Kritik sejatinya adalah tindakan yang dapat membangun karakter seseorang. Sehingga muncul pernyataan bahwa, jika ingin maju, maka diri Anda harus menerima kritik sebanyak-banyaknya.

Dalam dunia sepakbola, kritik tak mungkin diabaikan. Mungkin dalam hitungan jam, seorang pemain akan mendapatkan kritik baru. Apalagi pemain tersebut tengah naik daun. Segala gerak-geriknya menjadi perhatian publik untuk dikritik.

Tentu situasi di atas cocok sekali untuk menggambarkan diri striker muda United, Marcus Rashford. Kali ini kritik datang dari dua mantan penggawa United, Michael Owen dan Owen Hargreaves.

Saat ini Rashford memang menjadi striker utama United, setelah Zlatan Ibrahimovic mengalami cedera parah di lutut kanannya. Sehingga akhirnya manajer United, Jose Mourinho, memberikan kesempatan kepada Rashford.

Kesempatan ini mengingatkan kita atas debut Rashford pada musim 2015/2016. Manajer United saat itu, Louis van Gaal kehabisan stok striker, sehingga Rashford adalah satu-satu pilihannya.

Pada musim ini sebenarnya Rashford tetap masuk ke dalam skuat inti United. Namun posisinya melebar ke sayap. Namun setelah menjadi striker utama, Rashford berhasil membuktikan dengan mencetak gol krusial ke gawang Anderlecht dan Celta Vigo di Europa League.

Selain itu, Rashford jua berhasil memberikan assist kepada Fellaini di laga leg kedua lawan Celta Vigo, Jumat dini hari (12/5).

Michael Owen: Rashford Harus Jadi Poacher

Owen dikenal sebagai salah satu striker terhandal milik Inggris. Dirinya jua telah melanglangbuana ke beberapa klub besar di Eropa, yaitu Liverpool, Real Madrid, dan juga Manchester United. Sehingga kritiknya terhadap Rashford mungkin didasari atas jam terbangnya yang tinggi tersebut.

Owen yang pernah berlabuh di Newcastle United tersebut merasa Rashford belum cukup untuk dikatakan sebagai striker berdarah dingin. Karena menurutnya, jika ingin menjadi striker utama United, Rashford harus bertransformasi menjadi striker berdarah dingin.

Pertanyaan Owen berangkat dari jumlah gol yang dicetak Rashford dari 50 laga yang telah dijalaninya. Yaitu, hanya 11 gol saja.

“Saya pikir dia (Rashford) harus menjadi tipe striker poacher jika ingin mencetak banyak gol di setiap musim.”

“Jujur saja, saat ini saya tidak tahu Rashford ingin jadi tipe apa sebenarnya. Dapatkah kamu melihat bahwa dia akan mencetak 30 gol dalam satu musim jika dia bermain di depan? Saya tidak yakin itu.”

“Saya yakin bahwa dia membantu pemain lain, tapi saya tidak yakin bahwa dia adalah striker berdarah dingin, yang rajin mencetak gol. Jadi saat ini saya ragu dia bisa mencetak 30 gol dalam semusim,” jelas Owen.

Tipe striker yang dimaksud oleh Owen adalah para pemain yang berfokus untuk mencetak gol saja. Sehingga mereka tak sering membawa bola atau membantu pertahanan. Striker-striker yang memiliki tipe tersebut antara lain, Javier “Chicarito” Hernandez, Filippo Inzaghi, dan Dimitar Berbatov.

Meski belum sesuai ekspektasinya, Owen tetap memuji performa Rashford pada musim ini. Owen mengatakan bahwa meski masih berusia muda, Rashford sama sekali tak menunjukkan rasa grogi atau ketakutannya sama sekali.

“Saya setuju bahwa Rashford sangat percaya diri. Seakan-akan kamu tak pernah berbuat salah. Ini dibuktikan pada laga debut dan laga setelahnya. Mencetak dua gol di debut, lalu dua lagi melawan Arsenal.”

“Seakan ia ingin mengatakan bahwa laga-laga ini sama sekali tak menakutkan saya.”

“Dia telah bermain banyak di musim ini namun tak selalu menjadi starter. Sehingga saya yakin dia punya banyak energi untuk bertanding di final (Europa League) nanti,” tutup Owen.

Hargreaves: Jangan Terlalu Menekan Rashford

Jika Michael Owen menginginkan Rashford untuk menjadi striker berdarah dingin, justru Owen yang satu lagi, yaitu Hargreaves punya pernyataan yang lain.

Hargreaves menyatakan bahwa Rashford lebih baik tidak dijadikan striker utama untuk saat ini. Alasan eks pemain Bayern Munich dan Manchester City tersebut adalah, beban sebagai striker utama terlalu berisiko untuk karir Rashford.

“Dia (Rashford) adalah masa depan (United) bukan? Saya pikir tak ada yang menyangkal hal tersebut. Tapi pertanyaan besarnya bagi saya adalah berapa besar kamu menaruh kepercayaan pada pemuda berusia 19 tahun.”

“Jika kamu membicarakan Barcelona, Real Madrid, dan Bayern Munich, mereka tak punya pemain berusia 19 tahun yang bermain terus menerus sebagai striker utama. Saya pikir dia adalah pemain yang spesial, tapi jika diberikan terlalu banyak tekanan, itu tak akan menguntungkan bagi karir dia,” terang Hargreaves.

Sumber : Mirror.co.uk