Kemanangan kala bertandang ke markas Swansea City pada pekan ke-12 Premier League memberi harapan baru. Manchester United akhirnya mampu kembali meraih tiga poin. Pada pekan ke-13, United menghadapi West Ham United di Old Trafford. Ekspektasi tinggi pun muncul. West Ham yang hanya menempati peringkat ke-17 saat itu diyakini tak akan menyusahkan United. Ditambah dengan kemenangan kemenangan yang kembali diraih United dan Zlatan Ibrahimovic yang kembali mencetak gol, membuat penggemar optimis United akan kembali meraih poin penuh.

Namun, lagi-lagi anak asuh Jose Mourinho itu gagal meraih kemenangan. United dipaksa bermain imbang 1-1. Raihan 20 poin dari 13 pertandingan adalah start terburuk United sejak musim 1990/1991 di mana mereka mengumpulkan 21 poin. Hasil imbang ini juga menjadi hasil imbang keempat mereka secara beruntun di Theatre of Dreams, catatan buruk serupa terakhir dialami pada 1980. Saat ini, United hanya sekali meraih kemenangan dari tujuh laga terakhir dan menempati peringkat keenam dengan selisih 11 poin dari Chelsea di puncak klasemen.

Jika dibandingkan dengan pengganti Alex Ferguson lainnya, Mou adalah yang terburuk. David Moyes dan Louis van Gaal meraih 22 poin dalam 13 pertandingan pertama liga. Mentor Mou, Van Gaal, bahkan meraih 27 poin pada musim keduanya. Performa buruk Mou ini memunculkan banyak keraguan terhadap juru taktik asal Portugal itu. Kondisi ini diperparah dengan perilaku buruknya yang masih belum berhenti.

Pada pertandingan melawan The Hammers itu, Mou tidak dapat menahan emosinya ketika Paul Pogba diganjar kartu kuning karena dianggap melakukan diving pada menit ke-27. Ia terlihat sangat frustrasi dengan keputusan Jonathan Moss selaku wasit pada pertandingan itu. Moss mendatangi Mou dan mengusirnya dari sisi lapangan. Ini membuat asisten Mou, Rui Faria bertugas memimpin United hingga pertandingan usai; Sementara Mou hanya bisa melihat United dari tribun penonton.

Baca juga: Nada-Nada Sumbang untuk Jose Mourinho

Kelakuan buruk Mou di pinggir lapangan memang bukan yang pertama dan sudah sering menjadi tajuk utama. Ia sudah dua kali diusir musim ini, lebih banyak dari jumlah kartu merah seluruh pemain United (1 kartu merah).

Ulahnya sebelum ini adalah komentar yang menyerang Anthony Taylor dan Mark Clattenburg yang mengakibatkan ia diskors satu pertandingan dan denda 50 ribu paun. Jika melihat lebih jauh, sikap buruknya itu sudah membuang 191 ribu paun yang harus ia keluarkan untuk denda dari FA sejak kembali ke Chelsea pada 2013 lalu.

Kabarnya, Mou akan diskors dua pertandingan. Namun, Graham Poll, mantan wasit Liga Inggris mengungkapkan bahwa seharusnya ia dihukum sebanyak enam pertandingan. “Suporter United mungkin akan berpikir bahwa wasit kini bertindak terlalu keras kepada manajer mereka. Tetapi, sudah terlalu lama tindakan yang dilakukannya ini mendapat toleransi,” ujar Poll.

“Para wasit, termasuk Moss, kini sudah cukup muak dengan kelakukan Mourinho. Wasit sudah melakukan tugasnya, kini giliran FA. Skors enam pertandingan mungkin menjadi hukuman yang tepat,” tambahnya.

Terlepas dari hukuman yang akan dijatukan kepada Mou, tetap saja ini bukan hal yang baik. United sedang terpuruk namun perilakunya tidak memberi dampak positif. Ia terlihat ada dalam tekanan. Jamie Redknapp, salah satu pengamat sepakbola Inggris menilai tekanan memang sudah mulai merayapi Mourinho.

“Saya melihat bagaimana hasil-hasil yang muncul, ini adalah awal musim yang buruk, David Moyes dan Louis van Gaal memiliki hasil lebih baik dan anda bisa lihat ia mulai merasakan tekanan. Ia sudah membelanjakan banyak uang di musim panas, tak ada alasan, dan ia mulai kehabisan alasan,” ungkap Redknapp pada kolom yang ia tulis di Sky Sports.

Sikap buruknya ini jelas akan berpengaruh kepada pemain. Saat sedang terpuruk seperti ini, manajer seharusnya dapat menaikkan mental pemain dan memberi kepercayaan kepada pemain bahwa mereka dapat bangkit dari keterpurukan. Namun, Mou malah sempat mengkritik beberapa pemainnya akhir-akhir ini. Pengaruhnya adalah pada kesetiaan dan kepercayaan pemain pada manajernya sendirk. Tidak menutup kemungkinan Mou tidak akan dipercaya lagi oleh pemainnya sendiri seperti apa yang terjadi musim lalu ketika masih menukangi Chelsea.

“Saat ini berbeda dengan 6-7 tahun lalu saat para pemain akan bergumam, ‘Oke, tak apa-apa, kami akan membuktikan diri’. Pemain sekarang bilang, ‘Kenapa manajer menyalahkan kita, ia mestinya melihat diri sendiri,” ucap Redknapp.

Selain kepada pemain, sikap buruknya ini juga akan memengaruhi penggemar United. Penggemar sewajarnya akan membanggakan manajernya, entah itu karena prestasi, kemampuan, atau hal lain yang bisa mereka sombongkan. Tapi dengan kondisi seperti ini, bukan tidak mungkin mereka akan kehabisan alasan untuk membela Mou. Pada akhirnya, sangat mungkin mereka masih mencintai Manchester United tapi membenci Mou dan ini akan berujung tekanan fans kepada direksi klub untuk memecat sang arsitek.

“Ketika Anda menjadi manajer MU, Anda seperti seorang ‘negarawan’ dan tak bisa bersikap seperti itu. Saya tahu perilaku Sir Alex Ferguson tak semuanya bisa jadi panutan tapi ia tidak sering melakukannya,” ujar Redknapp.

Perihal meluapkan emosi, The Special One seharusnya menyadari bahwa perbuatannya itu hanya memberi kelegaan emosional sementara, namun memunculkan banyak masalah setelahnya. Ia harus bisa mencontoh manajer lain yang mengerti betul bahwa menendang botol adalah sikap yang salah. Rival Mou, Arsene Wenger memang pernah melakukan hal serupa tapi akhirnya ia sadar bahwa perbuatannya itu akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.

Jika tidak ingin kehilangan jabatannya lagi, Mourinho harus segera berbenah. Ia harus segera memperbaiki posisi United di klasmen liga dan juga perilakunya. Karena jika tidak, tekanan padanya akan semakin besar dan bukan tidak mungkin kita tidak akan melihatnya lagi di Old Trafford sebelum musim berakhir.