Foto: SportsKeeda

Butuh waktu panjang bagi Manchester United untuk menuntaskan puasa gelar liga mereka yaitu 26 tahun. Terakhir kali mereka bisa juara adalah pada musim kompetisi 1966/1967. Setelah itu, mereka terjebak dalam kesulitan dan bahkan sempat terdegradasi sebelum akhirnya puasa tersebut berhasil dibuka pada musim 1992/1993.

Laga melawan Blackburn Rovers pada 3 Mei menjadi laga yang memastikan mereka menjadi juara Liga Inggris ke-8 sekaligus meraih trofi pertama era Premier League. Namun beberapa minggu sebelumnya, ada laga menarik yang akan selalu dikenang oleh para penggemarnya yaitu ketika United menang tipis atas Sheffield Wednesday pada tanggal ini 27 tahun yang lalu.

Pertemuan menghadapi Sheffield Wednesday disebut sebagai titik balik dari keberhasilan United mengubah nasib mereka sebagai tim juara. Ketika itu, United masih kejar-kejaran dengan dua pesaingnya yaitu Aston Villa dan Norwich City. Villa di peringkat pertama dengan 67 poin, sementara United dan Norwich menguntit dengan 66 dan 65 poin. Bedanya, Norwich sudah bermain satu laga lebih banyak ketimbang keduanya.

Bermain di depan 40 ribu pendukungnya, United mengawali pertandingan dengan tidak begitu baik. Mereka kurang percaya diri. Beberapa serangan mereka kesulitan menembus lini belakang Sheffield. Skor imbang tanpa gol mewarnai babak pertama.

Kejadian menarik terjadi pada 15 menit ketika babak kedua baru dimulai. Wasit yang memimpin pertandingan, Michael Peck, tiba-tiba tidak bisa melanjutkan tugasnya sebagai pengadil karena mengalami cedera Achilles. Tugasnya kemudian diganti oleh John Hilditch yang sebelumnya menjadi asisten. Peran asisten diisi oleh wasit lokal yang ada di sana. Pergantian wasit ini disebut-sebut memengaruhi nasib United kedepannya.

Lima menit setelah mengganti tugas Peck, Hilditch memberikan penalti setelah Chris Waddle dijatuhkan Paul Ince di kotak penalti. Penalti kemudian berhasil dieksekusi dengan baik oleh John Sheridan dan mengubah skor menjadi 1-0. Beberapa penonton mulai terguncang dan bayangan kegagalan kesekian kalinya kembali muncul.

Ferguson mengubah susunan tim dengan menarik keluar Paul Parker dan memainkan Bryan Robson. Namun hingga menit ke-85, Setan Merah tetap tidak bisa menembus gawang Sheffield. Hingga pada menit ke-86, United bisa mencetak gol. Sepak pojok dari Paul Ince berhasil disundul oleh Steve Bruce dari jarak jauh yang tidak bisa dijangkau Chris Woods.

Ketakutan akan kekalahan sirna, namun satu poin jelas tidak cukup karena United butuh menang. Keajaiban akhirnya datang pada menit terakhir. Ryan Giggs gagal menendang sepak pojok, namun bola kembali ke kakinya. Umpan silangnya gagal, namun bola kemudian diterima Gary Pallister di sisi kanan. Umpan silangnya berhasil diteruskan oleh Steve Bruce menjadi gol kemenangan meski sebelumnya dibantu oleh kepala pemain lawan, Nigel Worthington.

Keriuhan menggema di Old Trafford. Bruce berlari sambil mengangkat kedua tangannya. Gol ini memicu hadirnya salah satu perayaan gol ikonik sepanjang sejarah. Fergie muda melompat girang, sedangkan asistennya yaitu Bryan Kidd berlari masuk ke lapangan dan berlutut sambil mengepalkan tangan. United ke puncak klasemen karena Villa bermain imbang tanpa gol melawan Coventry City.

Pertandingan ini tidak hanya menjadi titik balik perjalanan United menuju gelar Premier League pertamanya, laga ini juga disebut-sebut sebagai hari lahirnya julukan “Fergie Time”, sebuah kebiasaan United mencetak gol pada menit-menit terakhir yang kemudian menjadi identitas klub di era Sir Alex Ferguson.

“Itu filosofi yang ditanamkan Sir Alex dalam diri kita sebagai tim. Semua orang merasa nyaman dengan bola di kakinya, dan teman saya Pally memberikan umpan silang yang layak kepada pemain besar. Semua orang bicara tentang laga melawan Sheffield seolah kami menjadi juara, padahal itu hanya laga yang dramatis,” kata Bruce.

Fergie Time adalah anugerah bagi United, namun bagi lawan yang menerimanya, Fergie Time adalah musibah. Inilah yang dialami Sheffield Wednesday. Mereka tidak bisa menerima gol kedua Bruce tersebut yang membuat manajer mereka, Trevor Francis, menjadi berang.

“Begitu lamanya masa injury time, mereka mencetak gol ke gawang kami pada leg kedua,” kata Francis.

Tambahan waktu yang diberikan Hilditch saat itu memang cukup banyak yaitu enam menit. Gol Bruce sendiri datang ketika menit memasuki 90+6. Banyaknya pelanggaran, cedera wasit Mike Peck, dan pergantian pemain, menjadi alasan kenapa ia memberikan tambahan waktu hingga enam menit.

“Mike memberikan jam wasitnya kepada saya, namun saya menolaknya karena saya punya jam saya sendiri dan saya akan melanjutkan dengan jam tangan saya,” tutur Hilditch menambahkan.

Sementara menurut Sir Alex Ferguson, enam menit justru masih kurang. Alasannya, karena dia melakukan risetnya sendiri di dalam kantornya.

“Tambahan waktu yang diberikan sangat sah. Bahkan pada malam harinya, saya memutar video pertandingan babak kedua dengan stopwatch. Segala jeda saya tambahkan termasuk cedera hingga pergantian pemain. Dan, coba tebak berama lama waktu injury time yang seharusnya mereka berikan? 12 menit!!” kata Ferguson dalam bukunya Managing My Life.

Berkat hasil ini United kembali ke puncak klasemen dengan 69 poin. Dalam lima laga selanjutnya, United selalu meraih kemenangan. Pada laga melawan Blackburn Rovers, 3 Mei 1993, United sudah dipastikan juara bahkan sebelum bertanding.