foto: espnfc.com

Debut Jesse Lingard di timnas Inggris menuai pujian. Pemain 23 tahun tersebut diturunkan pelatih Gareth Southgate kala Inggris menumbangkan Malta 2-0. Meski tidak mencetak gol, tapi penampilan Lingard dipuji oleh sang pelatih.

“Jesse melakoni debut yang amat baik. Dia bermain baik dan menjadikannya sebagai ancaman yang nyata. Inilah alasan mengapa aku ingin memberinya awalan di timnas. Dia punya mental yang kuat, dia pun adalah pemain muda yang menarik dan panggung ini seperti diciptakan untuknya,” kata Southgate.

Southgate menambahkan bahwa diturunkannya Lingard di pertandingan menghadapi Malta bukannya tanpa alasan. Bertanding di Wembley mengingatkan kita semua soal dua gol Lingard di Piala FA dan Community Shield. Sejatinya, debut Lingard tidak “semudah” seperti apa yang ditunjukkan oleh Marcus Rashford yang langsung bersinar di debutnya di klub, dan langsung mencetak gol dalam debutnya di timnas. Jalan Lingard terbilang panjang dan berliku.

Alumnus Akademi United

Lingard telah berada di United sejak 2000. Ia menandatangani kontrak profesionalnya pada 2011. Seperti pemain muda lainnya, Lingard mesti merasakan yang namanya dipinjamkan dari satu kesebelasan ke kesebelasan lain, mulai dari Leicester City, Birmingham City, Brighton and Hove Albion, sampai Derby County.

Tentu saja pemain muda tak perlu berkecil hati dipinjamkan ke sana ke mari, toh David Beckham sekalipun mesti mengalami rasanya dipinjamkan sebelum akhirnya menjadi salah satu legenda United. Berkarier jauh dari rumah adalah upaya kecil untuk meningkatkan kemampuan dan mempersiapkan diri tampi di Teater Impian.

Contoh lainnya tentu Paul Pogba. Bahkan, Pogba yang pernah meraih Piala FA Youth 2010/2011 bersama Lingard, harus dijual ke Juventus. Lantas apa yang terjadi? Penyesalan itu akhirnya bernilai 89 juta paun!

Debut Lingard di timnas mungkin saja tidak akan terjadi hingga pekan lalu andai Sam Allardyce tidak mengundurkan diri. Penggantinya, Gareth Southgate, merupakan “penasihat” terbesar Lingard di timnas Inggris U-21. Karena itu pula, wajar rasanya kalau ditunjukknya Southgate membuka peluang besar bagi Lingard untuk menunjukkan penampilan terbaiknya.

Sementara itu, lambatnya debut Lingard di timnas tak lepas dari fakta bahwa ia tak begitu dilirik oleh manajer tim. Baru pada era Louis van Gaal ia dipercaya mengisi skuat utama. Lagi-lagi, cedera membuatnya menepi dan kembali dipinjamkan ke Derby County pada awal 2015. Lalu, pada musim lalu, Lingard justru menjadi perhatian, melampaui kebintangan seorang Memphis Depay yang kian meredup.

Menghadirkan Keraguan

Diakui atau tidak, hadirnya Lingard kembali meredupkan karier Memphis. Lingard barangkali tak sekreatif Ravel Morrison, namun perilaku serta kematangannya membuatnya kini menjadi salah satu pemain penting bagi United.

Di lapangan, Lingard mampu membuat pertahanan lawan kocar-kacir. Pergerakannya disebut mantan pelatih United, Rene Meulensteen, sebagai “Inggrisnya Andres Iniesta”. Bedanya, Lingard mampu mengeksploitasi ruang kosong, sementara Iniesta punya kemampuan mengarahkan bola ke ruang kosong.

Namun, dipanggilnya Lingard ke timnas dianggap bukan karena penampilannya di klub, melainkan karena kepercayaan Southagate atas yang dicapai Lingard di tim U-21. Southgate dipercaya menemukan potensi yang luar biasa besar dalam diri Lingard.

Di sisi lain, banyak yang merasa kalau menurunkan pemain muda di level internasional bukan sesuatu yang perlu. Terlebih, rekan Lingard di United, Marcus Rashford, hanya diberi nilai “0” oleh The Times atas aksi empat menitnya kala Inggris kalah dari Islandia di Piala Eropa 2016.

Selain itu, Lingard pun dianggap belum dewasa di usianya yang ke-23. Ia kerap memosting video tengah mengganggu para pemain lain seperti Pogba dan Rashford.

Editor blog Stretty News, Dale O’Donnell, menulis begini: “Dia adalah pemain yang bagus tapi masih jauh kalau disebut kelas dunia. Kalau Anda melihat pilihan Southgate di pos gelandang, dia tentu tidak termasuk.”

Menurut Dale, yang punya tiket musiman di Old Trafford, Lingard masih perlu berkembang tapi memerlukan sesuatu yang berbeda. “Manajer permanen (Inggris) nantinya harus bereksperiman dengan pemain seperti Lingard untuk menggali apa yang terbaik dalam dirinya, bukan cuma memilih hanya karena sekadar pantas,” tulisa Dale.

Di sisi lain, Lingard telah membuktikan kalau dirinya memiliki mental juara. Dua golnya di Wembley dalam dua pertandingan berbeda memberikan dua trofi bagi United: Piala FA dan Community Shield. Hal ini tentu memperlihatkan bahwa meskipun kerap dipandang sebelah mata, tapi Lingard punya sebuah mental juara.

Lantas, bagaimana peluangnya kini di timnas? Dia bukanlah pemain yang langsung meledak dan mendapatkan perhatian macam Rashford. Belum lagi duo Spurs, Dele Alli dan Eric Dier, berusia lebih muda. Keduanya kini mulai menancapkan pengaruhnya di lini tengah. Belum lagi nama Harry Kane yang setengah tahun lebih tua, tetapi sudah menjadi kunci di lini serang Inggris.

Lingard justru mesti bersaing dengan rekannya yang berusia lebih muda. Kini, Lingard mesti membuktikan kalau dia tengah berada di tempat yang benar di waktu yang benar pula. “Semakin keras Anda berlatih, semakin besar keberuntungan yang Anda dapat,” tulis Tom Doyle.

Hal ini pun dikuatkan oleh Ryan Giggs yang pernah melatih Lingard saat usianya masih 10 tahun. Giggs, yang tengah mengambil lisensi kepelatihan kala itu, menyebut kesulitan melatih Lingard karena ia bisa bermain di banyak posisi.

“Dia bisa bermain di banyak posisi. Dia akan memberi Anda energi, dia akan mencetak gol, dia adalah pemain yang mengandalkan tim, tapi di usia yang ke-23, dia siap untuk unjuk gigi,” kata Giggs.

“Aku melatihnya saat usianya 10 tahun, dan tugas untuk lisensi A-ku adalah melatih pemain ‘Nomor 10’. Itu adalah mimpi buruk, karena dia melakukan semuanya dengan benar!”

 

Tulisan ini disadur dengan berbagai tambahan dari Standard.co.uk yang ditulis Tom Doyle yang berjudul Call it luck, but Jesse Lingard is reaping the rewards of long route to the top with Manchester United and England.