Foto: Daily Mail

Untuk ketiga kalinya secara berturut-turut, Manchester United memutuskan untuk bergerak mencari pemain pada deadline bursa transfer. Musim panas lalu, mereka mencoba untuk mendatangkan Paulo Dybala dan Mario Mandzukic, namun gagal. Pada awal tahun 2020, mereka sukses menutup bursa transfer dengan merekrut Odion Ighalo setelah dua hari sebelumnya mengumumkan kedatangan Bruno Fernandes.

Kali ini, United mengalami peningkatan dari segi kuantitas pemain. Pada tenggat waktu bursa pembelian pemain, mereka mendatangkan empat nama. Dibuka melalui peresmian Alex Telles, disusul kemudian dengan kedatangan Edinson Cavani, Facundo Pellistri, dan ditutup dengan Amad Diallo yang baru bermain Januari 2021 nanti. Empat nama ini melengkapi Donny Van de Beek yang sudah tiba sebelum kompetisi bergulir.

Melihat beberapa nama yang datang, sebenarnya nama-nama ini pantas untuk dibeli karena bisa meningkatkan kualitas dari permainan United di beberapa lini. Setidaknya sampai nama-nama tadi menjalankan pertandingannya di Premier League, Liga Champions, dan ajang piala lainnya.

Alex Telles berguna untuk menambah kekuatan di sektor bek sayap. Luke Shaw tidak cukup agresif ketika menyerang. Ia juga jarang mengirim bola ke kotak penalti. Edinson Cavani jelas lebih mumpuni ketimbang Odion Ighalo. Kehadiran penyerang Uruguay ini bisa menjadi kompetitor yang baik untuk Martial dan Rashford yang kerap main angin-anginan. Sebelumnya, Donny Van de Beek menambah sisi kreaativitas United dari lini tengah.

Sayangnya, penggemar United tetap tidak puas. Kuantitas pemain yang didatangkan klub kesayangannya tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada. Singkatnya, untuk kesekian kalinya transfer United hanya menyasar pemain yang bukan menjadi rekrutan utama dari sang manajer.

ESPN merilis sebuah berita kalau sebenarnya Ole Gunnar Solskjaer memiliki empat target yang akan ia incar. Empat nama ini menjadi prioritas untuk dibeli. Mereka adalah Jadon Sancho (Borussia Dortmund), Jack Grealish (Aston Villa), Dayot Upamecano (RB Leipzig), dan Nathan Ake (Bournemouth). Ending dari perburuan ini sudah bisa ditebak. Tidak ada satupun dari nama-nama ini yang mendarat.

Suporter panas. Hujatan dan cacian kembali terbang ke arah Ed Woodward dan keluarga Glazer. Manajemen dan tim rekrutmen dianggap tidak belajar dari pengalaman mengenai nasib klub ketika rekrutan utama tidak bisa didapat. Mereka takut kegagalan ini akan menyebabkan perjalanan United menjadi limbung dan Ole Gunnar Solskjaer akan mengalami nasib yang sama seperti manajer-manajer sebelumnya yaitu dipecat di tengah jalan.

Sudah lama Manchester United menginginkan Jadon Sancho. Ketika bursa transfer masih dibuka, meski sebenarnya sekarang masih dibuka untuk perpindahan pemain ke sesama tim Inggris, winger lincah kelahiran tahun 2000 ini selalu dihubung-hubungkan dengan United. Seringnya nama Sancho muncul di media menandakan kalau inilah rekrutan nomor satu Ole.

Sayangnya, negosiasi United dengan Dortmund terus berlarut hingga waktu transfer tinggal menyisakan beberapa hari saja. Dortmund tidak terkesan dengan United yang menawar Sancho di bawah permintaan mereka yaitu 120 juta Euro secara cash. Tidak mau dengan embel-embel apa pun seperti cicilan atau add-ons sekalipun.

Menurut The Athletic, Ole dan Woodward setuju untuk membuat Setan Merah berani mengeluarkan uang sebesar itu. Akan tetapi, keluarga Glazer yang menahan agar transfer itu tidak terjadi. Menurut mereka, mengeluarkan uang sebesar itu dengan kondisi pandemi yang membuat pendapatan tim banyak yang merosot adalah tindakkan yang tidak masuk akal. Perlu diketahui juga, kalau United harus mengeluarkan 250 juta Euro untuk Sancho seorang termasuk uang transfer, komisi agen, pajak, hingga gaji.

Sayangnya, banyaknya waktu transfer tidak dipakai United untuk melakukan pendekatan dengan alternatif. Wajar, karena Ole dan Woodward merasa kalau ini waktu yang tepat untuk membeli Sancho. Ketika waktu semakin menipis, United tidak bisa mendapatkan pengganti. Ousmane Dembele tidak mau pindah dari Barcelona. Selain itu, kehadirannya justru akan menjadi bahan tertawaan mengigat pemain ini memiliki riwayat cedera yang buruk. Sementara Watford juga tidak mau melepas Ismaila Sarr dengan pinjaman.

Hal serupa juga terjadi dengan Jack Grealish. Aston Villa menginginkan Grealish dibayar 80 juta pounds. United enggan untuk melepas uang kepada pemain yang musim lalu nyaris saja membawa klubnya terdegradasi. Lagi-lagi alasannya adalah pandemi Covid-19. Inilah yang membuat United akhirnya merekrut Amad Diallo dan Facundo Pallestri. Nama terakhir sebenarnya masuk incaran United sejak Juli tapi tidak pernah mencuat di pemberitaan. Grealish akhirnya memperpanjang kontraknya di Villa Park.

Alasan yang tentu saja cukup bijak. Bukannya saya membela keluarga Glazer, namun dengan estimasi stadion yang masih kosong hingga 2021, maka mereka harus pintar-pintar untuk mengeluarkan uang. United sudah kehilangan setengah triliun keuntungan mereka dari jumlah penonton dan hak siar yang harus menjalani penyesuaian akibat pandemi.

Dayot Upamecano mungkin yang paling realistis untuk dibeli. Akan tetapi, kepindahan Dayot dari kota Leipzig belum bisa terjadi karena si pemain baru memperpanjang kontrak hingga 2023. Pemain muda Prancis ini memiliki release clause 42 juta Euro. Cukup murah. Namun, klausul ini baru aktif pada musim panas 2021 nanti.

Bisa jadi United menunggu hingga musim panas nanti ketimbang mengeluarkan uang lebih. Satu-satunya risiko adalah ketika musim panas nanti mereka akan menjalani persaingan dengan Liverpool yang sama-sama tertarik mengincar Dayot.

Selain itu, United juga masih kesulitan membuang bek tengah yang tidak terpakai. Baru Chris Smalling yang hijrah ke AS Roma. Tidak ada yang mau membeli Marcos Rojo dan Phil Jones karena gaji mereka yang tinggi sehingga United tidak bisa mendapat uang tambahan. Selain itu, United juga masih punya Lindelof, Maguire, Bailly, Tuanzebe, dan Teden Mengi.

Banyaknya stok bek tengah ini juga yang membuat United tidak membeli Nathan Ake. Dia memiliki gaya main sebagai ball playing defender. Ole sudah punya ini dalam diri Lindelof dan Maguire. Inilah yang membuat United kemudian tidak serius mendekati Ake. Ole merasa kalau prioritas untuk sektor bek adalah bek yang kuat secara fisik. Selain itu, United juga merasa kalau Ake pun tidak menjamin lini belakang mereka akan solid karena Bournemouth juga kebobolan banyak gol musim lalu.

Sebenarnya, tidak ada yang salah dari kegagalan ini. Semuanya balik lagi ke masalah keuangan. United bukannya sedang miskin, tapi Ole beberapa kali menegaskan kalau United di era kepelatihan dia harus mengeluarkan uang dengan cermat dan tidak ingin ratusan juta yang dikeluarkan menjadi sia-sia.

United juga tidak mau dikibulin lagi soal harga, klausul, agen, dan lain-lain. Mereka harus mencari syarat yang hanya menguntungkan mereka. Inilah kenapa Ole tidak mendapatkan Erling Haaland karena sosok Mino Raiola dan Sergio Reguilon karena permintaan klausul buy back.

Satu-satunya kesalahan United adalah mereka terlalu lama fokus ke Jadon Sancho. Kepercayaan diri Ole dan Ed Woodward tidak mengubah pendirian Dortmund yang kukuh pada harga setinggi itu. Mereka juga tidak bisa disalahkan karena Dortmund tidak terdesak untuk menjual Sancho dengan cepat. Unitednya saja yang terus memberikan penawaran hingga mereka kelabakan karena tidak kunjung mendapat buruan.

Pada akhirnya, Ole harus memanfaatkan pemain yang sudah ada. Toh Van de Beek, Cavani, dan Alex Telles bukan pemain yang buruk jika Ole berhasil memaksimalkan kemampuan mereka dengan baik di atas lapangan.

Jika Ole ingin mendapat target utama pada tiap bursa transfer. Ada baiknya ia menurunkan incarannya dari segi nama besar. Alih-alih mengincar pemain andalan di sebuah klub besar, lebih baik mengincar pemain-pemain bagus yang bermain di klub papan tengah ke bawah.

Inilah yang dilakukan Liverpool bersama Klopp ketika merekrut Mane, Firmino, Wijnaldum, dan Robertson. Lagipula, untuk sekarang ini tidak ada lagi yang bisa dijual oleh United untuk menarik datangnya pemain-pemain utama tersebut selain kejayaan masa lalu. Mereka belum menjadi penantang empat besar dengan konsisten dan penampilan mereka di Eropa juga masih naik turun.

Satu lagi, jangan beli pemain asal Inggris. Mereka sudah dikenal sebagai junk food-nya sepakbola. Diobral parah oleh media, namun kualitasnya tidak jauh beda dari pemain-pemain asing yang harganya lebih murah.