Foto: Standard.co.uk

Bulan Maret 2018 lalu, hujatan tidak henti-hentinya mengarah kepada Jose Mourinho. Manajer United saat itu dikritik banyak kalangan karena secara terang-terangan mengkritik kinerja Luke Shaw karena bermain buruk dan melakukan banyak kesalahan ketika MU melawan Brighton pada ajang Piala FA.

Baik suporter, pundit, beberapa legenda klub merasa kalau Mourinho tidak layak memperlakukan pemainnya seperti itu. Apa yang menimpa eks Southampton tersebut sempat membuatnya diberitakan akan pindah klub. Shaw sendiri dikenal sebagai salah satu pemain yang disukai oleh suporter United ketimbang Ashley Young, pemain yang mengisi posisinya semasa dalam pengasingan.

Lima bulan kemudian, Shaw membungkam kritikan Mourinho tersebut dengan penampilannya yang jauh lebih baik. Ia berhasil menyegel satu posisi sebagai bek kiri utama, mencetak gol pertamanya bersama Setan Merah, dan yang paling menyita perhatian adalah berhasil menjadi pemain terbaik klub pada musim 2018/19. Sebaliknya, orang yang mengkritik kinerja Shaw justru berakhir dengan pemecatan.

Akan tetapi, akhir-akhir ini nama Shaw kembali hilang dari peredaran layaknya setahun lalu. Cedera hamstring dan otot saat United dikalahkan Crystal Palace pada pekan ketiga membuat posisi bek kiri utama kembali hilang dari genggaman. Selain itu, para penggemar MU nampaknya sudah memiliki idola baru pada posisi tersebut yaitu bek muda yang sedang mencuri perhatian, Brandon Williams.

Nama Brandon Williams sebenarnya tidak pernah diprediksi akan mendapatkan kesempatan main secepat dan sebanyak ini. Sejak pra-musim, sorotan untuk pemain muda MU lebih terpusat kepada empat serangkai yaitu Angel Gomes, Tahith Chong, Mason Greenwood, dan James Garner. Bahkan nama Brandon saja tidak ada dalam daftar pemain untuk pra-musim di Australia dan Singapura.

Namun 35 hari setelahnya, ia justru lebih sering bermain sejak awal ketimbang Gomes dan Chong yang perkembangannya belum memuaskan. Bahkan dibanding keempatnya, Brandon belum kembali ke tim U-23 sejak ia melakoni debut melawan Rochdale.

“Sementara Tahith Chong dan Mason Greenwood menikmati permainan di ajang macam EFL Trophy (turnamen tim-tim League One, League Two, dan akademi sepakbola profesional Inggris) di Doncaster, Williams justru berada di sebuah kamar hotel di London untuk mempersiapkan diri melawan Chelsea,” tutur jurnalis Manchester Evening News, Samuel Luckhurst.

Brandon sudah mencuri perhatian ketika ia pertama kali bermain dalam 45 menit kedua laga MU melawan Rochdale. Ia bermain di sebelah kiri agar Andreas Pereira bisa bergerak menekan lini belakang lebih ke dalam dan membuka ruang kepadanya. Namun penampilannya saat itu belum bisa dibilang baik.

Peningkatan mulai muncul ketika Brandon bermain melawan AZ Ia berperan besar terhadap. Saat rekan setimnya bermain tidak terlalu baik, ia tampil baik dalam menjaga lini belakang timnya. Sejak saat itu, namanya tidak pernah dilupakan Ole untuk bermain pada ajang-ajang Piala dan Europa League. Ia tampil berani di Beograd, tampil cukup tenang ketika melawan AZ, dan bermain apik ketika melawan Chelsea.

Satu hal yang menjadi atribut plus seorang Brandon adalah dia berani berduel dengan lawannya. Selain itu, ia juga berani tampil lebih menyerang dan baik dalam melakukan overlap maupun underlap. Hal ini juga yang belum didapat United dari Shaw. Shaw kerap mendapat kritik karena kemampuan ofensifnya dinilai tidak terlalu bagus. Rekam jejak medis yang parah membuat Shaw mungkin jarang berani untuk mengajak duel berebut bola. Brandon adalah bek sayap yang memiliki atribut jauh lebih komplit dibanding Shaw atau bahkan Young dan berpotensi untuk menjadi pemain lebih hebat lagi jika diberi kesempatan bermain banyak layaknya Scott McTominay.

Luckhurst juga berkomentar kalau pada 2018 lalu, Jose Mourinho sebenarnya sudah tertarik kepada Brandon dan berniat untuk mengajaknya ikut serta dalam tur pra-musim Amerika Serikat. Namun entah dengan alasan apa si pemain tidak diikut sertakan.

Kelebihan lain yang dimiliki Brandon adalah kemampuannya bermain di dua posisi yaitu bek kiri dan bek kanan. Menariknya, bek kanan justru merupakan posisi asli dari pemain kelahiran 3 September 2000 ini. Di Stamford Bridge beberapa hari lalu, ia menghabiskan sisa pertandingan sebagai bek kanan demi mengakomodasi Ashley Young untuk bermain di sebelah kiri. Kemampuannya sebagai bek yang bisa bermain di berbagai posisi jelas sangat menguntungkan terutama adalah salah satu pemain pada posisi tersebut yang mengalami cedera.

Satu harapan yang kini dimiliki oleh penggemar United adalah Williams bisa mengembalikan kejayaan posisi bek kiri di MU seperti era Dennis Irwin atau bahkan Patrice Evra. Setelah dua nama itu, silih berganti bek kiri didatangkan baik dari tim akademi maupun membelinya dari klub lain. Marcos Rojo, Daley Blind, dan Luke Shaw kesusahan meneruskan kejayaan tersebut.

Dari akademi, Tyler Blackett, Cameron Borthwick-Jackson, dan Joe Riley adalah contoh bek kiri yang gagal setelah diberikan kesempatan. Blackett tidak pernah bermain, bahkan di laga persahabatan, sejak Jose Mourinho memimpin, sementara Joe Riley hanya mentas dua kali saja bersama MU. Yang paling disayangkan sudah pasti Cameron Borthwick-Jackson. Digadang-gadang sebagai bocah yang penuh dengan talenta, ia justru menjadi pesakitan dengan berkali-kali dikirimkan sebagai pemain pinjaman.