Foto: Heartsfc.co.uk

Beberapa waktu lalu, saya pernah mengungkapkan kalau ada salah satu peran yang paling sulit untuk dijalani oleh seorang pemain sepakbola. Peran tersebut adalah sebagai penjaga gawang ketiga. Peran ini bisa membuat seorang pemain dalam sebuah kesebelasan menjadi Magabut alias makan gaji buta.

Hanya sedikit pilihan yang bisa dipilih oleh para kiper ketiga ini. Terus berjuang di klubnya saat ini dengan nasib yang masih abu-abu karena tertutup penampilan sang penjaga gawang utama, atau memilih hijrah ke tempat lain yang menjanjikan meski klubnya jauh lebih kecil dari yang ia tempati sekarang.

Ada satu pilihan lain yang juga bisa diambil oleh si pemain yaitu tetap menjadi pemain di klub tempat tinggalnya sekarang, namun dipinjamkan ke klub lain. Pilihan ini paling masuk akal karena ia bisa mendapatkan menit bermain tanpa kehilangan kesempatan untuk menjadi penjaga gawang utama di klub pemiliknya tersebut. Akan tetapi, tetap saja masa depannya masih samar-samar.

Pilihan terakhir ini dipilih oleh penjaga gawang ketiga United, Joel Pereira. Mulai musim panas 2019 lalu, ia dipinjamkan ke kesebelasan Skotlandia, Heart, demi sebuah ambisi yang masih ia pupuk yaitu menjadi penjaga gawang utama Manchester United.

Heart adalah kesebelasan kelima yang diperkuat oleh pria berusia 23 tahun tersebut hanya dalam kurun waktu empat tahun. Sebelumnya, ia pernah dipinjamkan ke Rochdale, Belenenses, Vitoria Setubal, dan Kortrijk, sebelum ia akhirnya berlabuh ke Heart.

Menjalani masa sebagai pemain pinjaman memang tidak terlalu buruk. Jika ia bisa tampil reguler dan menunjukkan penampilan yang memuaskan, maka peluang untuk menjadi kiper utama di sebuah kesebelasan terbuka lebar. Hal itu yang sudah dilakukan oleh juniornya yang sama-sama berasal dari United, Dean Henderson.

Dipinjamkan ke Sheffield United, Dean sukses mengambil hati para pendukung The Blades. Sekarang, ia disebut-sebut menjadi pemain potensial di Premier League. Secara tidak langsung, sosok Dean juga sudah menggusur peran Joel sebagai kiper ketiga United sekaligus sebagai calon penjaga gawang Setan Merah berikutnya.

Ujian Joel di Edinburgh

Sayangnya, nasib Joel tidak semulus Dean ketika menjalani peminjaman. Penampilannya sejauh ini di kota Edinburgh begitu mengecewakan jika tidak ingin dibilang buruk. Ia tidak bisa menjadi penyelamat untuk kesebelasan yang statusnya adalah tim papan bawah di kompetisi Scottish Premiership.

Hearts saat ini berada di posisi ke-12 alias posisi terakhir Liga Skotlandia. Mereka sudah kebobolan 35 kali dan menjadikan mereka sebagai kesebelasan dengan angka kebobolan terburuk ketiga. 27 diantaranya terjadi saat gawang Hearts dijaga oleh Joel.

Memang terkesan tidak adil jika membebankan masalah kebobolan sebuah kesebelasan terhadap satu pemain saja yaitu penjaga gawang. Namun sepanjang musim ini, penampilan Joel juga terkesan kurang menunjukkan peningkatan. Masuknya Daniel Stendel sebagai manajer anyar beberapa waktu lalu sempat membuatnya tersingkir untuk sementara selama dua pertandingan. Setelah dimainkan kembali, Joel juga belum bisa memberikan kontribusi yang positif.

Laga Hearts melawan Rangers pada awal Desember lalu menjadi puncak dari rasa jengahnya penggemar mereka terhadap penampilan Joel. Pada pertandingan tersebut, Hearts kalah dengan skor telak 5-0. Parahnya lagi, lima gol tersebut datang hanya dari enam tembakan ke gawang saja. Itu berarti, Joel hampir tidak bisa menahan semua sepakan Rangers saat itu.

Kegeraman penggemar Hearts memuncak ketika pada proses gol kelima, ia tidak bisa menahan sundulan pelan Greg Stewart yang biasanya mudah ditangkap penjaga gawang. Saat itu, bola tidak bisa dijangkau dengan baik dan bergulir masuk ke gawangnya sendiri. Hal ini membuatnya mendapat hujatan dan banyak dari mereka yang menginginkan Joel tidak usah lagi menjadi penjaga gawang Hearts.

“Hasil laga yang kami jalani belum terlalu bagus dan jelas penjaga gawang menjadi posisi yang cukup sulit karena posisi itu adalah posisi pertama yang dilihat banyak orang. Akan tetapi, saya terus bekerja keras dan berusaha sebisa mungkin untuk mengesankan manajer baru sebisa saya. Hanya butuh persiapa dan mental yang tepat untuk bereaksi,” tuturnya.

Setelah kecerobohan melawan Rangers, Joel memainkan lima dari tujuh pertandingan terakhir Hearts sebagai starter. Namun penampilannya belum menunjukkan adanya perbaikan. Rekan setimnya tidak bermain baik, lini belakangnya juga bermain buruk, dan dia tidak bisa menyelamatkan timnya sendirian. Situasi ini menjadi ujian bagi pemain yang sedang memenuhi ambisinya untuk menjadi kiper utama Manchester United.

Apabila keadaan tidak kunjung membaik, maka besar kemungkinan United akan memanggilnya pulang pada Januari nanti dan mencarikan tempat bernaung lain yang jauh lebih baik. Kesebelasan yang bisa memberikan kesempatan bermain secara reguler sekaligus rekan setim yang kualitasnya lebih baik dibanding rekan setimnya saat ini. Perlu diingat kalau usia Joel saat ini sudah 23 tahun. Beberapa tahun lagi, ia akan berada dalam usia matang sebagai pesepakbola.

Karena hanya dengan cara itu Joel bisa memupuk ambisinya di tengah waktu yang sudah semakin menipis mengingat United masih percaya dengan duet David de Gea dan Sergio Romero, dan mempersiapkan Dean Henderson yang digadang-gadang akan menjadi penjaga gawang masa depan klub berikutnya.