Foto: The Sun

Marcus Rashford belakangan ini sering menjadi headline media di Inggris karena inisiatifnya melakukan kampanye amal, khususnya untuk anak-anak yang kurang mampu. Hal ini membuat banyak orang penasaran dengan sifat serta karakteristik pemain asal Inggris tersebut.

Tidak banyak pemain berusia 23 tahun yang dapat mencapai apa yang telah didapat Marcus Rashford. Dari memenangkan trofi besar bersama Manchester United, hingga memaksa pemerintah berbalik arah mendukung kampanye amalnya. Atau bahkan, jarang sekali ada pesepakbola muda yang mampu menerima gelar Member of the British Empire (MBE) dari Ratu Inggris.

Oleh karena itu, mantan pelatih Rashford dulu, Dave Horrocks, sedikit memberi tahu apa saja faktor yang membuatnya menjadi pesepakbola muda yang begitu istimewa.

“Ibunya (Rashford) telah mengajarinya untuk menjadi laki-laki yang rendah hati dan penuh hormat. Dia selalu ingat perkataan ibunya itu. Pelajaran awal kehidupan dari sang ibunya adalah sesuatu yang ditanamkan dalam dirinya,” ujar Dave Harrocks dikutip dari Sky Sports.

Sejak mencetak gol pada debutnya di Manchester United dan Inggris saat usianya baru menginjak 18 tahun pada tahun 2016, Rashford sendiri telah memenangkan beberapa gelar. Termasuk Piala FA, Piala Liga, dan Europa League. Ia juga sudah mencetak total 87 gol dalam 269 penampilannya untuk klub dan negaranya.

Termasuk di musim ini, Marcus Rashford masih menjadi pemain muda dengan bakat yang istimewa. Ia telah mencetak hattrick senior pertamanya untuk United ketika melawan RB Leipzig di Liga Champions. Ia juga mencetak gol pembuka dalam kemenangan Inggris atas Belgia di kompetisi National League.

Di luar lapangan, Rashford telah berhasil berkampanye untuk membujuk pemerintah Inggris untuk memberikan bantuan berupa voucher makan sekolah gratis selama liburan musim panas. Hal inilah yang menjadi sebab mengapa sang Ratu Inggris memberikan gelar MBE atas jasanya kepada anak-anak. Apalagi, sang Ratu melihat masih banyak anak-anak yang rentan sakit selama pandemi virus corona.

Tak sampai di situ, Rashford bahkan berhasil menarik lebih dari satu juta tanda tangan pada petisinya untuk mengakhiri polemik kemiskinan anak. Ia juga mendapat kehormatan untuk ditempatkan ke dalam Football Black List, dan baru-baru ini ia meluncurkan klub buku. Klub yang di mana nantinya akan diproyeksikan membantu anak-anak untuk dapat menikmati kesenangan membaca.

Semua tindakan terpuji Rashford ini, sekali lagi, tidak muncul secara spontan. Ya seperti kata Dave Horrocks sebelumnya, semua tindakan Rashford adalah tanaman orang tuanya. Terutama tanaman yang dipupuk menjadi karakter oleh sang Ibu.

Pelatih yang sempat mengasuh Rashford di tim junior Fletcher Moss Rangers itu juga tampak tidak bisa lebih bangga lagi dengan sosok Rashford. Karena ia merasa bahwa kebanggaannya kepada mantan anak didiknya itu sudah berada di puncak.

“Dia adalah anak yang menyenangkan. Dia berasal dari latar belakang yang hebat. Dia sangat hormat dan senang ketika menguasai bola di kakinya. Saya selalu mengatakan bahwa ketika dia berada di lapangan, saya seharusnya memiliki dua bola karena dia sangat menyukainya,” ungkap Dave Harrocks dilansir dari Sky Sports.

“Dia hanya ingin mengekspresikan dirinya sendiri. Itu merupakan etos dari apa yang Fletcher Moss Rangers coba lakukan dengan anak-anak muda lainnya. Membuat mereka mengekspresikan diri dan melakukan sesuatu tanpa takut dikritik, atau melakukan sedkit kesalahan adalah sebuah tuntutan.”

“Saya pikir asuhan orang tua memang telah membangun karakternya. Terutama sang Ibu, yang telah mengajarinya untuk menjadi rendah hati dan penuh hormat. Hasilnya, sifatnya benar-benar menakjubkan. Itu saya rasakan ketika kami pertama bertemu. Dan saya merasakannya langsung karena saya selalu bersalaman dengan anak-anak muda.”

Dave Harrocks juga mengungkapkan bagaimana cara ia menemukan dan mengidentifikasi bakat seorang Marcus Rashford. Di mana itu semua merupakan hasil kedekatannya dari semua anak-anak di Fletcher Moss Rangers, termasuk Rashford, yang kala itu masih menjadi anak asuhnya.

“Anda tidak dapat menentukan apa yang sebenarnya mereka miliki. Ya, mereka sangat perhatian, atau ya, mereka mendengarkan dengan sangat mudah. Selain itu mereka juga memiliki keterampilan dan atribut tertentu, tetapi itu bisa menjadi indikasi bagi saya. Karena semua itu menyatukan seluruh kesimpulan yang saya dapat,” tandas pria yang menerima penghargaan khusus di UK Coaching Awards akhir tahun ini.

“Saya pikir aset terbesar saya adalah karena saya selalu seperti menjadi orang tua dari mereka. Saya mendapat dukungan penuh dan dukungan dari orang tua mereka yang asli. Ketika saya meminta anak-anak untuk mendengarkan, mereka berhenti dan mendengarkan. Bahkan orang tua mereka mendukung apa yang sedang saya coba lakukan.”

Tapi pada intinya, Dave Harrocks sangat senang dengan perkembangan yang terjadi pada Marcus Rashford. Ia juga selalu menaruh perasaan bangganya ketika menyaksikan dampak instan penyerang lincah itu pada debutnya di Premier League dan Europa League. Meskipun di satu sisi, jelas masih ada yang berkembang dari Rashford sebagai seorang pesepakbola.

“Dampak terbesar (Rashford) adalah ketika ia bermain melawan Arsenal dan mencetak dua gol. Di sana Danny Welbeck juga mencetak gol, dan Danny Welbeck adalah mantan pemain Fletcher Moss Rangers juga. Saya dan salah satu pelatih lain yang pernah bekerja dengan saya, kami duduk bersama di tanah. Di sana kami hanya menangis dengan kebanggan,” tutur Dave Harrocks.

“Sungguh pengalaman yang fenomenal melihat tiga gol dicetak oleh dua pemain kami. Saya tidak berpikir dia akan menjadi seorang kapten timnas Inggris. Itu karena saya tahu atribut vokalnya. Tapi saya pikir dia benar-benar menunjukkan kepemimpinan dalam cara dia melakukan banyak upaya. Dan saya melihat dia menjadi lebih baik berkat rekannya di United dan timnas Inggris.”