Siapa yang tidak kenal dengan Gianluigi Buffon? Salah satu penjaga gawang sekaligus pemain sepakbola terbaik yang pernah ada di muka bumi ini. Sederet gelar sudah pernah ia dapatkan. Mulai dari gelar liga domestik bersama Juventus dan PSG, sampai dengan gelar Piala Dunia 2006 yang ia raih bersama timnas Italia. Tidak hanya di level tim, ia juga punya banyak gelar pada sektor individu.

Namun, dari sekian banyaknya gelar yang pernah didapat Buffon tidak ada satu pun gelar yang ia dapat dari ajang Liga Champions. Inilah satu-satunya trofi yang belum pernah ia raih sampai saat ini. Trofi Eropa yang ia dapat hanya Piala UEFA bersama Parma pada musim 1998/1999.

Buffon pernah mencicipi final Liga Champions sebanyak tiga kali. Namun tidak ada satu pun yang berakhir baik. Pada 2003 ia kalah adu penalti melawan Milan, sedangkan dalam dua final berikutnya ia harus rela dipecundangi Barcelona 3-1 dan Real Madrid 4-1.

Meski demikian, bukan tiga final itu yang paling disesali oleh Buffon dalam kariernya selama bermain di Eropa. Satu penyesalan bagi pemain berusia 45 tahun ini selama bermain di Liga Champions justru datang dari Manchester United. Ia masih ingat momen ketika timnya kalah secara menyakitkan pada musim 2018/2019.

Ketika itu, United kalah 0-2 di stadion Old Trafford dalam leg pertama 16 besar Liga Champions dan Buffon bermain untuk PSG. Hasil ini tentu menguntungkan tim asal Paris tersebut karena leg kedua mereka bermain di kandang sendiri.

Akan tetapi, nasib berkata lain. United justru menang 3-1 dan berhak lolos melalui aturan gol tandang yang saat itu belum dihapus. Gol penentu kemenangan datang dari Marcus Rashford melalui penalti pada menit terakhir pertandingan.

“Kami membuangnya (kesempatan itu). Mereka bermain di Paris dengan sekumpulan anak-anak. Yang senior mungkin hanya David De Gea, Lukaku, dan Rashford tapi yang lainnya masih muda,” kata Buffon kepada Bobo TV.

“Kami membuat kekacauan secara mental. Apa yang terjadi kala itu adalah penyesalan terbesar dalam karier saya. Kami sangat kuat, dan kami adalah tim besar pada saat itu,” kata Buffon menambahkan.

Buffon memang pantas kecewa. Pada malam di Parc des Princes itu, United hanya membuat lima ancaman selama 90 menit. Di sisi lain, PSG membuat 12 percobaan. Bahkan Ole Gunnar Solskjaer, manajer United saat itu, hanya punya Tahith Chong, James Garner, dan Mason Greenwood muda sebagai pemain cadangan. Berbeda dari tuan rumah yang masih punya pemain berkelas macam Cavani, Paredes, hingga Thomas Meunier.

Saat itu, PSG jelas diunggulkan ketimbang United. Namun Setan Merah jauh lebih efektif dan berhasil memanfaatkan sedikitnya peluang yang mereka punya. Satu catatan yang terjadi saat itu, dua gol dari Romelu Lukaku hadir dari kesalahan pemain belakang PSG termasuk Buffon sendiri yang gagal menangkap bola tendangan keras Rashford dengan sempurna.

Hasil tersebut membawa United melaju ke perempat final. Comeback dramatis tersebut membawa hadiah berupa kontrak permanen bagi Ole saat itu. Sayangnya, pada babak 8 besar mereka tidak berkutik dan harus kalah dari Barcelona dengan agregat gol 4-0. Di sisi lain, PSG kembali meneruskan kegagalan mereka di Eropa (hingga sekarang) dan Buffon kemudian kembali ke Juve pada musim panas 2019/2020.