Foto: Herarld Planet

“Tio, bola-bola seperti ini seharusnya bisa ditangkap bahkan oleh penjaga gawang kelas amatir Indonesia.” Begitulah ucapan coach Justinus Lhaksana kepada Tio Nugroho ketika melihat kesalahan David de Gea saat ia menjadi pandit TVRI dalam pertandingan Watford melawan Manchester United. Ia heran mengapa seorang De Gea bisa salah perhitungan terhadap bola yang lajunya tidak terlalu kencang.

Jika reaksi coach Justin dirasa kurang maka Anda bisa lihat reaksi Gary Neville. Di sela-sela wawancara Jose Mourinho jelang laga melawan Chelsea, Gary menjadi saksi kecerobohan De Gea. Ia hanya bisa memegang kepala sambil melongo tanda tidak percaya.

Ia kembali mencoba untuk berpaling sebelum berani melihat tayangan ulang sebelum kembali menunjukkan rasa heran sambil menutup wajahnya. Di sisi lain, Mourinho hanya bisa terdiam dan membuat sesi wawancara sedikit terganggu.

De Gea memang mendapat sorotan tajam pada laga tersebut. Selain kegagalan menahan sepakan Ismaila Sarr, ia juga kembali dikalahkan Troy Deeney dari titik penalti. Penjaga gawang asal Spanyol ini sudah tiga kali bertemu Deeney pada momen tendangan dari titik putih sejak 2015 dan tiga-tiganya selalu gagal dihalau. Yang menarik, ketiga sepakan legenda Watford tersebut selalu mengarah ke tengah dan De Gea selalu bergerak ke kanan.

Seorang penjaga gawang memang rentan akan kesalahan. Pasalnya, satu kesalahan yang dilakukan akan membuat ribuan penyelamatan menjadi tidak ada artinya. Tengok saja Loris Karius. Ia bukanlah kiper jelek, namun aksinya di final Liga Champions 2018 membuat namanya dicap sebagai salah satu perwakilan kiper terburuk.

Inilah mengapa posisi kiper kerap mendapat pandangan berbeda jika dibandingkan dengan pemain depan. Para penyerang akan dinilai dari berapa gol yang ia ciptakan, tetapi tidak membahas berapa banyak peluang yang ia buang untuk mencetak gol tersebut.

Membicarakan soal David de Gea maka kita membicarakan seorang penjaga gawang kelas dunia yang penampilannya mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan. Kesalahan atas gol dari Sarr adalah yang kesekian kalinya sejak performanya mulai dipertanyakan pada musim lalu. Diawali dari luputnya ia mengambil bola sepakan Cristiano Ronaldo, lalu kesalahan passing yang membuat Wolves mencetak gol yang kemudian diikuti dengan gagalnya ia menahan sepakan Messi dan Rudiger, hingga yang teranyar kesalahannya ketika gagal menangkap bola dari Sarr.

Ia juga sudah 13 kali beruntun gagal membuat Clean sheet. Memang hal ini tidak sepenuhnya salah De Gea mengingat lini belakang Setan Merah juga kerap kecolongan oleh gol-gol yang seharusnya tidak terjadi. Namun di luar itu semua De Gea memang sedang mengalami penurunan performa. Opta mencatat, De Gea adalah pemain yang paling sering membuat kesalahan berbuah gol bagi United dengan enam kesalahan.

“Buatku, De Gea seperti kehilangan kepercayaan diri. De Gea tak pernah menjadi penangkap umpan silang yang bagus, tapi di depan gawang dia sebenarnya tidak mudah dikalahkan,” kata Arsene Wenger saat menyoroti penampilannya pada musim lalu.

Hal ini jelas berbeda jika kembali flashback ke musim 2017/2018 saat ia mendapat gelar kiper terbaik Premier League. Di tengah waktu yang sedikit untuk membuat keputusan, De Gea sukses membuat decak kagum dengan penyelamatan-penyelamatan ajaibnya. Ia sendirian membawa United memiliki pertahanan terbaik setelah City meski komposisi pemain belakangnya saat itu membuat penggemarnya mengelus dada.

Tidak sedikit yang meminta Solskjaer untuk sesekali mencadangkan De Gea. Wajar sebenarnya mengingat Setan Merah tidak krisis penjaga gawang. Selain itu, Sergio Romero juga bukan penjaga gawang yang buruk. 32 clean sheet sudah dibuat hanya dari 51 penampilannya bersama United sebagai kiper cadangan.

Sir Alex Ferguson pernah melakukan itu beberapa kali saat De Gea masih mentah di Premier League. Beberapa kesalahan yang dibuat membuat ia dicadangkan beberapa laga dan Fergie memilih memainkan Anders Lindegaard bahkan Ben Amos dalam beberapa pertandingan Premier League. Pantas rasanya jika beberapa laga Premier League nanti Solskjaer mencoba memainkan Romero agar mental De Gea bisa pulih dan kembali jauh lebih kuat. Toh, Romero juga sudah rindu bermain di kompetisi liga.

Namun Solskjaer memang belum ada urgensi untuk melakukan itu. Musim lalu, ia berujar kalau mencadangkan De Gea tidak ada dalam pikirannya. Periode sulit ia anggap sebagai bagian dari karier seorang pemain top dan tampaknya kesalahan Sarr kemarin juga tidak akan membuat posisi De Gea goyah.

“Itu hanya kejadian kecil saja karena De Gea masih bagus dan selalu fokus saat latihan. Kami kebobolan karena kesalahan sendiri dan gol lainnya berasal dari penalti,” tuturnya setelah laga. Ucapan yang kemudian ditimpali oleh calon kapten baru United, Harry Maguire yang siap mendukung De Gea untuk kembali bermain bagus pada periode boxing day mendatang.

Apakah De Gea sudah tidak betah di United dan masih memikirkan Real Madrid? Kita tidak tahu. Namun yang pasti pada musim lalu, kesalahan-kesalahan yang dilakukan olehnya diidentikan dengan masalah kontrak baru yang belum kunjung hadir. Persoalan tersebut akhirnya sudah selesai dengan diperpanjangnya kontrak si penjaga gawang dan menjadikan dia sebagai serdadu bayaran termahal di Premier League.

Atau jangan-jangan dia merasa miris karena melihat teman-temannya tampil tidak punya gairah. Beberapa waktu lalu, ia pernah bercerita kepada Sky Sports kalau United tidak punya kualitas di beberapa lini. “Saya kira kami bukannya kurang semangat. Rekan setim selalu mengerahkan yang terbaik dalam setiap sesi latihan dan permainan. Tampaknya, kami hanya kekurangan kualitas di beberapa posisi,” katanya.

Ya, saking fokusnya dia memikirkan kualitas teman-temannya, ia justru membuat kesalahan sendiri yang sangat fatal. Betapa malang nasibmu, Dave.