Foto: Eurosport

Tidak dapat disangkal bahwa bakat permainan dari Mason Greenwood begitu sensasional. Bahkan, bagi suporter Manchester United yang paling setia pun, akan sulit untuk membantah fakta itu. Greenwood sangat menikmati dirinya di musim lalu. Dan sudah menjadi rahasia umum jika ia merupakan bakat muda yang akan punya karier besar.

Hanya saja, waktu “kapan asumsi itu terwujud” masihlah samar-samar. Karena di satu sisi, seperti polemik kebanyakan pemain muda sebelumnya, pemain berusia 19 tahun itu sekarang sedang didiagnosis terkena sindrom musim kedua yang serius.

Padahal kemampuan ambipedal Greenwood saat mencetak gol sangatlah baik. Ia selalu dengan mudah membobol gawang dengan kedua kakinya. Hal ini pula yang benar-benar membedakannya dari sebagian besar pesepakbola muda era modern. Eks pemain akademi United itu juga telah menunjukkan kemampuan penyelesaiannya yang tenang seperti seorang profesional.

Greenwood mampu untuk memperlambat waktu di depan gawang, dan menganalisis setiap hasil dalam mikrodetik seperti Matrix. Sebelum akhirnya, ia menemukan celah dan membobol gawang lawan dengan mudah. Rasanya benar-benar mengejutkan, dan itu semua telah dilakukannya kala membuat terobosan –dari akademi ke tim senior– di musim lalu.

Penuruan performa

Tidak seperti banyak bintang muda yang menjanjikan sebelumnya, Greenwood sendiri juga tidak memiliki “pintu masuk yang besar” ke panggung tim utama. Ya, ia melakukan debutnya sebagai pemain pengganti pada malam ajaib di Paris pada 2019. Debut penuhnya bahkan hadir saat kekalahan dari Cardiff City –yang ketika itu sudah dipastikan terdegradasi.

Greenwood menunjukkan kesan yang menawan, tapi ia tidak datang seperti Federico Macheda. Kesan semacam itulah yang mungkin tidak membebaninya. Berbeda dengan Macheda, apa yang dirasakannya justru penuh tekanan dan tuntutan tinggi. Bagaimana tidak, pemain asal Italia itu sampai tidak pernah bisa lagi mendekati ketenarannya sendiri. Ia bagaikan “angin lewat” setelah momen menawan pada laga debutnya melawan Aston Villa.

Meski tidak ada beban, namun tetap saja Greenwood masih belum bisa menentukan nasibnya. Sekarang, semua orang hanya membicarakan tentang bakatnya di musim lalu. Sedangkan di musim penuh keduanya ini, tidak ada desas-desus perihal pembicaraan yang sama. Padahal seharusnya, semua orang berpikir tentang bakatnya. Termasuk manajer United Ole Gunnar Solskjaer. Sehingga nanti Greenwood bisa memperoleh tempat di skuat senior Inggris.

Karena pemain berusia 19 tahun itu masih belum masuk ke skuat Inggris sejak pelanggaran yang ia lakukan di Islandia pada September tahun lalu. Tepatnya ketika ia melanggar protokol COVID-19 bersama bintang Manchester City Phil Foden. Mereka berdua mengundang gadis-gadis ke hotel tim.

Akhirnya, hal itulah yang menjadi alasan kuat untuk memulangkan kedua pemain muda tersebut. Mereka juga kemudian ditinggalkan oleh Southgate untuk pertandingan di bulan Oktober. Hanya saja, sekarang Foden telah kembali lagi ke skuat Inggris, sementara Greenwood, masih tetap dalam bayang-bayang.

Jangankan tim senior, Mason Greenwood bahkan tidak ada di tim U-21. Ketidakhadirannya dari skuat muda ini merupakan kekhawatiran berikutnya. Memang, ada masalah lain yang dijadikan poin penting seperti kebugaran dan pola pikirnya. Tetapi masalah inti bagi penyerang United tersebut saat ini adalah; ia tidak tampil layaknya musim lalu.

Dilema dan tantangan karier

Dengan hanya tiga gol dalam 19 penampilan musim ini, ada sesuatu yang mestinya menjadi kenyataan untuk dilirik oleh Manchester United. Greenwood telah terbiasa dengan peran dari bangku cadangan, tapi Edinson Cavani lebih unggul darinya. Opsi penyerang tengah sudah terisi. Maka sudah dipastikan bahwa Greenwood akan kehilangan tempatnya di sana.

Selain itu, kedatangan duo muda Amad Diallo dan Facundo Pellistri secara teoritis akan semakin mengurangi waktu bermain Greenwood. Maka hal ini akan meninggalkan sedikit teka-teki bagi nasibnya di masa depan. United juga terkesan mendapat dilema dengan situasi semacam ini.

Mason Greenwood sudah dikatakan sukses di level akademi sebagai penyerang tengah, tetapi ia jarang tampil mengesankan dalam peran itu untuk tim senior. Maka jelas, persoalan ini merupakan masalah besar lain yang perlu dipikirkan olehnya. Paling tidak, ia harus kembali mengembangkan bentuk penyerang tengahnya itu lagi.

Ya maka mau tidak mau, sekarang ia perlu menemukan cara untuk beradaptasi, atau mulai mencari opsi lain untuk bisa memaksimalkan perannya di tim utama. Karena hanya dengan cara itulah, ia bisa kembali menjadi harapan muda yang akan memiliki karier besar di Old Trafford.

Untuk soal bermain sebagai penyerang tengah, mungkin Mason Greenwood perlu menjadikan Edinson Cavani sebagai panutannya yang sempurna. Pemain asal Uruguay itu adalah orang yang sangat berpengalaman, dan ia mampu menyesuaikan diri dengan formasi, liga, dan tuntutan yang berbeda.

Ditambah lagi, Cavani memiliki dua tahun kontrak di United, dan itu berarti, kehadirannya sudah cukup untuk membuat Greenwood berkembang. Tidak menuntut kemungkinan, ia mungkin akan menjadi pengganti yang pas dan siap dalam waktu satu tahun.

***

Sekali lagi, Mason Greenwood telah membuktikan bahwa ia memiliki semua atribut untuk menjadi bakat terbaik yang akan melanjutkan generasi. Namun agaknya sekarang, ia harus menghadapi tantangan terberat dalam kariernya. Semoga saja, ia bisa membuktikan diri dan tampil baik secara konsisten.