Foto: World Sports Tale

Selain bisa membuat penggemar United tertawa, Jesse Lingard juga bisa membuat kita semua menjadi emosi hanya dalam sekejap. Namun, sebesar apa pun marah kita terhadap pemain nomor 14 ini, dia akan tetap mendapat perlindungan dan pembelaan dari Ole Gunnar Solskjaer.

Salah satu tugas Solskjaer adalah melindungi pemainnya. Hal ini memang tidak ada dalam job desk Solskjaer sebagai manajer United. Dia bisa saja memilih untuk arogan. Namun, mengingat para pemain ini tertekan ketika dipimpin Jose Mourinho dan sikapnya yang selalu menekankan senyuman serta pemikiran positif, maka dia tidak akan segan-segan untuk melindungi pemainnya sendiri.

Pendukung MU selalu terbelah menjadi dua kubu yang berbeda jalur. Namun ketika membahas Jesse Lingard, mereka serentak merapatkan barisan dan bersatu. Baik kubu Ole Out atau Ole Stay kompak mengeluarkan narasi demi satu tujuan yaitu Lingard harus diisitirahatkan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan, atau yang paling ekstrem sekalipun yaitu dijual ke klub lain.

Lingard adalah pemain muda potensial, setidaknya itu yang kerap muncul di halaman Inside United periode 2010/2011 atau ketika menjadi pemain bintang dalam tim yang memenangi FA Youth Cup. Tidak ada yang salah memang saat itu karena Lingard benar-benar tampil baik bersama pemain-pemain muda.

Namun sayang, Lingard justru makin mengecewakan ketika usianya sudah matang. Torehan 0 gol dan 0 asis di Premier League selama satu tahun jelas bukan sebuah catatan yang bisa dibanggakan untuk pemain yang mengemban lambang Setan membawa garu di dada. Padahal, sepanjang setahun itu Lingard bukannya tidak bisa mencetak gol.

Pertandingan melawan Watford menjadi puncak kebencian penggemar United kepada Lingard. Punya peluang emas mengakhiri 2019 dengan satu gol dan sudah berhadapan satu lawan satu melawan Ben Foster dengan space yang sudah terbuka lebar, Lingard justru memilih mencungkil bola yang justru melambung melewati gawang.

Catatan nihil Lingard ini seharusnya sudah bisa membuka mata Solskjaer untuk mengistirahatkannya. Namun yang terjadi, ia masih mendapat kesempatan menjadi pemain inti. Melawan Arsenal, ia kembali didapuk sebagai starter sebelum Solskjaer menelan ludahnya sendiri karena kontribusinya yang tidak signifikan.

Tempatnya di tim nasional Inggris sudah hilang. Selain kontribusi yang nihil di level klub, Gareth Southgate juga kebanjiran pemain-pemain anyar yang jauh lebih baik dari Lingard seperti Mason Mount, Jack Grealish, dan James Maddison. Meski Lingard adalah kunci Inggris di Piala Dunia 2018, namun Southgate tampak tidak mempermasalahkan jika namanya tidak ada dalam daftar pemain di Euro 2020 nanti.

Namun sekeras apa pun suara penggemar United, setajam apa pun kalimat yang dilontarkan, Lingard akan dipeluk dan dirangkul oleh Ole Gunnar Solskjaer. Sang manajer menganggap para pendukung United seperti menutup mata dan tidak melihat sisi lain dari pemain yang pernah empat kali dipinjamkan ini.

Konferensi pers jelang melawan Manchester City menjadi panggung pembelaan Solskjaer kepada Lingard. Alih-alih membahas kesiapan tim, strategi kedua tim, serta kemungkinan jalannya laga, Solskjaer membahas tentang kerja keras Lingard yang tidak dihargai oleh para penggemarnya sendiri.

“Jesse mengalami pasang surut yang saya bicarakan sebelumnya. Tapi, Anda lihat pertandingan melawan Man City dan Tottenham Hotspur, dimana dia menjadi pemain penting bagi kami di pertandingan yang berbeda,” kata pria murah senyum itu.

“Kami ingin dia kembali membuat gol dan asis karena tidak ada orang yang berlari sebanyak yang dia lakukan. Dia pemicu hebat bagi kami dalam tekanan. Dia adalah karakter yang lincah dan ceria. Lagipula, saya tidak merasa kalau Anda melihat aktivitas Lingard di media sosial sebanyak yang pernah ia lakukan dulu, bukan?”

“Sekarang, dia menundukkan kepalanya dan bekerja keras. Aku sudah mengenalnya selama bertahun-tahun, dan dia sekarang adalah Jesse yang saya kenal. Media sosial adalah bagian dari pemain United saat ini dan saya rasa penting bagi Anda untuk menyerahkan diri sejenak dengan cara yang positif,” kata Solskjaer.

Bagi Solskjaer, setidaknya Lingard sudah melakukan pekerjaannya dengan benar. Setidaknya ada tiga aspek yang dilihat yaitu dua laga melawan Spurs dan City di Premier League, jarak tempuh Lingard yang tidak sebanyak rekan setimnya, serta aktivitas media sosial yang jauh lebih sedikit dibanding sebelumnya.

Namun Solskjaer juga harus berkaca kalau menilai Lingard sudah baik hanya dengan mengacu dua laga melawan Spurs dan City juga tidak fair. Ada di mana dia saat tim membutuhkan kreativitasnya di laga melawan Arsenal atau ketika dia menghilang pada laga melawan Everton dan Watford yang seharusnya bisa menjadi tempat baginya untuk berkontribusi.

Soal Lingard yang berlari lebih banyak juga bisa diperdebatkan. Memang, tugasnya di bawah Solskjaer adalah hanya untuk menekan pemain lawan, namun mengingat posisinya berada di depan dan mempunyai naluri gol yang tinggi, maka seharusnya ia bisa memberikan kontribusi yang jauh lebih baik lagi dari sekadar berlari. Perihal media sosial juga tidak akan menjadi persoalan seandainya ia bisa mencetak banyak gol dan asis seperti yang pernah ia lakukan pada musim kedua Jose Mourinho.

Keputusan Solskjaer untuk terus memainkan Lingard sebenarnya bisa dihargai seandainya Solskjaer juga mau bertindak fair kepada pemain yang terus dianggap pemain muda ini. Puji dia ketika bermain bagus, namuna tidak segan-segan untuk memberikan treatment sebagai cambuk motivasi agar Lingard sadar kalau dia punya tanggung jawab terhadap para penggemar United.

Sayangnya, Solskjaer tidak melihat hal itu. Dimatanya, para penggemar United seolah menutup mata dan tidak melihat Lingard dari dua sisi.

Dalam beberapa pertandingan terakhir, Lingard memang tidak diberi kesempatan bermain 90 menit lagi. Namun ia berdalih kalau si pemain sedang menderita sakit. Ketika ia sembuh, bukan tidak mungkin sosoknya kembali menghiasi hijaunya rumput Old Trafford.

Lingard itu suci, penggemar United yang penuh dosa, mungkin begitu yang diucapkan Solskjaer setiap melihat para pendukung United mengkritik Lingard.