Tersisa kisah dua pemain Manchester United lagi yang harus merasakan sikap keras manajer legendaris United, Sir Alex Ferguson, yaitu Ruud van Nistelrooy dan Cristiano Ronaldo. Sebelum membahas pemain terbaik dunia saat ini, yaitu Ronaldo, ada baiknya dimulai dengan seniornya terlebih dahulu yaitu striker yang mempunyai julukan The Flying Dutchman tersebut.

Eks pelatih kiper United, Tony Coton, mempunyai ingatan tersendiri mengenai bagaimana hubungan antara Sir Alex dengan van Nistelrooy menuju akhir di United, yaitu pada saat final Piala Liga pada 2006 silam.

“Ketika Ronaldo dan Kieran Richardson masuk, Van Nistelrooy mulai naik pitam. Ditambah dua pemain baru Patrice Evra dan Nemanja Vidic pun masuk untuk menggantikan Mikael Silvestre dan Wes Brown. Saat itulah tanpa melihat mata Ferguson, Van Nistelrooy langsung mengeluarkan kata-kata kasar,” kata Coton.

Pada momen tersebut tempat duduk Coton hanya berjarak satu bangku dengan Ferguson, sehingga ia bisa melihat dengan jelas perubahan raut muka bosnya tersebut usai Van Nistelrooy mengucap kata kasar tersebut. Saat itu ucapan Van Nistelrooy pun tertangkap oleh kamera salah satu stasun tv.

“Ferguson langsung berbisik pada saya bahwa tidak ada pemain yang bisa berbicara seperti itu padanya. Kemudian ia berkata ‘dia (Ruudtje) sudah habis di sini’.”

“Kemudian di ruang ganti, Sir Alex mencari-cari striker tersebut di saat botol-botol champagne sedang dibuka untuk merayakan kemenangan. Jelas itu sebuah momen yang aneh untuk mengatakan kepada salah satu pemain bintang bahwa karirnya sudah tamat di United,” terang Coton.

Berlaku Keras, Bentuk Cinta Sir Alex untuk Ronaldo

Terakhir adalah kisah dari mega bintang Real Madrid saat ini yaitu Cristiano Ronaldo. Pada tahun 2003 silam, seperti kita tahu, Ronaldo datang di usia yang sangat belia yaitu 18 tahun. Sehingga lebih layak disebut bocah bertalenta pada saat itu, daripada pemain yang sudah matang.

Mungkin atas kondisi in pula Sir Alex perlu mempraktikkan cara yang sedikit berbeda untuk membuat Ronaldo berkembang. Yaitu menurut Coton salah satu caranya adalah dengan mengetahui kelemahan dari Ronaldo.

“Alex Ferguson menunjukkan apa yang ia pikirkan terhadap Ronaldo dengan memberikan nomor ikonik klub yaitu nomor 7. Namun juga tak lupa pentingnya kemampuan Sir Alex dalam menyadari kelemahan dari Ronaldo saat itu,” tutur Coton.

Salah satu kelemahan terbesar Ronaldo saat itu menurut Coton adalah selalu jatuh seperti boneka yang rusak tiap kali mendapat tackle. Sehingga Sir Alex kemudian mempunyai misi khusus untuk menanggulangi kelemahan tersebut.

“Setiap orang di tim kepelatihan diimbau untuk membiarkan atau tak usah menghiraukan tiap kali Ronaldo mendapat pelanggaran di sesi latihan dan laga-laga latihan. Pertandingan-pertandingan ini akan berlangsung intens dan tidak ada yang bersalah,” jelas Coton.

Alhasil Ronaldo saat itu tidak tahu apa yang terjadi padanya, lantaran para pemain lainnya tetap bertukar canda seakan tidak ada masalah apapun.  Puncaknya, Ronaldo marah karena tidak ada tendangan bebas yang didapat dari tackle atas dirinya .

“Ketika tidak ada tendangan bebas yang ia dapat, Ronaldo mengangkat kedua tangannya dengan marah dan hanya duduk saja di lapangan, sembari mengeluarkan kata-kata kasar dalam bahasa Portugal,” lanjut Coton.

Kemudian menurut Coton, para pemain senior United seperti Roy Keane dan Rio Ferdinand akan mengkritik keras Ronaldo secara langsung karena bersikap lemah.

“Itu adalah bentuk kasih sayang yang keras, namun perlahan tapi pasti pesan yang ingin disampaikan Sir Alex mulai masuk ke pikiran Ronaldo,” tutup Coton.

Sikap keras yang dimaksud oleh Coton mungkin bisa diartikan juga sebagai karakter tegas dari Sir Alex. Liga Inggris sedari dahulu memiliki anggapan sebagai liga sepakbola paling keras seantero dunia ini. Sehingga tampaknya apa yang dilakukan oleh Sir Alex untuk anak-anak asuhnya adalah sesuatu yang wajar, bahkan perlu.

Terbukti dengan perolehan gelar dan pemain-pemain yang “lulus” dari tim asuhannya tidak sedikit yang menjadi pemain bintang di klub lain. Bahkan setelah pensiun mempunyai karakter kuat untuk menjadi pelatih juga. Salah satunya adalah Ronaldo yang terbukti kini disematkan sebagai pemain terbaik dunia.

Bagaimana menurut Anda?

Sumber : Daily Mail