Foto: Independent.co.uk

Posisi Jose Mourinho sebagai manajer Manchester United berada dalam kondisi yang tidak mengenakkan. Kekalahan dari West Ham United akhir pekan lalu menimbulkan rumor kalau ia akan menjadi manajer pertama musim ini yang dipecat.

Beberapa penggemar United yang sempat mendukung dirinya perlahan mulai menginginkan perubahan. Mereka merasa sosok Mourinho nampakya tidak cukup untuk bisa membawa klub ini bersaing di papan atas baik di Inggris maupun Eropa.

Akan tetapi, keputusan pecat memecat tidak semudah menaikkan tagar #MouOut atau berceloteh penuh kekesalan di media sosial. Mengambil keputusan untuk melakukan pemecatan harus berdasarkan keputusan yang sudah diambil secara matang. Dan sosok Ed Woodward tampaknya berada di persimpangan untuk mengambil salah satu pilihan yaitu memecat Mourinho atau tetap mendukung The Special One.

Kekalahan dari West Ham membuat United hanya memiliki 10 poin dari tujuh pertandingan. Angka ini sama dengan jumlah yang diraih David Moyes pada musim pertamanya menangani United. Gawang De Gea pun sudah kebobolan 12 gol, angka yang musim lalu baru terjadi pada pekan ke-18. Posisi mereka semakin sulit karena sudah terpaut sembilan poin dari pemuncak klasemen sementara. Kekalahan dari Derby County tiga hari sebelumnya juga membuat pupusnya peluang United meraih gelar di Piala Liga.

Ed Woodward adalah orang yang menunjuk Mourinho pada 2016 dengan target membawa United kembali bisa bersaing di papan atas. Penunjukkan Mourinho juga diambil karena hanya Mou saja yang bisa mengalahkan superioritas Guardiola di La Liga. Namun, superioritas Mourinho atas Guardiola baru sebatas hasil 3-2 pada derby musim lalu sementara soal gelar domestik, Pep masih unggul dari Mourinho.

“Kekacauan ini dimulai sejak United memecat David Moyes setelah 8 bulan dan kami kehilangan nilai-nilai klub ini yang sudah berlangsung lebih dari 100 tahun. Ini bukan hanya semata-mata karena kesalahan manajer. Klub ini sudah kehilangan kepemimpinan dan ketidakjelasan terkait sebuah perencanaan,” tutur Gary Neville dalam akun twitternya.

Tidak bisa dibantah kalau sejak posisi dewan eksekutif klub dipegang oleh Ed Woodward, banyak sekali keputusan yang terbilang keliru. Menambah uang untuk merekrut Fellaini, mengizinkan Louis van Gaal melepas beberapa pemain kesayangan penggemar, hingga negosiasi transfer yang kerap menemui kata gagal adalah beberapa prestasi pria yang merupakan tangan kanan Glazer tersebut.

Rio Ferdinand menyebut kalau sekarang Ed Woodward berada dalam kondisi yang dilematis. Ia dituntut harus memilih apakah tetap mendukung Mourinho, karena sudah diberikan perpanjangan kontrak pada awal 2018 lalu, atau memecat Mourinho dengan potensi kehilangan 26 juta paun atau sekitar 500 miliar rupiah untuk diberikan Mourinho sebagai pesangon. Hingga tulisan ini dibuat, pihak United membantah kalau ada pembicaraan diantara mereka dengan Zinedine Zidane. Beberapa petinggi klub masih menunjukkan sikap untuk mendukung Mourinho.

“Kami adalah tim olahraga terbesar di dunia yang memerlukan investasi berkelanjutan untuk mempertahankan status kami. Kami harus terus mendorong bisnis kedepannya karena hal itu memberi kami kekuatan finansial untuk bersaing di bursa transfer yang kompetitif,” tutur Ed Woodward dalam laporannya.

“Dewan kami, investor, dan semua orang di klub mempunyai pikiran yang sama dengan para penggemar kalau kami harus meraih banyak piala. Itulah alasan mengapa kami memperkerjakan Jose Mourinho dan kami sudah meraih tiga piala bersamanya.”

Disinilah bentuk kekacauan yang dipaparkan oleh Neville tersebut. Klub ini seolah bingung untuk mengambil keputusan. Di sisi lain, Ed begitu gembira ketika mengetahui finansial United terus meningkat. Hal ini yang kemudian mengundang pertanyaan dari para penggemar United, “Lantas, sampai kapan para penggemar United harus bersabar dengan situasi ini mengingat.Ed mendukung Mourinho, tapi Ed tidak memenuhi keinginan Mourinho, Mourinho melatih para pemain, tapi para pemain seolah tidak mau bertarung untuk Mourinho.” Bentuk kekacauan ini yang memunculkan beberapa hasil minor dalam beberapa pertandingan terakhir.

Fenomena seperti ini pernah terjadi di kubu Arsenal beberapa tahun sebelum Wenger memutuskan berhenti musim lalu. Para petinggi The Gunners seolah tidak mempermasalahkan apakah Meriam London keluar sebagai juara Premier League atau tidak. Bisa finis di empat besar pun sudah dirasa cukup baik karena mereka masih bisa mendapatkan pundi-pundi uang dan mencari keuntungan dari Liga Champions. Akan tetapi, klub ini perlahan keluar jalur dari yang sebelumnya sebagai pesaing gelar liga justru menjadi klub spesialis peringkat empat.

Hal tersebut tentu tidak ingin dirasakan oleh penggemar United di kemudian hari. Klub ini sudah diatur oleh Sir Alex Ferguson untuk bersaing di jalur juara. Namun, dengan tiga pelatih yang berbeda klub ini justru terseok-seok dan mulai menargetkan finis sekedar empat besar. Sesuatu yang memang tidak mempengaruhi sektor finansial klub tetapi menggerogoti mentalitas klub sebesar United.