kini hanya satu. Terlepas dari perdebatan kalau gelar Premier League United lebih banyak, atau Liverpool yang dominan ketika kompetisi masih bernama First Division, Setan Merah harus bisa menerima fakta kalau saat ini kedudukan mereka adalah 20-19.

Tanggung jawab kini diberikan kepada Ole Gunnar Solskjaer. Pada musim keduanya ini, ia harus membuktikan kalau United benar-benar ada di jalur yang benar dengan dirinya sebagai manajer. Maklum, rasa haus penggemar akan gelar juara Premier League sudah tidak bisa lagi dibendung. Sudah tujuh musim mereka hanya menjadi penonton dengan musim terakhir harus melihat rival abadinya mengangkat piala.

“Kami perlu menggunakan kesuksesan rival kami sebagai bahan bakar serta motivasi tambahan untuk mengejar mereka,” kata Marcus Rashford.

Narasi Manchester United musim ini masih sama dengan musim-musim sebelumnya. Mereka dianggap belum layak bersaing dengan City dan Liverpool sebagai penantang gelar juara. BBC memprediksi kalau mereka akan menempati peringkat keempat. Pergerakan bursa transfer yang cenderung pelan membuat beberapa orang yakin kalau United memang belum akan mengincar gelar juara musim ini.

“Musim lalu saya mengatakan kalau United butuh 4-5 nama lagi untuk memperkuat diri agar bisa bersaing dengan tim terbaik, dan juur saat ini saya tidak akan merubah pandangan itu. Ole butuh tambahan pemain untuk memangkas jarak dengan dua klub teratas. Jika mereka gagal menggaet pemain tambahan, maka mereka tidak akan bisa mencapai targetnya. Jika itu yang terjadi, maka Anda bisa melihat apa yang akan terjadi kepada manajernya,” kata Gary Neville.

Musim ini kompetisi Premier League tampak tidak bisa diprediksi. Hal ini tidak lepas dari sedikitnya tim-tim yang bergerak di bursa transfer sebagai imbas dari pandemi covid-19. City baru mendapatkan dua pemain, Liverpool satu dan itupun tampaknya belum akan menjadi andalan. Pengecualian untuk Chelsea yang sebelumnya terkena larangan transfer yang membuat mereka memiliki banyak tabungan.

Musim lalu, beberapa perbaikan sukses diraih United. Dua striker mereka bermain baik, angka kebobolan mereka juga menurun drastis, dan penampilan apik menghadapi beberapa tim besar, menjadi catatan positif yang membanggakan bagi skuad Solskjaer. Akan tetapi, ada beberapa kekurangan lain yang seharusnya sudah tidak lagi menjadi persoalan pada musim ini.

Satu yang diharapkan sudah menemui jawabannya pada musim ini adalah masalah pemain cadangan. Banyak yang bilang kalau kualitas skuad United kurang dalam karena pemain cadangan yang tidak mumpuni. Ini yang menjadi penyebab mereka tampak kehabisan bensin pada akhir-akhir kompetisi.

Sulit untuk melupakan pemandangan ketika Ole enggan melirik pemain cadangannya ketika United mengalami kebuntuan pada musim lalu. Mereka yang berada di bench baru akan masuk ketika pertandingan sudah mendekati kata rampung. Tidak sedikit yang menghujat, namun Ole banyak mendapat pembelaan. Katanya, tidak ada dari mereka yang kualitasnya bisa sejajar dengan 11 pemain utama. Kalaupun pemain cadangan nanti dimainkan dan hasilnya tetap kalah, maka Ole juga akan terkena kritik sehingga lebih baik tidak dimainkan sama sekali.

Pertanyaannya adalah apakah masalah ini bisa selesai hanya dengan mendatangkan Van de Beek? Pemain Belanda ini menambah kualitas di lini tengah. Namun, Donny seorang juga tidak cukup karena lini tengah dan lini depan kekurangan pemain berkualitas.

Musim ini, United juga akan bertanding di Liga Champions. Kompetisi yang membutuhkan kesiapan pemain utama untuk meraih prestasi. Kualitas lawan yang akan dihadapi jelas berbeda dengan yang mereka lawan di Liga Europa. Jika melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil berbeda maka itu menjadi sebuah bentuk kegilaan lain bagi skuad United. Tidak waras rasanya jika melihat United hanya mengandalkan 11 pemain + 1 Van de Beek sejak awal musim jika memang hanya pemain Belanda ini yang datang musim ini.

Belum lagi persoalan bek sayap yang kontribusinya jauh di bawah standar United pada musim lalu. Kontribusi Shaw nol dari segi asis, sedangkan Wan-Bissaka juga lebih dominan ketika bertahan. Masa latihan mereka juga terbilang singkat mengingat kompetisi musim lalu yang mundur akibat pandemi membuat latihan pra-musim mereka hanya berjalan hitungan hari saja sebelum pekan pertama.

Tantangan terbesar jelas ada dari pemain-pemain yang musim lalu tampil baik seperti Bruno, Greenwood, Martial, Rashford, dan Paul Pogba. Mereka dituntut untuk mempertahankan konsistensi yang sudah terbentuk dengan sangat baik khususnya pada paruh kedua musim. Jika pemain cadangan seperti Fred, McTominay, Lingard, Andreas, dan Daniel James bisa menunjukkan penampilan yang jauh lebih baik dibanding musim lalu, maka masalah kedalaman skuad mungkin tidak jadi soal.

Jika segala permasalahan tersebut bisa selesai pada musim ini dan Ole bisa belajar dari kesalahan musim lalu, maka bukan tidak mungkin United bisa jauh lebih baik dari sebelumnya, baik dari segi peringkat atau bahkan permainan. Namun, jika masalah ini belum juga bisa diselesaikan, maka zona Liga Champions tampak sudah menjadi prestasi bagi Setan Merah.