Foto: Zimbio.com

Bagi Antonio Valencia, kompetisi Liga Champions menjadi kompetisi yang paling berkesan untuknya. Bagaimana tidak? ia adalah satu dari sedikitnya pemain Ekuador yang bisa mencicipi kerasnya persaingan kelas satu di kompetisi persepakbolaan Eropa.

Di antara rekannya yang lain, Valencia adalah termasuk yang paling berpengalaman di ajang ini. Ia adalah pemilik caps terbanyak United di Liga Champions dengan catatan 40 penampilan yang dimulai sejak laga pertamanya menghadapi Besiktas pada September 2009.

Pada pertandingan tersebut, Valencia bermain selama 83 menit dan tampil sangat memuaskan. Pergerakannya di sayap kanan beberapa kali merepotkan pemain bertahan Besiktas. Dia bahkan membuat beberapa peluang yang salah satunya nyaris berbuah gol.

“Laga pertama saya terjadi di Turki melawan Besiktas. Menang 1-0 dan saya bermain. Itu adalah impian yang berhasil saya wujudkan karena saya bermain untuk tim favorit saya, Manchester United. Keluarga saya sangat bahagia melihat saya bermain di Liga Champions,” tuturnya kepada Inside United.

Pemain yang akrab disapa “Tono” ini kembali tampil sebagai starter saat menghadapi VFL Wolfsburg di partai kedua, tetapi ia tetap tidak bisa memberikan kontribusi untuk Setan Merah. Baru pada pertandingan ketiga menghadapi CSKA Moskow, Valencia mencetak gol kemenangan untuk klub barunya di menit ke-86. Hanya dalam kurun tiga hari, ia sudah membuat dua gol setelah yang pertama terjadi di Premier League melawan Bolton.

“Saya tampil semakin sering dan mulai diberi kepercayaan main 90 menit. Saya baru saja mencetak gol ke gawang Bolton beberapa hari sebelumnya, dan empat hari kemudian saya mencetak gol di Rusia. Sangat dingin bermain di sana dan sangat sulit. Ketika bola sundulan Berbatov mendekati ke saya, saya tidak ragu untuk menembak langsung.”

Valencia tampil brilian bersama United di musim pertamanya. Akan tetapi, di Liga Champions mereka hanya sanggup mencapai babak perempat final. Mereka tersingkir dari Bayern Munich karena kalah agregat gol tandang. Pada leg kedua, Valencia sebenarnya bermain sangat baik. United unggul 3-0 dengan dua asis dibuat olehnya. Namun, kesalahan-kesalahan dari para pemain plus kartu merah Rafael menggagalkan ambisi United melangkah ke semimfinal.

“Di leg kedua kami tampil lebih termotivasi (karena tertinggal 1-2). Saya langsung memberi dua asis kepada Nani. Tim berada dalam kondisi yang baik saat itu. Skor 3-0 saat itu menjadi 30 menit terbaik yang pernah saya rasakan di sepakbola. Kami berada di atas mereka.”

“Tapi semuanya berubah saat Rafael diusir yang membuat penampilan tim semakin menurun. Kami melemah karena mereka juga punya pemain berkualitas. Tiba-tiba Arjen Robben mencetak gol di ujung laga. Hasil yang menyakitkan dan kami benar-benar kecewa. Saya sedih kami tidak bisa lolos ke babak berikutnya.”

Valencia bertekad untuk membalasnya pada musim berikutnya. Namun nasib buruk justru ia terima ketika bermain di pertandingan pertama menghadapi Glasgow Rangers. Ia menderita cedera parah saat engkelnya mengalami dislokasi yang memaksanya absen selama empat bulan.

Laga menghadapi Chelsea di perempat final menjadi pertandingan pertama Valencia setelah sembuh dari cedera. Beberapa pekan berselang, Valencia berperan membawa United melangkah ke final. Satu golnya ke gawang Manuel Neuer membawa United menang agregat 6-1 atas Schalke.

“Saya mencetak gol dan tim bermain dengan tempo yang tinggi dan saya pikir pertandingan sudah selesai hanya dalam kurun waktu 10 menit. Melangkah ke final adalah prestasi luar biasa yang pernah saya raih bersama klub ini.”

Sayangnya Valencia gagal mengangkat trofi Si Kuping Besar. Wembley justru menjadi arena untuk Barcelona mengacak-ngacak lini belakang United. Meski Sir Alex sudah memberikan motivasi kepada timnya, tetap saja Barcelona jauh lebih baik dibanding mereka.

“Kami bermain melawan Barcelona terbaik yang pernah saya temui. Mereka mencetak gol, lalu kami menyamakan kedudukan. Manajer memberikan motivasi yang sangat inspiratif sehingga tim keluar dari ruang ganti dengan perasaan positif. Namun seperti yang pernah saya bilang, Anda tidak akan pernah tahu hasil laga seperti apa ketika Anda memiliki pemain sekelas Lionel Messi. Gagal memenangi Liga Champions sangat memalukan meski saya senang dengan kinerja kami musim itu.”

Posisi kedua pada 2011 menjadi raihan tertinggi Valencia-dan juga United- di kompetisi Eropa. Setelah itu, performa Setan Merah terus mengalami penurunan. Dua kali absen, dua kali tersingkir di babak grup, dua kali kalah di 16 besar, dan satu kali perempat final menjadi prestasi Setan Merah di Eropa tujuh musim kemudian.