Beberapa waktu lalu, Erik ten Hag diwawancarai oleh Premier League dan mendapat pertanyaan: Siapa inspirasi utama di balik gaya dan etos kepelatihannya. Ia pun menyebut ada empat orang yang semuanya adalah orang Belanda.

Louis van Gaal, Johan Cruyff, Rinus Michels, dan Kees Rijvers adalah empat nama yang Ten Hag sebut sebagai panutan dia ketika memasuki dunia kepelatihan. Tiga nama pertama tentu familiar di telinga kita, khususnya para suporter United, mengingat baik Van Gaal, Cruyff, dan Michels memiliki prestasi yang cemerlang bersama beberapa klub besar Eropa dan tim nasional.

Hal ini tentu berbeda dari Kees Rijvers. namanya masih awam di telinga kita. Lantas siapa sebenarnya Kees Rijvers?

***

Bernama lengkap Cornelus Bernardus Rijvers, Kees adalah mantan pemain timnas Belanda pada era 1940 hingga 1960-an. Dia pernah menjadi bagian dari timnas Belanda pada Olimpiade musim panas tahun 1948. Berposisi sebagai gelandang, karier Kees dihabiskan dengan bermain untuk kesebelasan di Prancis dan Belanda seperti Saint-Etienne, Stade Francais, Feyenoord, dan NAC Breda.

Meski berposisi sebagai gelandang, namun Kees dikenal sebagai pencetak gol ulung. Dalam tiga musim di Feyenoord, ia bahkan bisa membuat 36 gol pada kompetisi domestik. Namanya juga bahkan pernah masuk kandidat peraih Ballon d’Or edisi perdana (1956).

Hingga usianya memasuki 96 tahun, Kees masih diberi anugerah berupa kesehatan dari yang maha kuasa. Ia adalah satu-satunya nominasi Ballon d’Or edisi perdana yang masih hidup hingga saat ini.

Meski prestasinya tidak terlalu banyak semasa aktif sebagai pemain, namun Kees membalasnya dengan deretan prestasi yang luar biasa mentereng saat menjadi juru taktik. Ia adalah otak dibalik dominasi PSV periode 1974 hingga 1978. Pada saat itu, klub dari Eindhoven tersebut ia bawa tiga kali menjadi juara Liga Belanda, dua kali Piala Belanda, dan yang paling tinggi Piala UEFA 1978.

Ia juga pernah dua kali bekerja untuk FC Twente yaitu pada 1966-1972, dan 1986-1989 sebagai direktur teknik. Pada periode kedua inilah Ten Hag punya kesempatan untuk dilatih olehnya. Kesempatan yang ia juga pakai untuk menngambil ilmunya.

“Yang terbaik bagi saya adalah mantan manajer Twente, Kees Rijvers. Dia adalah pemain yang bagus dan saya beruntung pernah dilatih oleh dia selama dua tahun. Saya belajar banyak hal dari dia terutama soal organisasi sepakbola, filosofi, cara bermain dari belakang, serta sepakbola menyerang dan semangat tim,” kata Ten Hag.

Meski saat itu Ten Hag masih aktif sebagai pemain, namun mantan pelatih Ajax tersebut ternyata sudah memiliki lisensi C dan B. Ten Hag sudah memiliki pandangan kalau setelah pensiun nanti ia ingin menjadi pelatih. Ia pun kemudian meningkatkan lisensinya tersebut menjadi lisensi A dan menjalani masa-masa hebat sebagai juru taktik di sebuah kesebelasan.

Sayangnya, meski Kees punya prestasi yang bagus dalam melatih klub, ia justru gagal saat melatih tim nasional. Belanda tidak lolos pada kualifikasi Euro 1984. Meski begitu, Kees memberi warisan berharga berupa pemain-pemain yang kemudian menjadi kunci sukses mereka meraih gelar Piala Eropa 1988 seperti Ronald Koeman, Ruud Gullit, dan Marco van Basten.