Marcus Rashford tampil gemilang sepanjang jeda internasional di bulan September ini. Ia mencetak dua gol dalam dua pertandingan yang dijalani oleh tim nasional Inggris. Salah satunya bahkan menjadi gol kemenangan saat mereka mengalahkan Swiss dalam laga persahabatan di King Power Stadium beberapa waktu lalu.

Gol-gol yang diberikan pemain berusia 20 tahun ini menjadi alat untuk mengikis kritikan yang ia dapat beberapa minggu sebelumnya saat mendapat kartu merah dalam laga terakhir United melawan Burnley. Ketika itu, Rashford mendapat banyak hujatan dan kritikan karena merusak kestabilan United yang mulai menemukan permainan terbaiknya.

Selepas jeda internasional, kritikan justru datang semakin deras. Kali ini, kritikan tersebut kini justru mengarah ke Manchester United. Apa yang ditampilkan Rashford di tim nasional adalah bukti kalau United tidak becus memanfaatkan talentanya.

Alan Shearer, Ian Wright, dan Phil Thompson, adalah legenda yang mengkritik United. Yang terbaru, Jamie Carragher pun ikut-ikutan melontarkan pendapatnya. Salah satu bek terbaik Livepool ini bahkan menyarankan Rashford untuk mengikuti jejak Romelu Lukaku yaitu dengan pindah ke Everton. Carra merasa Everton adalah tempat yang cocok untuk bagi Rashford untuk berkarier.

“Saya tidak melihat Rashford bisa menggusur Lukaku. Ketika Lukaku masih berada di Chelsea, ia mengalami masalah yang sama lalu kemudian pindah ke Everton. Dia kemudian mencetak banyak gol lalu pindah ke United,” tuturnya kepada Sky Sports.

“Klub seperti Everton adalah tempat yang cocok karena dia bisa bermain setiap minggunya. Musim lalu, ia main buruk melawan Brighton, lalu Mourinho mencadangkannya dan memasang Lukaku kembali. Itu masalah yang membuat dia tidak berkembang.”

Salah satu reporter Manchester Evening News, Ciaran Kelly, mengungkapkan pendapat bahwa perdebatan siapa yang seharusnya dimainkan sebagai striker utama United antara Rashford dan Lukaku tidak akan pernah berakhir. Ciaran bahkan berani menyebut kalau perdebatan tersebut hanya akal-akalan dari sebuah media untuk menjatuhkan nama United sekaligus meningkatkan pendapatan mereka.

“Jika Rashford mencetak gol untuk Inggris, maka United akan dikritik, mengapa dia tidak bermain sebagai penyerang tengah di United? Apabila dia tidak mencetak gol maka United juga akan dikritik, mengapa dia tidak bermain lebih sering di level klub sehingga dia mendapat banyak pengalaman?”

Kenyataannya, Mourinho memang tidak pernah membenci Rashford. Kalau Mourinho benar-benar membenci Rashford, dia akan menolak permintaan si pemain yang menginginkan nomor 10, salah satu nomor terbaik di United setelah nomor 7. Alih-alih menyebut Mourinho membenci Rashford, lebih bijak rasanya jika menyebut kalau Mourinho terjebak dalam situasi dimana ia memang tidak bisa melepaskan Romelu Lukaku dari susunan skuad terbaiknya.

Dalam dua musim terakhir, United selalu menggunakan penyerang yang tidak hanya liar di kotak penalti tetapi pandai menjemput bola ke lini tengah untuk membuka serangan agar diisi oleh rekan-rekannya. Mereka adalah Wayne Rooney, Zlatan Ibrahimovic, dan Romelu Lukaku. Mereka dibekali dengan kekuatan fisik, visi bermain yang mumpuni dan umpan-umpan yang akurat. Hal ini yang tidak dimiliki Rashford yang memanfaatkan kecepatan serta penempatan posisi sebagai ciri khas permainannya.

Di sisi lain, Mourinho nampak sudah menemukan formasi terbaiknya bersama United yaitu 4-3-3 seperti yang ia tunjukkan di laga terakhir melawan Burnley dengan trio Sanchez, Lukaku, dan Lingard sebagai penyerang. Nama yang disebut kedua menjadi pahlawan berkat dua golnya yang semakin menegaskan kalau Mourinho tidak bisa melepas Lukaku kecuali jika si pemain mengalami cedera atau terkena akumulasi kartu. Hal ini yang membuat Mourinho di laga tersebut tetap memainkan Rashford sebagai pemain sayap pada babak kedua.

Rashford dan Lukaku sebenarnya bisa bermain bersama. Rashford akan menjadi pemain di sisi sayap sebelah kanan, Sanchez bergerak dari sisi sebelah kiri, dan Lukaku akan menjadi target man. Pada praktiknya, Lukaku nanti akan lebih sering bergerak melebar sementara Rashford akan mengisi posisi Lukaku. Akan tetapi, butuh waktu untuk membangun chemistry seperti ini mengingat Rashford adalah pemain yang lebih senang berlama-lama dengan bola ketimbang Lukaku ataupun Sanchez.

Salah satu mantan pemain United, Gary Neville menyebut kalau Rashford sebaiknya memanfaatkan segala kesempatan yang diberikan Mourinho dimanapun posisinya. Akan tetapi, ia juga meminta kepada Setan Merah untuk tidak terlalu sering mengabaikan talentanya mengingat Rahsford adalah salah satu bakat terbaik yang pernah dimiliki United.

“Dia adalah pemain muda. Menempati banyak posisi bukanlah akhir dari kariernya. Meski begitu, ia harus bisa membangun dirinya untuk sukses di satu posisi dalam 12 hingga 18 bulan kedepan dan bermain 100 pertandingan di posisi tersebut secepat mungkin. Dia bisa melakukan itu karena dia adalah bakat besar klub ini,” pungkasnya.

Sumber: Manchester Evening News, ESPN