Bek muda Manchester United, Victor Lindelof, mulai mendapatkan kepercayaan penuh dari manajer Jose Mourinho, belakangan ini. Dalam dua pertandingan perdana Premier League Inggris 2018/2019 dia diturunkan sebagai starter dan bermain penuh hingga akhir laga. Pada pekan ketiga, Lindelof memang harus duduk di bench ketika rekan-rekannya memulai pertandingan, dan baru dimasukkan pada pertengahan babak kedua. Meski begitu, perlahan tapi pasti pemain 24 tahun itu kini dinilai sudah siap jadi palang pintu utama United, setelah musim lalu hanya bermain dalam 17 laga di liga.

Lindelof memang memiliki bakat besar untuk menjadi bek tangguh masa depan, baik bagi tim Setan Merah maupun di tim nasional Swedia, negara asalnya. Itu pula yang membuat United kepincut dan merekrutnya pada awal musim 2017/2018.

Sebelumnya, pemain kelahiran Vasteras, Swedia, 17 Juli 1994 itu bergabung dengan Benfica sejak usia 18 tahun. Dia sempat menghuni tim akademi terlebih dahulu, sebelum masuk ke tim utama pada 2013. Sementara karier profesionalnya sendiri bermula dari Vasteras SK sejak dia masih berusia 13 tahun, setelah sempat menimba ilmu di dua klub lokal.

Baca juga: Petualangan Victor Lindelof Meraih Mimpinya di Sepakbola

Sebelum didatangkan ke Old Trafford, Lindelof sendiri merupakan bek andalan Benfica pada musim 2016/2017 dengan bermain dalam 47 pertandingan di semua kompetisi. Dia pun turut membawa timnya menjuarai liga domestik dan Piala Portugal pada musim itu, melengkapi lima trofinya yang lain selama lima tahun di sana.

Namun, sebelum dikenal sebagai bek muda berkualitas, ternyata Lindelof sempat punya keinginan untuk menjadi seorang penjaga gawang. Menariknya, sosok yang membuat dia sempat bercita-cita seperti itu adalah kiper legendaris United sendiri, Fabien Barthez.

Baru-baru ini, pemain yang juga andalan tim nasional Swedia di Piala Dunia 2018 itu menceritakan kisah awal hingga dia ingin jadi kiper. Saat itu, dia masih remaja, mendapat hadiah jersey United, dan ternyata itu adalah seragam kiper bernama Barthez di belakangnya.

“Ketika saya masih muda, kami memiliki pasar di kampung halaman saya di Swedia yang menjual jersery yang berbeda di sana dan ibu saya membawakan saya jersey Barthez, jadi itulah mengapa saya ingin jadi kiper. Saya ingin jadi striker juga, tapi, saat itu dalam hidup saya, saya ingin jadi kiper,” ungkapnya di laman resmi klub.

Barthez sendiri datang ke Old Trafford pada musim panas 2000, ketika dia sudah berusia 29 tahun. Saat itu, dia baru saja memenangkan Piala Eropa 2000 bersama tim nasional Prancis, setelah juga menjadi juara Piala Dunia 1998. Tanpa waktu lama, kiper berkepala plontos itu pun langsung jadi di idola fans United, di mana dia ikut membantu menjuarai Premier League 2000/2001 dan 2002/2003. Barthez pun menjadi andalan selama tiga musim, sebelum dipinjamkan ke Marseille pada 2003/2004 dan akhirnya resmi pindah ke klub tersebut di musim panas 2004, hingga pensiun pada 2007 silam.

Jika berkaca pada masa pengabdian Barthez di Old Trafford, maka bisa dipastikan Lindelof mendapat jersey sang kiper ketika dirinya belum genap berusia 10 tahun. Pada periode tersebut, kemungkinan besar dirinya masih belum bergabung dengan klub sepakbola pertamanya, IK Franke, salah satu klub lokal di kota kelahirannya.

Pasalnya, salah satu catatan dari laman resmi klub tersebut, IKFranke.com menyebut bahwa Lindelof pernah memenangkan penghargaan sebagai bek terbaik dalam salah satu kejuaraan junior, bahkan lebih dari satu kali, meski tahunnya memang tidak dijelaskan secara detail.

Kini, tentu saja Lindelof hanya ingin tetap melanjutkan masa depannya sebagai seorang bek tangguh. Pada laga perdana dan pekan kedua Premier League, dia turun sejak menit pertama dan berduet dengan Eric Bailly.

“Eric adalah bek yang baik dan itu adalah kebanggaan untuk bermain bersamanya dan semoga kami bisa tampil dan bermain dengan baik di masa depan. Saya di sini untuk membantu tim dan saya selalu berusaha sebaik mungkin, jadi semoga saya bisa tetap bekerja keras dan berada pada level ini yang saya miliki saat ini,” pungkas bek bernomor punggung ‘2’ itu lagi menambahkan.

Saat menjamu Leicester City di pertandingan pembuka, mereka mampu menjaga pertahanan The Red Devils dengan baik, sehingga menang 2-1.  Sayangnya, saat melawat ke markas Brighton & Hove Albion di laga kedua, United harus kalah tipis 2-3.

Kemudian, pasukan Mourinho kembali menelan kekalahan paling menyakitkan, dicukur Tottenham Hotspur 0-0 di Old Trafford. Kemudian, pada laga pekan ketiga itu, sang pelatih malah membuat kejutan dengan membangkucadangkan duo Lindelof-Bailly, yang berdampak buruk terhadap kinerja lini belakang hingga United pun kebobolan tiga gol.