Foto: Irish Mirror

Premier League 2019/2020 siap dimulai. Pada Sabtu (10/8) dini hari, gong kompetisi yang sudah dimulai sejak 1992/1993 ini akan dibuka dengan pertandingan antara Liverpool melawan Norwich City di Stadion Anfield.

Bagi Manchester United, Premier League musim ini harus berjalan jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Musim lalu, mereka mengalami perjalanan yang buruk. Finis pada posisi enam, menjalani pergantian pelatih di tengah musim, dan mengalami kemerosotan yang signifikan dalam 12 pertandingan terakhir musim lalu, menjadi kisah yang jelas sulit dilupakan.

Ole Gunnar Solskjaer harus membuktikan kalau dia adalah orang yang layak menangani Setan Merah. Kejatuhan musim lalu hadir setelah kontraknya dipermanenkan. Namun tugas itu tidak akan mudah. Dua pertandingan awal, United dihadapkan dengan Chelsea dan Wolverhampton Wanderers, dua kesebelasan yang tidak bisa dikalahkan Solskjaer musim lalu.

Lini Belakang yang Kuat

Musim lalu, United membuat rekor dengan kemasukan 54 gol sepanjang musim. Ini adalah catatan terburuk mereka sejak 1978/1979. Mereka bahkan hanya meraih tujuh clean sheet dengan dua diantaranya terjadi di Old Trafford. Bahkan clean sheet terakhir didapat pada bulan Februari. Catatan ini seperti sebuah karma bagi manajemen United yang pada musim panas 2018 menolak permintaan Mourinho untuk mendatangkan pemain belakang.

Belajar dari kesalahan, manajemen menjadikan bursa transfer musim panas dengan fokus pada pemain belakang. Dua incaran berhasil didapat. Aaron Wan-Bissaka datang dengan harga 50 juta paun, sementara Harry Maguire tiba dengan memecahkan rekor transfer termahal klub yaitu 80 juta paun. Harapannya, kedua pemain ini bisa menjadi aset jangka panjang klub.

Harry Maguire akan mendapat sorotan yang tajam. Alasannya sudah pasti karena harganya yang sangat tinggi. Ini akan menjadi pengalaman pertamanya bermain untuk klub besar dan menjalani pertandingan di level Eropa. Ia harus membuktikan kapasitasnya sebagai bek yang “katanya” salah satu yang terbaik di Inggris.

Penampilan Maguire semakin menanjak sejak pindah ke Leicester City. Pada musim panas 2018, ia menjadi komandan di lini belakang timnas Inggris pada ajang Piala Dunia. Dia bukan pemain yang cepat, namun ada beberapa atribut lain yang begitu disukai Solskjaer seperti kemampuan bola atas dan jangkauan umpannya yang jauh lebih baik dari Lindelof.

Bersama Wan-Bissaka, para penggemar United akhirnya bisa melepas bayang-bayang Ashley Young yang kini lebih banyak dimaksimalkan sebagai bek kiri pelapis Luke Shaw. Mantan pemain Crystal Palace ini tampil sebagai pemain yang menonjol sepanjang laga pra-musim. Musim lalu, ia adalah pemain dengan catatan tekel terbanyak.

Dinamisnya Wan-Bissaka di sisi kanan membuat lini belakang United kesulitan untuk ditembus. Apalagi ia punya kecepatan, dan composure (ketenangan ketika berada dalam posisi tertekan) yang menjadi nilai plusnya sebagai seorang pemain muda. Proses adaptasinya terhitung cepat dan diharapkan ia bisa memberikan rasa aman di sisi sayap sebelah kanan.

Solskjaer harus membuktikan kalau dia adalah orang yang tepat untuk membangun pertahanan United yang lebih efektif dibanding musim lalu. United memiliki banyak pilihan yang jauh lebih baik dibanding musim lalu. Mereka masih punya Axel Tuanzebe dan Diogo Dalot jika salah satu dari Maguire dan Wan-Bissaka absen. Solskjaer harus menyelesaikan beberapa detail kecil agar lini belakangnya solid.

Lini Tengah yang Mengkhawatirkan

“Gali Lubang Tutup Lubang”. Itulah yang dilakukan United pada musim ini. Mereka sukses menyelesaikan masalah di lini belakang namun mereka melupakan salah satu inti penting dalam sepakbola yaitu lini tengah. United kehilangan Ander Herrera dan Marouane Fellaini. Dua pemain kualitas biasa-biasa saja tapi perannya cukup vital bagi tim. Sayangnya, United seperti tidak fokus membenahi sektor ini.

Akan sangat bahaya bagi United karena mereka memiliki para pemain tengah yang tidak konsisten. Komposisi Nemanja Matic, Scott McTominay, Andreas Pereira, Fred, Paul Pogba, dan Juan Mata jelas jauh dari kata pas bagi tim sebesar United. Bahkan keadaan bisa lebih parah jika Pogba benar-benar pindah selepas bursa transfer Premier League berakhir.

Lini tengah harus menjadi filter ketika para pemain depan gagal menyelesaikan serangan. Jika lini tengahnya saja tidak pernah tampil solid, maka lini belakang yang sudah bagus itu akan tetap mendapat gempuran yang bisa berakibat fatal dengan munculnya gol demi gol yang bersarang di gawang David de Gea. Bahkan di pra-musim saja United kesulitan menahan gempuran Milan.

Mereka sebenarnya punya peluang untuk merekrut Bruno Fernandes dari Sporting. Dia dikabarkan menjadi incaran utama Solskjaer. Akan tetapi, si pemain ternyata bukan incaran utama Solskjaer. Mengincar Eriksen juga gagal karena si pemain tidak mau pindah ke klub Inggris lainnya.

Solskjaer kini tinggal berharap para pemain seperti Fred, dan Andreas Pereira tampil jauh lebih baik dari musim lalu. Di sisi lain, Scott McTominay diharapkan tumbuh menjadi pria yang tangguh. Di sisi lain, Nemanja Matic dan Juan Mata nampaknya sudah kesulitan untuk bersaing di level keras seperti Premier League. Seandainya bertahan, Paul Pogba harus lebih konsisten dan tidak angin-anginan seperti musim lalu. Namun jika lini tengah United kedodoran sepanjang musim, maka Solskjaer sudah pasti akan menjadi sosok yang disalahkan. Alasannya jelas karena dia pernah berkata kalau dia sudah puas dengan komposisi pemain United yang sekarang.

Tanda Tanya Lini Depan

Romelu Lukaku resmi dilepas Manchester United ke Inter Milan. Sekonyol-konyolnya aksi Lukaku di United, ia adalah top skor klub untuk pemain depan dalam dua musim terakhir. Keputusan ini tentu sebuah perjudian mengingat baik Rashford, Martial, atau Lingard, belum bisa mencetak minimal 15 gol dalam satu musim meski sudah empat musim di Premier League.

Solskjaer menginginkan lini depannya yang bermain dinamis mengandalkan kecepatan dan pergerakan tanpa bola. Atas dasar ini, ia lebih memilih Martial dan meninggalkan Lukaku. Ini juga yang membuat Marcus Rashford naik tingkat sebagai striker utama.

Akan sangat riskan bagi United karena sumber gol kini hanya datang dari dua pemain saja yaitu Martial dan Rashford. Yang jadi masalah adalah ketika kedua pemain ini mengalami kebuntuan, United tidak memiliki plan B seperti memasukkan Lukaku atau Fellaini. Lucunya, mereka ingin membeli Fernando Llorente, pemain yang musim lalu hanya membuat dua gol saja di Premier League.

Lini depan United bermasalah dengan konsistensi. Paul Ince mengkritik Anthony Martial seperti minuman bersoda. Bersinar dua sampai tiga pertandingan, namun melempem pada tiga laga berikutnya. Begitu juga Rashford yang musim lalu begitu ganas sepanjang Januari-Februari, namun kedodoran dalam tiga bulan berikutnya.

Mereka memang masih memiliki Mason Greenwood dan Daniel James. Namun kedua pemain ini masih sangat muda untuk diberikan ekspektasi yang tinggi. Greenwood nampaknya akan bermain dalam ajang-ajang piala dan mungkin hanya bermain dalam belasan laga saja, sementara Daniel James diberi kesempatan untuk berkenalan terlebih dahulu dengan kerasnya persaingan Premier League.