Foto: Goal

Tahun 2020 merupakan tahun pertama yang luar biasa bagi Bruno Fernandes di Manchester United. Meski tidak meraih apapun, tapi penampilan pemain asal Portugal itu benar-benar mengesankan. Jika ia terus dalam performa seperti itu, ia mungkin bisa mendapatkan penghargaan individu pada tahun depan.

Terlepas dari itu, keputusan FIFA untuk tidak memberikan penghargaan individu seperti Ballon d’Or tahun ini tidak diragukan lagi adalah keputusan yang tepat. Tahun ini adalah tahun yang aneh bagi sepakbola. Di mana di satu sisi, dalam satu tahun ini penghargaan individu tidak terlalu dianggap penting. Tetapi dianggap dibutuhkan di sisi yang lain.

Semua situasi jadi membingungkan akibat mewabahnya virus corona di seluruh penjuru dunia. Yang juga turut menjadi sebab pertandingan sepakbola menjadi tidak lebih hanya menghadirkan dua klub di atas lapangan. Tidak ada drama yang begitu hebat lantaran tidak ada suporter yang menontonnya. Para pemain terbaik di dunia saat ini pun harus bermain di stadion kosong.

Maka menjadi wajar penghargaan Ballon d’Or ditiadakan di tahun ini. Bahkan, kita juga tidak akan pernah tahu siapa yang akan memenangkannya di tahun 2021. Mungkin Robert Lewandowski, atau mungkin Sergio Ramos. Keduanya merupakan pemain yang sangat penting bagi Bayern Munich dan Real Madrid di tahun ini. Terutama ketika tidak ada kandidat pemain lain yang menonjol. Termasuk Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.

Mungkin kondisi ini akan memberi Manchester United kesempatan untuk membawa pemain mereka masuk ke dalam nominasi atau bahkan menyabet penghargaan tersebut di tahun depan. Khususnya untuk Bruno Fernandes. Karena dalam hal angka, hanya sedikit pesepakbola yang memiliki catatan statistik di tahun 2020 yang lebih baik daripada Bruno Fernandes.

Angka tentu saja bukan satu-satunya penilaian untuk sebuah penghargaan sekelas Ballon d’Or. Dan Fernandes mungkin tidak akan “mencalonkan diri” untuk menyabet penghargaan tertinggi tersebut jika klubnya sekarang hanya mampu finis di posisi ketiga Premier League, atau gagal lolos dari semi-final Europa League.

Tapi kendati begitu, memang tidak bisa dinafikan bahwa Bruno Fernandes sering mengubah dan mempengaruhi pola permainan Manchester United. Torehan 25 gol dan 15 asisnya dalam 42 pertandingan di tahun 2020 merupakan rekor yang luar biasa. Meski 14 dari gol tersebut merupakan dari tendangan penalti, namun angka statistiknya masih memberikan dampak yang signifikan.

Fernandes sering menunjukkan kecerdasannya, termasuk ketika menyeret Kalvin Phillips ke seluruh penjuru lapangan di Old Trafford untuk memberi ruang bagi Fred dan Scott McTominay ketika United melawan Leeds. Kontribusi Fernandes selama 2020 juga sangat apik, dan bertambah menjadi lebih dari satu gol atau asis per 90 menit.

Tidak diragukan lagi bahwa Fernandes memang merupakan pemain kelas dunia. Ia sangat mempuni untuk seorang gelandang serang. Ditambah lagi ia telah menjadi detak jantung untuk tim United saat ini. Maka kalau playmaker asal Portugal itu dapat mempertahankan dampak besarnya ini, mungkin ia bisa masuk nominasi 10 besar, atau bahkan finis lima besar dalam pemungutan suara Ballon d’Or.

Untuk terus kompetitif dalam menyabet penghargaan tersebut di tahun 2021, sekali lagi, Fernandes perlu menjadi pengaruh besar dalam membawa United meraih juara. Setidaknya ia mampu membawa pasukan Setan Merah memenangkan sesuatu, atau kalau tidak membantu membawa tim nasional Portugal meraih sukses di Kejuaraan Eropa.

Suporter Mancehster United pun agaknya akan senang jika pemain dari tim kesayangannya itu kembali meraih penghargaan individu tertinggi. Paul Pogba sebelumnya sempat finis di urutan ke-15 dalam penghargaan Ballon d’Or pada 2018. Meskipun sebagian faktor besarnya berkat penampilan yang ia buat di Piala Dunia.

Paul Pogba juga pernah berada di urutan ke-14 pada 2016, tepatnya ketika ia menghabiskan setengah tahun di Juventus. Sama halnya seperti Zlatan Ibrahimovic, di mana ia berada di urutan ke-13 ketika ia menghabiskan setengah tahun di Paris Saint-Germain. Pun dengan Angel Di Maria, ketika ia berada di urutan ke-10 pada tahun 2014. Tapi itu bukan karena ia bermain untuk United, melainkan karena ia bermain baik di Piala Dunia bersama Argentina, dan setengah tahun bersama Real Madrid.

Nominasi terakhir untuk pemain United yang dinilai setahun penuh hanyalah David de Gea, yang finis di urutan ke-20 pada 2017. Dan deretan pemain United yang berhasil finis 10 besar dalam belasan tahun terakhir hanyalah Robin van Persie (urutan ketujuh) pada 2013, Wayne Rooney (urutan kelima) pada 2011, dan Cristiano Ronaldo (urutan pertama) pada 2008 dan (urutan kedua) 2009.

Maka dengan begitu, Cristiano Ronaldo akan selalu menjadi perbandingan yang mudah bagi Bruno Fernandes. Mengingat mereka berdua juga datang dari klub yang sama, yaitu Sporting Lisbon. Meskipun di satu sisi, mereka berdua adalah pemain yang sangat berbeda.

Ya, semua ini hanyalah sebuah penilaian –yang dibalut harapan–, untuk menerka bagaiamana pemain Manchester United bisa meraih penghargaan Ballon d’Or. Tentu saja ada hal yang jauh lebih penting seperti menerka bagaimana sebuah tim bisa meraih gelar juara.

Tapi apa salahnya menerka bagaimana pemain meraih penghargaan tertinggi seperti Ballon d’Or. Toh, kalau mereka meraih itu, salah satu sebabnya adalah karena si pemain telah berhasil membawa timnya juara. Iya kan?