Lebih dari satu dekade lalu, Manchester United memiliki pemain yang sangat eksentrik bernama Anderson. Datang dengan status wonderkid dari FC Porto, Ando langsung menuai sukses di musim pertamanya berbaju Merah. Gaya mainnya yang agresif dan tidak kenal kompromi membuat ia kerap beberapa kali menggusur Paul Scholes di lini tengah Setan Merah.

Baru-baru ini, pemain berusia 29 tahun tersebut mengulang kembali masa-masa indah bermain untuk Manchester United. Kepada ESPN, Ando menceritakan bagaimana awal mula dirinya bisa direkrut oleh kesebelasan yang telah 13 kali memenangi Liga Primer tersebut.

“Itu terjadi sangat cepat. Suatu hari saya duduk di rumah dan Jorge (Mendes) menelepon saya dan berkata, ‘Anderson, Manchester menginginkan Anda. Ferguson ada di sini, Carlos (Queiroz) ada di sini, dan juga David Gill.’ Mendengar itu saya langsung melaju dengan cepat,” ujarnya.

Ia menambahkan, “Saya langsung memeluk Fergie karena begitulah saya menyapa orang. Saya sempat takut sebenarnya karena saya tidak bisa bahasa Inggris. Tapi Carlos mengatakan tidak masalah kalau Carlos dan Cristiano (Ronaldo) juga berbicara Portugis. Mendengar itu semua membuat saya yakin kalau saya akan pergi.”

Musim pertama Ando berjalan sukses. Bermain dalam 38 pertandingan di semua kompetisi, ia membawa United meraih gelar Premier League keduanya secara beruntun. Namun, momen terbaik seorang Ando tentu datang ketika ia mengeksekusi penalti dengan tenang saat melawan Chelsea di final Liga Champions 2008.

“Saya masuk lapangan dan tidak menyentuh bola sama sekali. Saya menjadi penendang keenam. Ronaldo gagal. Orang terbaik di dalam tim gagal. Dan saya tidak memikirkan apapun apabila John Terry berhasil memasukkan bola. Ketika Anelka gagal menendang, saya berpikir kalau kita akan menendang satu kali lagi. Ternyata semua orang berlari yang berarti bahwa kami juara,” ujarnya.

Prestasi demi prestasi kemudian diraih oleh pemain yang sekarang dipinjam Curitiba tersebut. Tiga gelar Premier League plus satu titel Piala Dunia Antar Klub berhasil ditambahkan dalam CV nya. Sayangnya, dia tidak bisa menambah trofi Liga Champions meski dua kali United melaju hingga partai puncak. Terutama di musim 2008/2009 saat dia dimainkan sebagai starter.

“Kami memulai laga dengan baik dan punya kesempatan mencetak gol. Barca adalah tim yang luar biasa seperti Messi, Eto’o, Xavi. Saya bermain baik tapi tidak cukup untuk melawan Barcelona. Mereka bermain dengan tiga gelandang, sama seperti kami, tapi mereka punya pemain keempat yaitu Messi di belakang mereka.”

Karir Anderson kemudian berubah setelah mereka meraih Premier League 2010/2011. Cedera yang terus menerus menerpa membuat performanya semakin menurun. Keadaan kemudian semakin bertambah pelik ketika Sir Alex Ferguson, orang yang begitu menyukai pribadi Ando memutuskan untuk pensiun pada 2013.

“Hati saya hancur. Saya tahu saat itu bahwa Manchester United punya beberapa masalah ketika Evra berkata “United tidak akan sama lagi.” Kemudian aku memeluk Ferguson dan mengucapkan terima kasih. Lalu aku berkata, “Tolonglah tinggal di sini sebentar lagi.” Namun dia hanya menjawab, “Ando, aku harus pergi.”

Mantan pemain Gremio ini kemudian dipinjamkan ke Fiorentina pada Januari 2014. Setelah masa peminjamannya habis di musim panas, Ando kembali lagi ke Manchester United yang sudah diasuh oleh Louis van Gaal. Karir Unitednya kemudian benar-benar berakhir ketika bersama LVG. Ia bahkan menyebut manajer asal Belanda tersebut sebagai manajer yang paling konyol dan memiliki filosofi yang tidak jelas.

“Saya kembali ke United dan Van Gaal tiba (Ando menggelengkan kepalanya). Dia bukan lagi orang yang sukses seperti sebelumnya. Instruksinya konyol. Dia seperti robot bahkan dalam latihan. Saya pun berkata ingin pergi dan dia bilang kalau saya bisa pergi,” tutur Ando.

Ia menambahkan, “Bagaimana bisa dia membiarkan Di Maria pergi? Van Persie juga kehilangan cinta di sana. Semua orang kemudian berkata ingin pergi. Filosofi yang dimiliki tidak berfungsi. Sulit di Liga Primer bermain seperti robot yang hanya mengandalkan umpan, umpan, dan umpan.”

Meski karirnya di United diakhiri dengan cara yang kurang baik, namun Anderson tidak menyesal atas jalan karir yang sudah dijalani. Dirinya bahkan masih menyempatkan diri untuk menonton pertandingan United dan berharap mantan klubnya ini bisa kembali meraih kesuksesan.

“Saya senang berada di Manchester United dan saya tidak menyesal. Saya menyukai karir saya dan dapat memberitahu anak-anak saya kalau saya punya empat medali Liga Primer. Saya masih menonton Manchester United bermain. Meski kadang penampilannya membuat saya marah, tapi saya yakin mereka akan menjadi kesebelasan yang lebih baik lagi karena memiliki pemain hebat.”