Saat Centenary Stand di Anfield dinamai sesuai dengan nama legenda Liverpool, Kenny Dalglish, ucapan selamat spesial justru datang dari mantan rival lamanya, Sir Alex Ferguson.

Stand Centenary di Anfield sendiri telah diganti namanya menjadi Stand Kenny Dalglish pada Jumat (13/10), dan daftar tamu yang hadir pada upacara penggantian nama tersebut sekaligus menegaskan reputasi karir apiknya di Liverpool. Steven Gerrard dan Jamie Carragher pun hadir di sana atas permintaan Dalglish, begitu juga Alan Hansen, mantan kepala eksekutif Peter Robinson dan anggota kantin Melwood, Carol dan Caroline yang sudah lama menjabat juga turut hadir dalam acara spesial tersebut.

Kedatangan spesial pun terlihat ketika Sir Alex Ferguson dan Sir Bobby Charlton turut hadir dalam peresmian nama baru salah satu tribun di Anfield itu. Bagaimanapun, kehadiran mereka telah menggarisbawahi bagaimana rasa hormat dapat mengatasi dan meredam persaingan. Ada saat ketika hubungan antara Dalglish dan Ferguson mencerminkan permusuhan antara Liverpool dan Manchester United, tapi pada akhirnya semua persaingan mereka yang membabi buta itu terlihat berakhir pada Jumat (13/10) di Anfield.

Melihat hal tersebut, Kenny Dalglish mengungkapkan jika ia merasa sedikit terkejut. Meskipun begitu, ia tetap mengapresiasi tindakan mantan rivalnya yang rela datang untuk melihat secara langsung peresmian namanya di salah satu tribun stadion di Anfield. “Tindakan Fergie memang mencerminkan jika dia telah berbicara lebih keras dari 1.000 kata, dia dan Sir Bobby datang di acara spesial ini,” tutur Dalglish.

“Mereka melakukan hal yang persis, sama seperti setelah Tragedi Hillsborough. Mereka ada di sini, mereka datang sangat awal. Memang terdapat persaingan di dalam dan di luar lapangan, tapi ketika sampai pada titik seperti itu, tidak ada keraguan tentang saling menghargai satu sama lain. Mereka akan berada di sini untuk saling mendukung, dan mudah-mudahan saya akan melakukan hal yang sama untuk mereka.”

“Persaingan itu tidak pernah berbicara tentang kami pribadi. Kami tidak pernah membuat pertunjukan untuk memperlihatkan persaingan pribadi. Kami melakukan pekerjaan kami. Kami membela klub sepakbola kami, fans kami, dengan sebaik mungkin. Kami mungkin berdua lebih seimbang sekarang, tapi ini adalah bagian dari pekerjaan Anda untuk mewakili klub sepakbola dengan sebaik mungkin di dalam maupun di luar lapangan. Saya pikir kebanyakan orang di luar sepakbola memang terlihat lebih santai, dan sekarang itu semua termasuk saya sendiri,” ungkap King Kenny tentang persaingannya dengan Fergie.

Ketegangan antara dua orang Glaswegia itu memang tidak hanya sebatas ‘perebutan kekuasaan’ antara Liverpool dan United. Misi Ferguson datang ke acara tersebut adalah untuk mengetuk klub yang bermarkas di Anfield itu untuk tetap bertengger sebagai saingan paling teratas bagi United. “Saya bahkan tidak ingat dia mengatakan komentar itu. Saya rasa itu tidak akan berpengaruh pada saya,” klaim Dalglish.

Mereka pernah saling bertanding dalam pertandingan tim cadangan Celtic melawan Rangers pada 1969, ketika Kenny masih menjadi striker muda Celtic. Mereka pun pernah saling bersaing dalam mendapatkan tanda tangan Alan Shearer dan Roy Keane ketika Dalglish menjadi manajer Blackburn Rovers.

Ada pula percikan emosi atas keputusan Dalglish untuk menjalani operasi lutut dan sempat membuatnya absen dari skuat timnas Skotlandia yang diasuh Ferguson untuk Piala Dunia 1986. Dan setelah keputusan Dalglish, menurut media kala itu, banyak pertengkaran yang terjadi antara keduanya.

Namun, terlepas dari itu semua, selalu ada rasa hormat yang tercipta antara keduanya, dan sekarang, rivalitas mereka pun hanya sebatas masa lalu yang sudah menjadi bagian dari sejarah sepakbola.

Dalglish pun lalu mengatakan, “Bagaimana Anda bisa mengkritik seseorang yang benar-benar mendukung klubnya? Itulah yang Anda inginkan kan sebagai pendukung? Melihat seseorang yang bersikap defensif terhadap klub dan ingin memberikan banyak kontribusi. Dia lebih jauh memberikan kontribusi besar kepada Manchester United, dan saya menghargai itu.”

“Jauh dari hal pekerjaan, saya sekali lagi tidak pernah ada masalah dengannya. Tapi, ketika seseorang datang untuk mengalahkan Liverpool, dan membawa timnya itu untuk berdiri di puncak, saya tidak berpikir akan senang dengan itu karena saya adalah manajer Liverpool pada saat itu. Itulah yang dia lakukan dengan Manchester United. Tapi setelah akhir pertandingan, kami selalu pergi untuk minum. Ya, itu pasti setiap saat setelah pertandingan,” ujar Dalglish.

“Ketika saya kembali untuk mengasuh Liverpool pada 2011, saya memiliki pertandingan pertama di Old Trafford. Fergie berteriak kepada saya saat saya sedang berjalan ke lapangan, ‘Apakah anda akan datang untuk minum setelah ini?’ Saya berkata, ‘Apa maksud anda? Saya akan selalu ikut untuk minum. Dia pun berkata, ‘Aye, tapi mungkin sekarang sudah sedikit berubah.’ ‘Tapi tidak untuk saya,’ kataku.”

“Anda tidak akan pernah berbicara tentang sepakbola di luar pekerjaan anda sebagai pelatih. Anda tidak akan pernah berbicara tentang apa yang terjadi di luar sana, jika tidak, Anda pasti akan berdebat. Dia mewakili klubnya dengan sangat baik, dan saya telah mencoba yang terbaik untuk mewakili klub di tempat saya berada. Saya tidak melihat ada yang salah dengan itu,” tandas eks pemain Celtic dan Liverpool itu.

Dalglish pun terus menambahkan pernyataannya dengan mempertahankan sudut pandang Liverpool. Ia bersikeras jika Jürgen Klopp adalah pelatih yang “cocok untuk semua klub sepakbola”, dan turut serta mendukung strategi transfer musim panasnya dalam memperkuat skuat The Reds. “Jika Anda tidak dapat menemukan seseorang yang lebih baik dari apa yang Anda miliki, mengapa Anda pergi dan membelinya?” pungkasnya.