Ketika tiba di Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer mempunyai misi untuk mengembalikan wajah Manchester United menjadi kesebelasan yang penuh dengan pemain-pemain muda. Namun seiring berjalannya waktu, idealisme manajer asal Norwegia tersebut perlahan-lahan mulai dipertanyakan.

***

Pekan pertama Premier League langsung menghadirkan rekor baru bagi Manchester United. Mereka menurunkan skuad dengan rataan umur 24 tahun 227 hari. Ini adalah tim termuda yang pernah bermain pada pekan pertama Liga Inggris sepanjang sejarah. Skuad ini pula yang kemudian memberikan kemenangan telak 4-0 bagi MU dalam pertandingan tersebut.

Skuad yang jauh lebih muda diturunkan Solskjaer ketika menghadapi Wolverhampton pekan berikutnya. Andreas Pereira ditarik dan diganti oleh Daniel James yang membuat rataan skuad saat menjadi 24 tahun 173 hari.

Sejak pertama kali datang pada Desember 2018 lalu, eksistensi para pemain muda United sudah menjadi kepedulian tersendiri bagi manajer berusia 46 tahun tersebut. Tidak sedikit pemain muda dari akademi diberikan kesempatan berlatih bersama tim utama. Bahkan dalam tur pra-musim lalu pemain-pemain muda ini mendapatkan kesempatan bermain yang cukup banyak. Harapannya, pemain muda ini bisa menjadi penerus kejayaan klub di masa mendatang.

“Saya yakin kami akan melanjutkan tradisi kami (mengorbitkan pemain muda) dan saya senang jika bisa memberikan kesempatan untuk mereka bisa menunjukkan apa yang bisa mereka lakukan. Jika kami tidak memberikan mereka kesempatan, bagaimana bisa mereka membuktikan kemampuan mereka? Jadi saya jamin akan ada kesempatan untuk mereka musim depan,” tuturnya pada bulan Mei lalu.

Tidak hanya keberanian memberikan kesempatan kepada pemain akademi. Solskjaer juga dipuji karena keberaniannya bergerak mencari pemain-pemain berusia muda yang belum atau bahkan sudah memiliki pengalaman. Daniel James dan Aaron Wan-Bissaka adalah salah dua pemain muda yang dibeli musim ini. Beberapa target lain seperti Jadon Sancho, Sean Longstaff dan John McGinn juga masuk menjadi incaran.

“Bursa transfer tidak hanya membeli pemain-pemain yang siap pakai tapi juga yang bisa bertahan di sini selama bertahun-tahun. Dulu klub ini membeli (Cristiano) Ronaldo yang bukan pemain siap pakai, begitu juga wayne Rooney yang bukan pemain siap pakai saat itu,” ujar Solskjaer.

Kurang Pengalaman dan Senioritas

Namun seiring berjalannya waktu, kebijakan pemain muda yang dianut Solskjaer mulai dipertanyakan. Alasannya: para pemain muda yang ia turunkan tidak memberikan hasil yang maksimal bagi United. Pada pertandingan terakhir mereka, skuad muda United tidak bisa berbuat banyak menghadapi Crystal Palace yang tidak memainkan satu pun pemain berusia 25 tahun dalam skuadnya.

Tidak ada puja dan puji seperti biasanya. Jiwa muda yang katanya haus akan keberhasilan dan kesuksesan terbentur dinding bernama kerasnya Premier League. Daniel James, Marcus Rashford, dan Anthony Martial ternyata belum memberikan link-up play yang cukup baik. Ketika situasi sudah dianggap mentok, Solskjaer tidak segan-segan memainkan Mason Greenwood dengan harapan bisa menjadi pembeda.

Namun menurut Steve Nicol, salah satu analis sepakbola dan mantan pemain Liverpool, menyebut kalau Solskjaer terlalu berlebihan jika membebankan seorang Greenwood untuk menjadi seorang game changer. Alasannya: pemain muda seperti Greenwood masih membutuhkan adaptasi tambahan. Kedua, pemain muda sepertinya belum cocok mengemban beban yang terlalu besar karena bisa membuatnya menghilang dari permainan.

“Solskjaer mungkin mempertimbangkan pemain muda seperti Greenwood untuk mengganti Jesse (Lingard). Namun perlu diingat jika pemain muda ini masih butuh adaptasi tambahan di level senior. Anda tidak bisa membiarkan pemain ini langsung terjun ke level senior dan mengemban beban besar di sana. Beberapa dari mereka bisa tenggelam,” tulis Nicol.

Ucapan Nicol juga diamini oleh legenda Premier League, Alan Shearer. Top skor Premier League ini paham dengan hasrat Solskjaer terhadap pemain muda. Namun pemilik satu gelar Premier League ini meminta Solskjaer untuk memikirkan siapa yang menjadi senior dalam skuad United saat ini. Terlalu menitik beratkan pada pemain muda membuat sebuah kesebelasan kehilangan keseimbangan.

“Saya paham Solskjaer sangat percaya pada pemain muda, tetapi minimnya pengalaman dan jumlah pemain senior di depan akan berpengaruh terutama ketika memasuki pertengahan musim. Rashford dan Martial menjadi percaya diri ketika Lukaku pergi. Begitu juga dengan hadirnya Mason (Greenwood). Namun Anda tidak bisa membantah kalau Anda tetap butuh tambahan pengalaman di lini depan,” ujar Shearer.

Masalah senioritas dan pengalaman di Manchester United sudah beberapa kali digaungkan oleh banyak pihak. Setahun sebelumnya, Shearer juga menyebut United kekurangan sosok senior yang benar-benar bisa diandalkan. Di saat masalah itu belum selesai, mereka dengan ekstrem justru membuat United tampil dengan mayoritas pemainnya adalah pemain berusia di bawah 25 tahun.

Legenda klub, Gary Neville, memperingatkan Solskjaer pada Juni lalu kalau dalam skuad United saat ini tidak ada pemain yang bisa “menjaga” pemain muda. Dalam komentarnya di TalkSPORT, ia menyebut kalau di eranya dulu, United memiliki tiga kelompok pemain. Kelompok pertama adalah penjaga (pemain senior atau panutan), yang kedua adalah kelompok menengah, dan terakhir adalah pemain-pemain muda. Kelompok pertama ini yang dalam kacamata Gary tidak dimiliki skuad United era Solskjaer.

Pemain Muda di Era Sir Alex

Identitas sebagai kesebelasan penghasil pemain muda jempolan sudah menjadi label tersendiri bagi Setan Merah. Terutama sejak masuknya Sir Alex Ferguson, orang yang pernah melatih dan menjadi panutan Solskjaer ketika ia menjadi manajer. Namun manajer tersukses United ini juga tidak anti terhadap pemain senior. Hal itu dituangkan Fergie dalam bukunya yang berjudul Leading.

“Saya memang tidak mau skuad yang terlalu tua. Tetapi saya juga tidak mau skuad saya terlalu muda. Saya selalu membuat skuad ini memiliki rata-rata 25 atau 26 tahun sama seperti tahun-tahun sebelumnya.”

“Saya tidak mau memainkan pemain muda sesering mungkin selama dua sampai tiga musim pertama. Alasannya adalah mereka masih harus berkembang secara fisik dan mental. Saya tidak mau membuat pemain muda saya cepat puas hanya karena sering dimainkan,” tuturnya.

Fergie memang tidak mengada-ngada. Class of 92 memang didominasi pemain muda berusia 20 tahunan. Namun perlu diingat kalau saat itu mereka dipimpin banyak sekali pemain senior yang bisa mengayom dan memberikan mentalitas kepada para pemain muda ini. Sebut saja Eric Cantona, Dennis Irwin, duet Bruce-Pallister, dan penjaga gawang Peter Schmeichel.

Orang-orang ini yang kemudian digantikan oleh pemain seperti Juan Mata, Jesse Lingard, Nemanja Matic, Ashley Young, David de Gea, Chris Smalling, dan Phil Jones, dalam skuad sekarang. Namun banyak dari pemain senior ini yang terancam terbuang dari skuad atau tidak memiliki konsisten permainan yang pantas disebut kelas dunia.

“Membangun tim dengan pemain muda tidak seperti ini caranya. Harus ada kombinasi antara pemain muda dan pengalaman. Lihat Man City, mereka hanya punya Phil Foden. Liverpool juga hanya sedikit pemain muda, mayoritas bahkan pemain berpengalaman. United butuh kombinasi itu dan tidak hanya mengandalkan pemain muda saja.”

***

Pada awal kedatangannya, Solskjaer mengaku kalau ia diberi kesempatan untuk membangun United yang seolah tidak mau bangkit meski sudah memakai dua manajer pemenang Liga Champions. Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan pemain muda agar bisa menjadi tulang punggung di masa depan.

Namun hal ini sudah pasti akan terbentur dengan hasrat para penggemar United yang sudah gerah melihat timnya tidak terlalu berprestasi di kancah liga domestik dan juga di level Eropa. Meski Solskjaer telah meminta penggemarnya untuk tidak terlalu mengharapkan prestasi dalam beberapa tahun yang akan datang, namun siapa yang bisa menjamin kalau para penggemarnya tidak akan resah jika timnya sendiri kesulitan bermain ketika menghadapi kesebelasan-kesebelasan menengah ke bawah.