Foto: Twitter

“De Ja Vu” mungkin adalah hal yang dirasakan suporter Manchester United yang berhamburan keluar dari Turf Moor setelah hasil seri melawan Burnley. Di mana mereka dipaksa menyaksikan tim kesayangan mereka terus membuat kesalahan yang sama, lagi dan lagi.

Sebelum pertandingan ini, Ralf Rangnick telah secara terbuka meminta timnya untuk belajar dari kesalahan yang dilakukan di laga-laga sebelumnya. Manajer sementara itu menekankan untuk tidak menghamburkan peluang dan lebih banyak mengambil kesempatan untuk mencetak gol.

Tapi apa boleh dikata. Bukan United namanya kalau permainannya tidak membuat emosi. Meskipun Rangnick sepertinya bukan tipe orang yang memasang wajah muram dan penuh amarah. Tapi ia pasti kesal dengan hasil melawan Burnley.

Selama 45 menit United sebetulnya tampil luar biasa di Turf Moor. Mereka benar-benar tidak terganggu dalam bertahan. Mereka mendominasi lini tengah dan memainkan skema menyerang yang baik. Di mana mereka menyerang dengan kecepatan super. Meskipun ada sedikit kepanikan di babak pertama.

Mungkin kepanikan itu muncul akibat rasa frustrasi ketika sundulan Raphael Varane dianulir karena pelanggaran offside. Dan kemudian gol bunuh diri Josh Brownhill dianulir pula karena pelanggaran oleh Edinson Cavani. Tapi sejauh babak pertama ini, tidak ada penampilan yang terlalu buruk dari Setan Merah.

Namun sebaliknya, United harus melihat babak kedua untuk mengoreksi seberapa anehnya permainan mereka. Jay Rodriguez berhasil merobek gawang David de Gea di dua menit babak kedua. Dan pertandingan kemudian berjalan alot bagi pasukan Setan Merah.

Padahal tingkat dominasi tim asuhan Rangnick ini seharusnya pantas membuahkan lebih dari satu gol. Berkali-kali mereka memaksa para pemain Burnley bertahan menuju gawang mereka sendiri. Bintang United seperti Jadon Sancho, Marcus Rashford dan Luke Shaw pun kerap membuat masalah di sisi kiri Burnley.

Lagi-lagi, United memang sempat unggul di babak pertama berkat gol Paul Pogba. Tapi itulah yang juga terjadi saat jeda pada laga melawan Middlesbrough dan saat jeda melawan Aston Villa bulan lalu. Dalam ketiga pertandingan itu, United kehilangan momentum dan gagal meraih kemenangan. Ketika mereka kebobolan, respons mereka acap kali lemah.

De Ja Vu adalah istilah yang pas. Gol penyama kedudukan Burnley adalah tembakan pertama yang dibuat oleh tim asuhan Sean Dyche dalam pertandingan itu. “Uniknya”, kembali Harry Maguire melakukan kesalahan ketika ia hendak menghentikan Wout Weghorst. Sehingga ada ruang kosong yang ditinggalkan yang membuat Jay Rodriguez berlari tanpa penjagaan.

Gol itu tentu saja membuat Burnley semangat, dan United terlalu lama untuk merebut kembali kendali permainan. Mereka membutuhkan David de Gea untuk menjaga pertahanan mereka. Sementara itu, mereka tidak menciptakan peluang yang cukup baik. Dan pada akhirnya semua hasil begitu sangat mudah untuk ditebak.

Ketika melawan Middlesbrough, United tidak pernah berhasil menemukan kembali level performa mereka setelah skor disamakan tim lawan. Lalu ketika melawan Aston Villa di Villa Park bulan lalu, hasilnya pun sama. Meski Setan Merah berhasil mencetak gol kedua, tetapi Villa kembali menyamai skor di menit akhir.

Setan Merah seperti kebingungan dan tidak tahu bagaimana harus mengambil peluang. Dan lucunya, mereka sering mendapatkan momen kebobolan lewat gol-gol receh. Padahal mereka tahu betapa sulitnya mendapatkan gol, tapi mereka rela kebobolan dengan sangat mudah.

Itulah penampilan khas Manchester United saat ini. Mereka seperti jalan di tempat. Dan itu pasti sangat membingungkan kepala Rangnick. Dalam periode yang panjang dalam beberapa pertandingan sebelumnya, mereka terlihat mengalami peningkatan dalam menyerang. Akan tetapi mereka malah tersingkir dari Piala FA oleh tim Championship. Bukankah hasil ini bisa dikategorikan sebagai hal yang membingungkan?

Peningkatan permainan United sangatlah kecil nilainya, tetapi mereka terus melakukan kesalahan yang sama. Pasukan The Red Devils kini hanya menang 12 kali dari 28 pertandingan terakhir mereka. Terakhir mereka menang meyakinkan adalah ketika meraih skor 4-1 atas Newcastle di Old Trafford pada September lalu. Di mana waktu itu Cristiano Ronaldo melakoni debut keduanya di Theatre of Dream.

Sayangnya tidak ada yang bisa diharapkan setelah laga itu. Keruntuhan permainan United sejak laga itu sangatlah menyedihkan. Hingga hal itu sempat membaik di musim dingin ini. Namun ketika banyak yang mengharapkan United mendapati titik balik, yang terjadi ternyata sama saja. Tidak ada yang berubah. United tetap jalan di tempat.

Pada intinya, saat ini tidak ada kata-kata atau harapan yang bisa diletakkan di atas Manchester United. Secara realistis, mereka harusnya bisa memenangkan empat pertandingan ke depan. Mereka dijadwalkan akan melawan Southampton, Brighton, Leeds dan Watford.

Namun sekali lagi, tidak ada jaminan mereka akan memenangkan empat laga tersebut. Karena kita semua sudah tahu, bahwa kebiasaan United adalah tidak bisa memanfaatkan kesempatan dan selalu terjerumus di lubang yang sama.