Sumber: The Sun

Sulit rasanya untuk menemukan pemain-pemain akademi Manchester United yang membawa dendam begitu luar biasa kepada klub lamanya ketika memutuskan pergi. Satu diantaranya adalah Joshua Bohui.

***

Dalam buku panduan Manchester United musim 2018/19, tim redaksi mereka memasukkan nama Joshua Bohui dalam profil para pemain yang berada di skuad utama asuhan Jose Mourinho. Saat itu memang belum bisa dipastikan apakah nama Bohui benar-benar masuk sebagai anggota tim utama atau tidak, namun tetap saja itu merupakan modal yang bagus bagi dirinya untuk bisa menggapai impiannya karena secara tidak langsung potensinya sudah diakui.

Akan tetapi, karier Joshua ternyata tidak sampai ke tim utama. Realita yang harus ia rasakan adalah kembali menikmati sepakbola U-23. Hal ini yang kemudian membuatnya begitu marah dan kecewa. Hingga sampai akhirnya ia memutuskan untuk membuat langkah yang cukup mencengangkan yaitu menolak kontrak dari United dan memilih untuk pergi ke tempat lain.

“Sangat sulit rasanya karena saya yang merasakan hal itu. Saya tidak akan menyebut kalau ini pelecehan, tapi manajer memperlakukan saya tidak adil pada saat itu. Saya frustrasi dengan cara dia memperlakukan saya terutama kata-katanya yang ia keluarkan. Saya rasa itu tidak perlu di lakukan,” kata Joshua kepada Manchester Evening News.

Manajer yang dimaksud Bohui adalah Jose Mourinho. Namanya mulai digadang-gadang masuk skuad utama ketika manajer Portugal tersebut siap memasuki musim ketiganya bersama klub. Namun sosok yang beberapa waktu lalu mengambil pekerjaan baru sebagai manajer anyar Tottenham Hotspur ini justru membuatnya frustrasi.

Bohui saat itu merasa optimis kalau ia punya peluang untuk masuk ke skuad utama. Pada musim panas 2018, namanya dibawa oleh Mourinho dalam tur yang sebenarnya tidak terlalu berkesan bagi sang manajer karena pemainnya banyak yang pergi ke Piala Dunia dan beberapa lainnya mengalami cedera. Namun hal itu tetap tidak membuatnya terkesan karena ketika kembali ke tim utama, ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama tim U-23.

“Ikut tur adalah pengalaman yang luar biasa. Anda bisa merasakan bagaimana nikmatnya menjadi pemain tim utama dengan basis penggemar luar biasa. Tapi ketika saya berada di luar, sulit bagi anak muda untuk mendapatkan hanya beberapa menit, bahkan dalam tur. Jika dalam tur saja saya tidak mendapatkan menit main, lantas bagaimana saya bisa mendapatkannya sepanjang musim. Saya merasa kalau tidak ada lagi kesempatan untuk saya.” Katanya.

Disinilah rasa marah Bohui menemui titik didihnya. Padahal, ia adalah salah satu pemain yang cukup bagus untuk mengisi skuad utama. Nicky Butt menyebut kalau Joshua adalah salah satu pemain muda terbaik yang pernah ia lihat. Duetnya bersama Mason Greenwood untuk tim U-23 sebenarnya berjalan dengan baik.

Menurut Manchester Evening News, Bohui tidak terima karena ia diminta untuk memainkan peran lebih banyak sebagai striker sentral oleh pelatih United. Namun ia memandang kalau dirinya adalah pemain depan dengan visi yang luas alih-alih mencoba diam di satu posisi.

“Saya tidak masalah kalau diminta bermain sebagai pemain nomor sembilan selama saya punya orang yang mengajari saya tentang detail kecil dalam penyelesaian akhir. Jika Anda melihat potensi pemain di lini depan, namun ia tidak sepenuhnya bisa bermain pada posisi tertentu, maka Anda perlu orang untuk mengajari Anda peran itu.”

“Di U-23 tidak ada seorang pun yang mengajari saya detail kecil yang perlu saya latih. Jadi, sulit rasanya memainkan posisi yang membuat saya tidak berada dalam kondisi yang nyaman.”

United sendiri sebenarnya masih memandang tinggi sosok Joshua Bohui. Saat kontrak tiga tahun pertamanya bersama United belum habis pada musim 2017/18, ia sudah ditawari kontrak baru selama empat tahun. Tidak hanya sekali, namun dua kali kontrak itu diberikan kepada dirinya. Sayangnya, dua tawaran tersebut ditolak.

“Saya butuh awal yang baru. Meski saya ditawari kontrak, itu juga tidak akan memberi saya jaminan. Untuk pemain berusia 18, 19, 20, berpikir untuk bermain di tim utama sangat penting. Sepakbola U-23 bagus, tetapi Anda lebih diperhatikan jika masuk tim utama. Sulit untuk bermain bersama tim utama ketika berusia 20 tahun, karena orang mengatakan kalau Anda belum siap atau hal lain. Namun bermain bersama tim utama jauh berbeda dibanding terus bermain bersama U-23,” tuturnya.

Kedatangan Ole Gunnar Solskjaer tidak mengubah pendirian Joshua. Ia tetap menganggap kalau kesempatan bermain untuk tim utama tidak akan pernah datang. Sebuah prasangka yang tidak sesuai dengan realita yang ada. Solskjaer gemar memainkan pemain muda, mengorbitkan Mason Greenwood yang merupakan pasangannya di lini depan tim U-23, dan berani memainkan enam pemain debutan ketika melawan Astana. Laga yang sebenarnya bisa saja dimainkan oleh Joshua jika dia ingin bersabar.

“Saya rasa saya memang sial, tetapi saya tidak menyesali keputusan saya. Saya bekerja keras di Belanda dan saya tahu suatu hari nanti saya akan bermain untuk Manchester United,” katanya menambahkan.

Dalam buku tahunan United musim 2018/19, Joshua disebut sebagai penyerang yang penuh determinasi dan pekerja keras. Namun melihat dari ucapannya, ia seperti tidak memiliki attitude. Mungkin itu yang membuatnya tidak pernah dilirik oleh Mourinho karena dianggap terlalu egois dan kerap memandang realita yang bertentangan dengan keinginannya sebagai sesuatu yang salah. Namun semua anggapan itu akan dimentahkan oleh Joshua yang hanya berusaha untuk jujur dan apa adanya.

***

Nasi sudah menjadi bubur. Pada musim panas lalu, Joshua sudah resmi keluar dari Manchester United dan memilih membela NAC Breda klub divisi satu Belanda. Ada penyesalan yang ia bawa ketika memilih hengkang dari Manchester United meski kemudian ia tetap yakin dengan rencana Tuhan kepadanya.

“Jika saya bisa mengubah satu hal, saya mungkin akan lebih spesifik dengan latihan yang saya minta (menjadi striker nomor sembilan). Sulit untuk pergi dari sana, tapi keputusan itu tidak akan pernah saya sesali karena Tuhan selalu ada dan berpihak kepada saya.”

Bertambahnya usia nampaknya mulai mengubah persepsi Joshua dalam memandang realita. Kini, rasa sabarnya kembali diuji dengan kariernya yang sejauh ini masih mandek bersama NAC. Ia baru bermain satu kali, menderita cedera lutut, dan sempat terpinggirkan kembali bersama tim U-21.