Foto: Europsort.com

Jose Mourinho tampaknya jarang mendapat pemberitaan negatif dari media ketika masih menangani Chelsea. Klubnya mungkin jarang mendapat serangan langsung dari media-media Inggris yang dikenal kejam dan kadang suka asal dalam membuat berita. Akan tetapi, kondisi berbeda ia alami ketika mulai menangani Manchester United.

Dalam kurun waktu tiga musim, Mourinho dan United kerap mendapat cap negatif dari media. Entah itu karena performa klub atau sikap Mourinho di dalam maupun di luar lapangan, yang pasti nama United kerap muncul di halaman depan.

Yang terbaru, Mourinho kembali protes dengan sikap media yang selalu mengabarkan kalau para pemain United punya masalah pribadi dengannya. Beberapa waktu lalu, terdengar rumor kalau Alexis Sanchez ingin meninggalkan United karena tidak betah dengan perlakuan Mourinho yang mulai jarang memainkannya. Sebelumnya, ia juga bermasalah dengan Paul Pogba. Ia pun membandingkan situasi dirinya dengan beberapa pelatih di klub lain yang ia rasa jarang mendapat pemberitaan negatif.

“Di United, setiap kali seorang pemain tidak bermain maka akan ada desas-desus kalau tim ini selalu punya masalah. Entah karena tingkah si pemain, atau manajer telah bertengkar dengannya. Kejadian itu hanya terjadi di sini, Anda membuat saya kembali merasa sangat spesial karena saya berbeda dengan orang lain,” tuturnya, dikutip dari Guardian.

“Di Chelsea, ketika Willian tidak bermain maka tidak ada yang memberitakan kalau dia bermasalah dengan Sarri. Tidak ada juga yang mempermasalahkan seringnya Gabriel Jesus menjadi cadangan, karena keputusan Pep dianggap normal. Ketika Fabinho dan Naby Keita tidak bermain untuk Liverpool, mereka masih mencintai Jurgen (Klopp) dan Jurgen mencintai mereka.”

“Di sini (United) ketika Pogba berada di bangku cadangan, media menceritakan kalau ada masalah kedisiplinan. Ketika Alexis tidak bermain, dia disebut bertengkar dengan manajer. Di klub ini pemain seperti tidak boleh mengalami pasang surut yang sebenarnya adalah kondisi yang normal, dan manajer seperti tidak bisa melatih atau berbicara kepada para pemainnya.”

Bukan kali ini saja Mourinho begitu kecewa dengan sikap media. Saat timnya dikalahkan Tottenham Hotspur pada pekan ketiga, ia meminta media untuk bisa menghormatinya sedikit saja. Ia bahkan sampai membentuk jarinya menjadi angka tiga sebagai tanda kalau dia sudah punya tiga trofi Premier League sebelum mengalami kesulitan bersama United.

Sebelum menghadapi Southampton, Mourinho juga sempat dipojokkan oleh beberapa media terkait sikapnya setelah melihat Marcus Rashford menyia-nyiakan peluang. Gary Lineker, Paul Scholes, dan Rio Ferdinand ramai-ramai membela Rashford yang tidak pantas diperlakukan seperti itu karena usianya yang masih sangat muda. Mourinho pun akhirnya buka suara dan melakukan pembelaan.

“Saya tidak senang jika pemain saya melewatkan banyak kesempatan, itu saja. Keesokan harinya, seorang teman mengirimkan saya berupa potongan klip saat Cristiano Ronaldo menyia-nyiakan peluang. Saat itu, Sir Alex Ferguson berteriak dengan nada Skotlandia yang indah (baca: mengumpat). Tetapi tidak ada yang memberitakan kalau karier Ronaldo akan tamat. Orang-orang datang dengan opini yang berbeda.”

Siapa sih yang bisa tenang jika terus diberitakan hal-hal yang tidak benar. Mungkin itulah yang ada di benak Mourinho. Media memberitakan sesuatu yang kejadian sebenarnya tidak sesuai dengan apa yang ditulis di koran-koran.

Kasus Luke Shaw misalnya. Banyak yang memberitakan kalau Luke Shaw kecewa dengan sikap Mourinho yang menganggapnya sebagai titik lemah saat United mengalahkan Brighton. Hal itu memunculkan gosip kalau ruang ganti United retak.

Kenyataannya, kedua kubu mengaku baik-baik saja dan tidak memiliki masalah apapun. Mourinho bahkan beberapa kali mengirimkan semangat kepada Luke Shaw ketika si pemain sedang dalam proses menurunkan berat badan. Semakin mantapnya penampilan Shaw musim ini juga ada andil dari seorang Mourinho. Sayang, media tampaknya tidak pernah memberitakan hal tersebut.

Mourinho tampaknya sedang mengalami culture shock di Manchester United, khususnya berkaitan dengan media. Tugasnya sekarang adalah tinggal bagaimana mengikis kritikan tersebut dengan memberikan prestasi untuk Setan Merah. Meski begitu, hal itu cukup sulit karena media tampaknya akan selalu menceritakan hal yang buruk tentang United, sebagus atau seburuk performa mereka di atas lapangan.