Bruno, penaltinya dua kali pernah gagal (Foto: The Athletic)

Paruh kedua musim 2019/2020 berjalan baik bagi Manchester United. Sejak akhir Januari lalu, Setan Merah sejauh ini hanya mengalami satu kekalahan. Bahkan di kompetisi Premier League, United tidak terkalahkan dalam kurun waktu tersebut yang membuat mereka akhirnya finis pada posisi tiga dan bermain di Liga Champions musim depan.

Kebangkitan Setan Merah tidak lepas dari kehadiran Bruno Fernandes. Datang mendekati tenggat transfer bulan Januari, pemain asal Portugal ini memberi perubahan bagi permainan United, khususnya pada lini tengah. Bersama dengan Paul Pogba, serangan United menjadi lebih berwarna mengingat kini ada dua pengatur serangan dengan kualitas yang bagus.

Bruno menawarkan sejumlah kelebihan. Salah satunya adalah eksekusi bola matinya yang cukup bagus, khususnya tendangan penalti. Bruno langsung menggeser Paul Pogba dan Marcus Rashford sebagai penendang utama sejak ia mencetak gol pertamanya ke gawang Watford. Sejauh ini, tendangan Bruno belum ada yang meleset. Tujuh kali menendang, tujuh-tujuhnya sukses menjadi gol.

Selain ketenangan, Bruno juga menawarkan teknik menendang yang cukup unik. Sebelum kakinya menyentuh bola, ia akan melompat terlebih dahulu untuk membuat kiper bergerak terlebih dahulu. Persis seperti apa yang dilakukan oleh Jorginho ke Chelsea.

“Dia tahu kalau penjaga gawang akan menunggu dia melakukan lompatan. Dia melakukannya melawan Tottenham Hotspur. Dia melatih keduanya. Dia melatih caranya menendang dengan gaya tersebut. Dia bahkan menendang penalti jauh lebih baik dari saya,” kata Ole Gunnar Solskjaer.

Menendang penalti dengan gaya melompat jelas tidak mudah. Si penendang sebisa mungkin harus menyembunyikan keputusan akan menendang ke arah mana sampai detik-detik terakhir sebelum kakinya menyentuh bola. Kaki yang dipakai untuk menumpu akan membuat kiper terkecoh.

Akan tetapi, Bruno membuktikan kalau butuh mental ekstra untuk bisa menjalankan tugas berat tersebut. Meski teknik menendang dengan melompat adalah yang terbaik sejauh ini, namun tidak jarang ia mengubah gaya penaltinya dalam beberapa kesempatan. Pada laga melawan Copenhagen, ia memilih untuk menendangnya dengan mantap tanpa melakukan lompatan terlebih dahulu. Hal ini semata-mata untuk mengurangi risiko kegagalan.

“Kami melatih penalti setelah latihan. Waktu di Italia, saya dan Fabio Quagliarella saling bicara. Lalu, pelatih ketiga Sampdoria berkata kenapa saya tidak mengubah gaya menendang. Saya jawab kalau saya kadang-kadang akan mengubah gaya tendangan saya. Saya tidak mau menembak dengan cara yang sama karena jika saya melakukannya tiga sampai empat kali berturut-turut, maka saya harus mengubah tendangan pada penalti berikutnya. Kiper akan selalu punya rekaman video dan bisa mempelajari Anda karena mereka akan tahu,” kata Bruno.

Ini yang mungkin menjadi kunci dari kesuksesan Bruno menendang penalti dalam 18 kesempatan berturut-turut sejak 2017/2018. Kiper akan dibuat penasaran kapan Bruno akan menendang penalti dengan melompat dan kapan dia akan menendang tanpa teknik tersebut. Semua berkat saran dari sang pelatih dan kerja keras Bruno selama latihan.

Hanya Miguel dan Gabriel

Meski dikenal sebagai pemain yang hebat, namun Bruno juga manusia biasa. Dia tidak luput dari kesalahan. Begitu juga dengan eksekusi penaltinya. Ia juga pernah merasakan pahitnya gagal menendang penalti dengan baik.

Menurut data dari Transfermarkt, Bruno hanya dua kali gagal menendang penalti. Yang pertama terjadi ketika dia masih membela Udinese pada 2015/2016. Saat melawan Napoli, ia gagal menaklukkan penjaga gawang, Gabriel. Tendangannya ke sisi kiri gawang masih terlalu lemah. Pada laga tersebut, Bruno mendapat dua kali kesempatan menendang. Yang pertama sukses menjadi gol meski arah tendangannya juga bisa dibaca oleh Gabriel.

Miguel Soares kemudian menjadi orang kedua yang bisa menahan penalti Bruno dalam pertandingan Sporting melawan Loures pada ajang Piala Portugal 2018 lalu. Beruntung pada saat itu mereka berhasil menang meski dengan skor tipis 2-1.

“Penyelamatan saya saat itu merupakan momen yang luar biasa. Rahasianya adalah gerakan kecil yang saya lakukan ke kiri. Bruno melihat ke arah kiper ketika dia mengambil penalti, jadi saya melakukan hal yang sama padanya. Saya berpura-pura menukik kiri lalu kemudian pergi ke kanan,” kata Miguel.

“Saya ingin membuat Bruno mengambil keputusan selambat mungkin. Saya tidak ingin membuat hidupnya lebih mudah. Kami membuat Sporting lanjut main hingga perpanjangan waktu dan membuat mereka ketakutan sebelum pada akhirnya mereka menang 2-1,” ujarnya.

Meski berhasil menggagalkan penaltinya, namun Soares menyimpan kekaguman tersendiri terhadap pria 26 tahun tersebut. Ia berharap ke depannya Bruno bisa terus mencetak gol melalui penalti bersama Setan Merah meski ada momen dia akan gagal menendang penalti.

“Saya harap dia bisa mencetak gol penalti di Premier League. Dia mungkin akan melewatkan satu penalti, tapi saya harap itu tidak akan berlangsung lama. Meski saya adalah lawannya pada saat itu, tapi sekarang saya adalah penggemar beratnya,” kata Miguel.

***

Terlepas dari pandangan miring United yang dianggap mudah mendapat penalti, Setan Merah kini memiliki catatan penalti yang bagus pada musim ini. Setelah Anthony Martial dan Marcus Rashford gagal menendang penalti ke gawang Tim Krul, United tidak pernah lagi gagal menendang penalti dalam 14 kesempatan berturut-turut. Setengah diantaranya lahir dari kaki Bruno Fernandes.