Siapa yang tidak kenal dengan Mark Clattenburg? Pria berusia 42 tahun ini dikenal sebagai salah satu wasit terbaik yang pernah dimiliki persepakbolaan Inggris. Sudah hampir delapan bulan sejak dirinya meninggalkan Premier League untuk mengambil alih tugas Howard Webb sebagai kepala komite wasit federasi sepakbola Arab Saudi (SAFF).

Baru-baru ini, pria kelahiran Durham tersebut bercerita mengenai pengalamannya selama 13 tahun menjadi wasit di Premier League terutama ketika ia memimpin laga-laga yang melibatkan Manchester United. Salah satunya adalah pertandingan yang mempertemukan Setan Merah melawan Stoke City yang terjadi pada Januari 2017 lalu.

Pertandingan yang memunculkan Wayne Rooney sebagai pencetak gol terbanyak United sepanjang masa ini menjadi alasan bagi Mark untuk keluar dari liga yang sudah membesarkan namanya. Keinginannya untuk berhenti menjadi wasit Premier League disebabkan karena ocehan Mourinho kepadanya di ruang ganti.

“Saya adalah wasit dalam pertandingan di mana Wayne Rooney memecahkan rekor gol Sir Bobby Charlton dan Mourinho tiba-tiba masuk ke ruang ganti saya dan dia tidak senang kepada saya karena tidak memberinya penalti,” ujarnya seperti dikutip dari Goal.

Ia menambahkan, “Saya meninggalkan lapangan Stoke (Bet365 Stadium atau Britannia Stadium) yang merupakan salah satu stadion terdingin, basah, dan yang membuat saya sengsara adalah tidak pernah mudah untuk memimpin laga Manchester United.”

Mark memang tidak sembarangan mengungkapkan opininya tersebut. Selama memimpin laga Manchester United, ia kerap membuat keputusan-keputusan yang terkadang berat sebelah, entah merugikan United ataupun menguntungkan United. Laga melawan Stoke City juga menjadi laga United terakhir yang ia pimpin.

Kejadian masuknya Mou ke ruang gantinya tersebut sempat membuat dirinya tertekan. Apa yang dilakukan oleh The Special One tersebut membuat timbulnya keraguan dalam diri Mark apakah dia masih layak menjadi wasit Premier League. Sepanjang perjalanan pulang, Mark mengaku memikirkan masa depannya sebelum akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Premier League yang telah membesarkan namanya.

“Setelah saya keluar dari pertandingan itu, saya merasa bahwa saya sudah benar-benar menampilkan performa yang bagus, dan baginya untuk masuk ke ruang ganti saya dan mengkritik penampilan saya karena handball adalah sesuatu yang baru saya lihat. Saya melihat jelas bagaimana kritikan tersebut keluar dari dadanya (Mourinho). Saya yakin bahwa saya sudah membuat keputusan yang benar, tapi dia telah membuat pikiran saya menjadi ragu,” tambahnya.

“Saya pulang ke rumah dengan kecepatan 250 mil sambil memikirkan apakah saya membuat kesalahan besar. Istri saya tahu bahwa sikap saya telah berubah, dan saya berpikir, ‘Apakah saya masih layak menjadi bagian dari Premier League? Apakah saya benar-benar masih ingin menjadi wasit?’ Saya kemudian mencari ketenangan dan saya memutuskan untuk tidak menikmati lagi menjadi wasit dan memutuskan keluar.”

Meski mengaku kerap kesulitan ketika memimpin laga Manchester United, namun ada satu cerita menarik yang terjadi ketika ia memimpin laga yang melibatkan United. Salah satunya adalah ketika ia ketakutan terhadap mantan kapten sekaligus jenderal lini tengah United, Roy Keane.

“Ketika di liga primer, saya masih tersenyum saat pertama kali bertemu dengan Keane. Namun suatu ketika dia menjerit kepada saya meminta tendangan sudut dan saya yakin bahwa ketika itu adalah tendangan gawang, tapi karena dia menjerit dengan sangat keras maka saya memberinya tendangan sudut. Saya sangat ketakutan kepadanya.”