Foto: Zimbio.com

Selama membela Manchester United, Michael Carrick sudah merasakan sentuhan dari lima pelatih berbeda termasuk rekan setimnya, Ryan Giggs, yang menjadi manajer sementara pada 2014. Dari jumlah tersebut, tiga di antaranya adalah manajer yang pernah memenangi Liga Champions. Dalam buku otobiografi terbarunya yang akan rilis beberapa hari lagi, Carrick menceritakan pengalamannya bekerjasama dengan Sir Alex, Louis van Gaal, dan Jose Mourinho.

Kata-Kata Kasar Ferguson Demi Kemenangan Tim

Michael Carrick adalah seorang gelandang tengah. Perannya sebagai gelandang distributif membuat ia diharuskan untuk terus mengalirkan bola dari lini belakang ke lini depan. Salah sedikit saja, maka dia akan mendapatkan hair dryer treatment dari Sir Alex seperti yang ia alami ketika menghadapi LDU Quito di final Piala Dunia antar Klub 2008.

Carrick ketika itu tanpa sadar memberi bola kepada Rio Ferdinand yang berada di belakangnya. Melihat umpan tersebut, Ferguson kemudian berteriak dari pinggir lapangan yang membuat Carrick kaget dan ketakutan.

“Dalam setengah babak pertama, semua operanku saya arahkan ke lini depan. Kecuali satu, ketika aku mengumpannya ke Rio Ferdinand. Saya tidak sengaja karena keputusan itu saya lakukan terpaksa karena Rio adalah opsi terbaik untuk diumpan saat itu.”

“Setelah melihat apa yang saya lakukan, saya berbalik dan mendengar ucapan, ‘Goblok, apakah kamu terus menerus akan melakukannya?’ Mendengar hal itu saya tersentak. Saya ingin marah, tapi tidak berani. Dan ketika babak pertama selesai, bos memarahi saya dan berkata, ‘Saya katakan kepada kamu, umpan bolanya ke depan, bodoh.’ Dia benar-benar mengamuk.”

“Jika mendengar hal itu, maka Anda hanya bisa diam. Biarkan dia memberikan tenaga melalui kata-katanya. Sebisa mungkin saya menyimpan kemarahan saya. Dalam hati, saya jelas marah karena dia hanya melihat satu umpan salah dari 40 umpan yang saya buat. Tetapi bos jelas lebih terluka karena saya membuat kesalahan.”

“Kata-katanya memang kasar di mata sebagian pemain. Tetapi itu semua dilakukan agar kita memberi respon. Saya pikir dia membuat saya marah agar tetap waspada dalam setiap pertandingan.”

Louis van Gaal si Jago Detail

Manajer asal Belanda ini dikenal sebagai pelatih yang jago dalam detail-detail kecil. Hal itu yang membuat LVG tidak pernah memberikan instruksi selama pertandingan karena dia merasa detail kecil sudah ia berikan sejak mereka latihan di Carrington.

Meski tidak selalu sukses, namun jika para pemain mampu menjalankan detail tersebut dengan baik, maka hasil yang diraih pun juga akan baik. Seperti ketika United mengalahkan Liverpool di Anfield pada April 2015 lalu. Tidak ada yang memprediksi United bisa menang 2-1 melalui dua gol Juan Mata. Namun bagi Carrick, hasil tersebut dikarenakan detail kecil yang disiapkan Van Gaal.

“Ketika kami pergi ke Anfield, Brendan Rodgers memusatkan serangan di tengah dengan Adam Lallana dan Philipe Coutinho datang dari sisi sayap. Untuk mengatasi itu, Louis mengatakan kepada saya untuk bermain di tengah ketika kami menguasai bola dan mundur sedikit ke lini belakang ketika sedang tidak memegang bola agar Smalling dan Phil Jones terbantu di sektor tersebut.

Dengan keberadaan Carrick, satu orang bisa melakukan pressing salah satu dari mereka untuk pindah ke sisi yang lain dan Carrick bertugas untuk memberikan kedalaman di lini belakang. Strategi tersebut kemudian berhasil. Pola tersebut ternyata sudah dicoba Van Gaal sejak latihan di Carrington.

“Kami mencoba di latihan dengan tim Van Gaal melawan tim pilihan Giggs. Selama latihan, tim Giggs bisa melewati kami. Melihat hal itu, Van Gaal datang ke saya dan berkata, ‘Saya akan membuat Anda bekerja dengan mudah besok. Lihat, Chris di sana, Phil di sana, Anda hanya diam saja di lini tengah.”

“Louis menunjukkan posisi saya harus ada diantara Smalling dan Jones agar menciptakan overload, dan menutup ruang yang bisa dimanfaatkan Liverpool. Pada akhirnya, itu adalah kinerja terbaik kami di Anfield dan itu semua berkat detail dari Louis.”

Menikmati Peran Baru Bersama Jose Mourinho

Jose Mourinho adalah manajer spesial bagi Carrick selama di United. Bersama Mou, ia menjalani dua peran yang berbeda yaitu sebagai pemain dan asisten pelatih. Peran sebagai asisten baru diemban Carrick sejak musim ini. Meski statusnya masih asisten magang, namun ia mampu menjalani peran barunya dengan baik.

“Saya belajar banyak darinya. Saya menikmatinya. Ini adalah peran yang tidak pernah saya pikirkan pada tahap karier kepelatihan saya. Saya mencoba untuk terus belajar dan berusaha memperbaiki diri.”

Meski hanya menjadi orang kedua setelah Mourinho, namun Carrick sudah diberikan kesempatan untuk mengatur tim sesuai kehendaknya. Meski hasil belum memihak Setan Merah, banyak yang mengatakan kalau permainan ofensif yang dibangun dalam beberapa pekan terakhir muncul karena ide dari Carrick dan juga McKeena. Hal ini membuat ia dijagokan untuk menjadi manajer masa depan klub meski hal itu ditampik olehnya.

“Saya tidak bisa menjawab keinginan itu (menjadi manajer United). Yang saya butuhkan saat ini adalah belajar dan terus belajar. Sekarang, saya ingin memberikan semua yang saya bisa. Mourinho adalah pemenang. Dia adalah orang yang membantu saya dan membuat saya menjadi bagian dari timnya. Saya percaya dengan dia dan dia percaya dengan saya. Semoga saya bisa membalas kepercayaan yang dia berikan untuk saya.”

Sumber: Manchester Evening News, The Times, Guardian, Beetwen The Lines