Anthony Martial kembali ke tim nasional (FOto: Sky Sports)

27 Maret 2018 menjadi kali terakhir Anthony Martial berbaju tim nasional. Saat itu, ia berrmain selama 58 menit sebelum ia kemudian diganti oleh Antoine Griezmann pada menit ke-58. Pertandingan saat itu berakhir dengan skor 3-1 untuk kemenangan Prancis berkat dua gol Kylian Mbappe dan satu gol Paul Pogba.

Berakhirnya pertandingan melawan Rusia tersebut sekaligus menjadi akhir dari petualangan Anthony Martial bersama tim nasional. Sejak saat itu, namanya tidak pernah lagi dilirik oleh Didier Deschamps. Saat Prancis menjadi pemenang Piala Dunia 2018, nama Martial tidak ada karena kalah saing dengan Griezmann, Mbappe, Giroud, Dembele, hingga Florian Thauvin.

Butuh dua setengah tahun bagi Martial untuk bisa meyakinkan Deschamps agar mau memanggil namanya kembali. Beberapa waktu lalu, mantan kapten tim nasional Prancis ini memasukkan namanya pada 23 nama yang akan dibawa untuk melakoni laga UEFA Nations League menghadapi Swedia dan Croatia pada awal September nanti. Martial akan memperebutkan satu tempat di lini depan melawan penyerang seperti Giroud, Griezmann, Mbappe, Fekir, Wissam Ben Yedder, dan Jonathan Ikone.

Kembalinya Martial ke tim nasional tidak lepas dari penampilan terbaiknya musim ini bersama Manchester United. Ia menjadi top skor Manchester United dengan 23 gol yang menjadi prestasi terbaiknya selama berkarier di dunia sepakbola. Ia juga membuat 17 gol di Premier League yang juga menjadi prestasinya dalam semusim di liga. Tiga gol ke gawang Sheffield United menjadikan ia sebagai pemain pertama klub yang bisa membuat hat-trick setelah era Sir Alex Ferguson. Peningkatan pesatnya ini membuat Deschamps merasa kalau ia layak membela tim nasional lagi.

“Dia (Martial) sudah lama ingin saya panggil kembali. Sejak Piala Dunia, ada tiga sampai empat kali saya mempertimbangkan dia untuk masuk ke tim ini. Namun, karena berbagai alasan, ia tidak bisa bergabung. Jika kita melihat apa yang ia buat musim lalu, maka ia memang layak untuk dipanggil kembali ke tim utama,” kata pemenang Piala Dunia 1998 ini.

Nasib Martial berubah setelah kursi kepelatihan United berganti dari Jose Mourinho ke Ole Gunnar Solskjaer. Bersama Ole, Martial mendapat peran yang lebih banyak dari sebelumnya. Ia dituntut untuk bisa menjadi juru gedor Setan Merah di lini depan yang sukses ia jalankan dengan baik. Ia lebih banyak berkeliaran di kotak penalti setelah sebelumnya kalah saing dengan Zlatan Ibrahimovic dan Romelu Lukaku.

Kesulitan mendapat tempat di era Jose Mourinho ini yang membuat karier Martial mandek di tim nasional. Ia lebih banyak bermain bergantian dengan Rashford serta Alexis Sanchez yang membuat permainannya tidak berkembang dan tidak konsisten dalam mencetak gol.

“Anthony Martial perlu tampil lebih konsisten lagi meski dia punya kualitas. Dia bisa membuat perbedaan dalam permainan, karena dia cepat dan pemain yang bisa membuat gol serta mencetak asis,” kata Deschamps. Meski begitu, Deshamps tetap mengungkapkan kalau pintu timnas masih terbuka untuk si pemain karena dia sendiri menyukai permainan pria kelahiran 5 Desember tersebut.

Akan tetapi, Martial tampaknya masih diberikan peran sebagai pemain pengganti pada dua laga nanti. Sulit rasanya untuk menggeser salah satu diantara Antoine Griezmann dan Kylian Mbappe. Bahkan, meski perannya tidak banyak untuk mencetak gol, namun keberadaan Olivier Giroud diperlukan dalam formasi 4-2-3-1 milik Deschamps.

Akan tetapi, bukan tidak mungkin Martial bisa mendapat satu tempat di tim utama Prancis asalkan dia sukses mempertahankan penampilannya seperti musim lalu. Jauh lebih baik kalau ia bisa tampil melebihi musim 2019/2020 mengingat pada 2021 nanti aka nada Euro yang berpotensi menjadi turnamen kedua yang akan ia ikuti setelah Euro 2016 di rumahnya sendiri.

Sejauh ini, Martial baru 18 kali membela Les Blues dan mencetak satu gol. Debutnya terjadi padda September 2015 ketika ia menggantikan Karim Benzema pada laga melawan Portugal. Sedangkan gol pertamanya hadir ketika Prancis melakoni laga persahabatan melawan Italia di San Nicola, Bari. Ketika itu Prancis menang 3-1 berkat gol Martial, Giroud, dan Layvin Kurzawa.