Foto: VTnews

Pada Piala Dunia 2018 lalu, langkah Inggris harus terhenti pada babak semifinal. Kekalahan 2-1 atas Kroasia membuat langkah mereka untuk meraih gelar Piala Dunia kembali gagal. Bahkan pada perebutan peringkat ketiga, tim Tiga Singa juga kalah 2-0 melawan Belgia. Mereka harus rela pulang dari Rusia tanpa medali.

Meski begitu, semifinal bukanlah hal yang buruk bagi timnas Inggris. Empat besar adalah prestasi terbaik mereka setelah terakhir kali mereka melakukannya pada Piala Dunia 1990. Sejak saat itu, Inggris tidak lolos ke Piala Dunia 1994, dua kali kalah di 16 besar (1998 dan 2010), gagal di delapan besar pada 2002 dan 2006, bahkan mereka menempati posisi terakhir di grup pada turnamen 2014.

Kesebelasan asuhan Gareth Southgate mengawali turnamen dengan menang 2-1 atas Tunisia dan 6-1 melawan Panama. Pada pertandingan ketiga melawan Belgia, mereka kalah 1-0. Sukses menyingkirkan Kolombia melalui adu penalti, Inggris kemudian melangkah ke babak delapan besar dan mengalahkan Swedia dengan skor 2-0.

Raut wajah gembira melanda para penggawa Inggris, sebaliknya kesedihan justru melanda Swedia. Seandainya mereka menang atas Inggris saat itu, maka mereka punya kesempatan mengulang prestasi pada Piala Dunia 1994. Sayangnya, langkah mereka harus terhenti karena Inggris jauh lebih kuat.

Salah satu yang kecewa adalah penggawa United, Victor Lindelof. Saat itu, ia baru saja menjalani musim pertamanya sebagai pemain Setan Merah. Sayangnya, penampilannya di level klub mengundang banyak kritik. Oleh karena itu, ia harus membayarnya dengan penampilan apik bersama tim nasional.

Yang lebih menyebalkan lagi, satu gol yang membuat harapan negaranya pupus berasal dari kepala Harry Maguire yang dua musim kemudian menjadi rekan setimnya di United. Sebelum kapten United tersebut datang, Lindelof mengaku masih menyimpan kekesalan kepada Maguire sebelum akhirnya bahu membahu dalam klub yang sama.

“Saya masih sedikit marah padanya akibat kejadian itu (Piala Dunia). Tapi saya merasa kalau dia adalah pemain hebat saat itu dan bagus untuk memilikinya di tim yang sama,” katanya seperti dikutip dari Inside United edisi terbaru.

Foto: ReachSport.com

Gol tersebut tidak hanya berarti untuk timnas Inggris melainkan juga untuk Maguire. Selain memecah kebuntuan, gol tersebut adalah yang pertama bagi mantan pemain Leicester ini sejak ia melakoni debut pada pertandingan melawan Lithuania 2017 lalu.

“Untuk mencetak gol pertama adalah sesuatu yang brilian. Banyak laga-laga besar saat ini ditentukan oleh gol-gol yang berasal dari bola mati karena saat itu pertandingan berjalan sangat ketat. Kami berhasil mendapatkan gol pertama dan itu adalah kenangan yang luat biasa bagi saya,” kata Maguire.

Kini, Lindelof dan Maguire saling bahu membahu mengawal lini belakang United. Bek terbaik Swedia berduet dengan salah satu pemain Inggris yang grafiknya terus meningkat sejak ia bermain di Premier League bersama Hull City. Keduanya kini menjadi kunci dari solidnya lini belakang United yang mencatatkan sembilan laga tanpa kebobolan dari 11 laga sebelum kompetisi berhenti sementara karena Corona.

“Sebelum saya datang ke sini, saya tahu sebagus apa permainan Vic. Saya pernah melihatnya bermain untuk United dalam beberapa tahun terakhir dan dia terus tumbuh. Saya melihatnya lagi musim ini dan dia akan menjadi pemain hebat untuk masa kini dan masa yang akan datang,” kata Maguire.

Kegagalan akan melatih kita untuk belajar dan berusaha menjadi lebih baik kedepannya. Itulah harapan yang disematkan kepada dua pemain ini. Berangkat dari kegagalan mereka dalam turnamen antar negara, keduanya kini punya harapan untuk bisa memberikan yang terbaik di level klub yaitu bagi Manchester United.

Khusus bagi Maguire, yang saat ini menjabat sebagai kapten utama, ia tentu berambisi menjadi kapten pertama yang bisa mengangkat trofi juara setelah Wayne Rooney. Sementara untuk Lindelof, proses adaptasinya sudah selesai dan perlahan ia mulai menunjukkan konsistensinya mengawal lini belakang Setan Merah. Kombinasi keduanya diharapkan bisa membuat mereka menjadi salah satu pasangan bek tengah yang solid di Manchester United seperti Bruce-Pallister, Johnsen-Stam, dan Ferdinand-Vidic.